Laporan Kasus: Penanganan Anaplasmosis dan Babesiosis dengan Antibiotik Doxycycline, Obat Tonikum, dan Hemapoitikum Herbal Tiongkok pada Anjing Kacang
Abstract
Anaplasmosis dan babesiosis pada anjing merupakan penyakit yang ditularkan oleh caplak atau tick-borne disease seperti Rhipicephalus sanguineus. Anaplasma pada anjing disebabkan oleh spesies Anaplasma platys dan A. phagocytophilum. Babesiosis pada anjing disebabkan oleh spesies Babesia canis dan B. gibsoni. Seekor anjing jantan berumur delapan bulan dengan berat badan 12,2 kg datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan dengan keluhan tidak nafsu makan sejak dua hari, mata merah, dan epistaksis. Pada pemeriksaan klinis ditemukan demam, kemerahan pada mata, darah yang sudah kering pada hidung, dan hewan muntah pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan hematologi rutin menunjukkan anjing mengalami anemia normositik hiperkromik, hemoglobinemia, dan trombositopenia. Pemeriksaan dengan rapid test kit menunjukkan hasil positif Anaplasma dan Babesia. Pada pemeriksaan ulas darah ditemukan adanya parasit intraeritrositik. Berdasarkan temuan tersebut maka anjing tersebut didiagnosis menderita anaplasmosis dan babesiosis dengan prognosis fausta. Terapi yang diberikan yaitu Hemostop® K 1,2 mL intramuskular, doksisiklin (10 mg/kg, q.24 jam, per oral) selama dua minggu, obat tonikum dan hemapoitikum herbal tiongkok Fu Fang Ejiao Jiang® 5 mL dua kali sehari per oral selama 10 hari, hemapoitikum kimiawi Sangobion® satu tablet per hari per oral selama 10 hari, vitamin B kompleks dan B12 satu tablet per hari per oral selama 10 hari, dan asam traneksamat (10 mg/kg, q.12 jam, per oral) diberikan jika epistaksis kambuh. Terapi yang diberikan menunjukkan hasil yang baik. Hewan dipulangkan setelah empat hari rawat inap. Pada hari ke-14 hewan terlihat sehat secara klinis.