Laporan Kasus: Infeksi Tungau Skabies pada Anjing Kacang dengan Ikutan Jamur Culvularia
Abstract
Skabies merupakan infeksi penyakit kulit oleh ektoparasit jenis tungau (mite) yaitu Sarcoptes spp. Tungau Sarcoptes spp. menginfeksi kulit induk semang dengan cara membuat terowongan pada lapisan epidermis yang akan menyebaban rasa gatal. Akibat kekebalan seluler yang lemah, garukan yang intens, dan adanya luka karena infeksi skabies akan dengan mudah diikuti oleh infeksi sekunder dari jamur. Jamur culvularia adalah genus Pleosporalean monophyletic dengan banyak jenis spesies, termasuk jenis fitopatogenik (jamur patogen pada hewan dan manusia) juga dapat menyebabkan phaeohyphomycosis. Studi kasus ini dilakukkan pada seekor anjing lokal bernama Ciko, betina, umur 2,5 bulan dengan berat 2 kg mengalami masalah kulit berupa alopesia di seluruh tubuh, ulser telinga kiri, krusta pada kedua telinga, wajah dan punggung. Eritema pada abdomen, ekor, kaki depan dan belakang dan juga scale pada punggung. Masalah kulit telah berlangsung selama satu bulan sebelum dilakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan metode superficial skin scraping ditemukan tungau Sarcoptes spp. dan hasil pemeriksaan jamur dengan menggunakan selotip (tape) ditemukan jamur culvularia tipe konidia atipikal. Infeksi jamak atau lebih dari satu agen penyakit (multiple infestation) pada kasus penyakit kulit umumnya bisa terjadi dan dibuktikan pada kasus ini. Untuk hasil pemeriksaan darah menunjukkan anjing mengalami anemia mikrositik normokromik, limfositosis, dan neutropenia. Anjing kasus didiagnosis terinfeksi skabies dengan infeksi sekunder jamur culvularia tipe konida atipikal. Pengobatan dilakukan dengan pemberian ivermectin 0,04 mL, diphenhydramine HCl 0,2 mL, fish oil satu kapsul setiap hari, amitraz 1 mL untuk 100 mL air dan sabun belerang atau sulfur. Penanganan yang telah dilakukan selama 14 hari menunjukkan kondisi anjing mengalami perbaikan ditandai dengan mulai tumbuhnya rambut anjing yang sebelumnya mengalami alopesia, tidak tercium lagi bau tengik dari tubuhnya, sudah jarang menggaruk dan hilangnya ulser, krusta, dan scale pada bagian tubuhnya.