Analisis Nilai Tambah Kopi Bubuk Produksi CV. Kopi Kak Dukuh
Main Article Content
Abstract
ABSTRACT: Bali Province is one of the coffee producing regions in Indonesia, with a total production of 15,649 tons. There are three major coffee producing areas in Bali Province, namely Bangli Regency which produces 2,173 tons of coffee, most of which are in Kintamani District. Tabanan Regency produces 5,588 tons of coffee, most of which are in Pupuan District. Buleleng Regency produces 5,379 tons of robusta coffee and 1,114 tons of Arabica coffee, most of which are located in Banjar and Kubutambahan (Central Bureau of Statistics, 2021). The formation of added value is very important in the processing of coffee products because it can increase income for producers. A production that includes processing, delivery, and storage will result in added value, which is referred to as added value. CV. Kak Dukuh Coffee is a domestic company that works in the coffee business. This sector of the economy is responsible for converting green coffee beans into ground coffee. So that added value calculations may be done, this method adds value to coffee products. The purpose of this study was to determine the production process and the added value of coffee beans into ground coffee at CV. Dukuh Coffee. The method used to calculate the added value of coffee products is the Hayami method. According to the study's findings, the steps involved in producing ground coffee are sorting, weighing, roasting, cooling I, milling, cooling II, and packing. The added value of powdered Robusta coffee is Rp. 16,197/kg with a ratio of 34%, which is categorized as moderate, and the added value of mix coffee is Rp.53,833/kg with a ratio of 46%, which is regarded as relatively high
Keywords: production process, ground coffee, added value, Hayami method
ABSTRAK Provinsi Bali merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, dengan jumlah produksi sebanyak 15.649 ton. Terdapat tiga daerah penghasil kopi yang cukup besar di Provinsi Bali, yaitu Kabupaten Bangli dengan penghasil kopi sebanyak 2.173 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Kintamani. Kabupaten Tabanan dengan penghasil kopi sebanyak 5.588 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Pupuan. Kabupaten Buleleng menghasilkan kopi robusta 5.379 ton serta kopi arabika 1.114 ton, dimana sebagian besar berada di kecamatan Banjar dan Kubutambahan (Badan Pusat Statistik, 2021). Pembentukan nilai tambah sangat penting dalam pengolahan produk kopi karena dapat meningkatkan pendapatan bagi produsen. Suatu produksi dengan adanya proses pengolahan, pengangkutan maupun penyimpanan akan menghasilkan pertambahan nilai yang disebut nilai tambah. CV. Kopi Kak Dukuh merupakan suatu industri rumah tangga yang bergerak dibidang industri kopi. Industri ini melakukan proses pengolahan biji kopi (green bean) hingga berbentuk kopi bubuk. Proses tersebut menghasilkan pertambahan nilai pada produk kopi sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai tambah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses produksi dan nilai tambah dari biji kopi hingga kopi bubuk di CV. Kopi Kak Dukuh. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah produk kopi adalah metode Hayami. Hasil penelitian ini menunjukkan proses produksi kopi bubuk terdiri dari proses sortasi, timbang, sangrai, pendinginan I, giling, pendinginan II dan kemas. Kemudian untuk nilai tambah pada kopi robusta bubuk nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp. 16.197/kg dengan rasio 34% yang tergolong sedang dan kopi blend nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp. 53.833/kg dengan 46% rasio nilai tambah yang tergolong tinggi.
Kata kunci : proses produksi, kopi bubuk, nilai tambah,metode Hayami
Downloads
Article Details
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Seluruh artikel di Jurnal ini dapat disebarluaskan atas tetap mencantumkan sumber yang syah. Identitas judul artikel tidak boleh dihilangkan. Penerbit tidak bertangggung jawab terhadap naskah yang dipublikasikan. Isi artikel menjadi tanggung jawab Penulis.
References
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Kopi Robusta Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Bali. https://bali.bps.go.id/indicator/54/350/1/produksi-kopi-robusta-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-bali.html. [Diakses tanggal 24 september 2022]
Hayami, Y., Kawagoe, T., Morooka, Y., dan Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective from A Sunda Village. The CGPRT Centre. Bogor
Kipdiyah, S., Hubeis, M., dan Budi, S. 2013. Strategi rantai pasok sayuran organik berbasis petani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Jurnal Manajemen IKM. 8(2): 99–114.
Nugraha, I. D. G. S., Wiranatha, A. A. P. A. S., dan Yoga, I. W. G. S. 2019. Analisis nilai tambah pada rantai pasok kopi robusta olah kering di Desa Munduk Temu, Pupuan, Tabanan. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 7(1): 72–80.
Priantara, I. D. G. Y., Mulyani, S., dan Satriawan, I. K. 2016. Analisis nilai tambah pengolahan kopi arabika Kintamani Bali. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri. 4(4): 33–42.
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Sembiring, N., Satriawan, I. K., dan Tuningrat, I. A. M. 2015. Nilai tambah proses pengolahan kopi arabika secara basah (west indischee bereding) dan kering (ost indischee bereding) di Kecamatan Kintamani, Bangli. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 3(1): 61–72.
Siregar, A. A. 2012. Analisis nilai tambah pengolahan salak. Journal on Social Economic of Agriculture and Agribusiness. 1(1): 1–14.