Kajian Pustaka: Infeksi Cacar Monyet pada Manusia
Abstract
Cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit zoonosis yang pertama kali diisolasi dari monyet ekor panjang dengan lesi mirip cacar. Cacar monyet dinyatakan sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional" oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization. Beberapa mamalia, seperti tikus, diidentifikasi sebagai reservoir alami virus cacar monyet, sementara primata non-manusia juga dapat terinfeksi dengan manifestasi lesi yang mirip seperti manusia yaitu dengan munculnya lesi kulit makula, papula, vesikel, dan pustula yang berkembang menjadi kerak dan akhirnya mengelupas dengan gejala sistemik dan prodromal seperti demam, kelelahan, penurunan nafsu makan, limfadenopati, mialgia, dan nyeri sakit kepala. Periode inkubasi virus cacar monyet berkisar antara 6-13 hari. Kasus pertama cacar monyet di Asia Tenggara dilaporkan terjadi di Singapura pada Mei 2019. Penyakit cacar monyet atau monkeypox belum pernah ditemukan di Indonesia sejak pertama kali ditemukan pada manusia. Cacar monyet juga dapat ditularkan secara seksual dari laki-laki ke laki-laki sebagaimana terbukti dengan munculnya lesi di sekitar area anal atau genital. Vaksin smallpox memiliki peran dalam pencegahan infeksi monkeypox akibat reaksi silang imunologis antarvirus dalam satu genus yang sama, dengan perkiraan tingkat keberhasilan 85%. Vaksin yang dipertimbangkan untuk digunakan merupakan vaksin berbasis virus vaccinia. Negara India, melalui Serum Institute of India (SII), aktif mengembangkan vaksin cacar monyet dengan bermitra bersama organisasi internasional, seperti Novavax untuk menciptakan vaksin berbasis mRNA. Upaya ini memperlihatkan kemampuan negara India dalam produksi vaksin yang diperkuat oleh pengalaman dalam menangani penyakit menular seperti COVID-19. Upaya ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas yang mencakup peningkatan kemampuan diagnostik dan eksplorasi pengobatan antivirus untuk cacar monyet atau monkeypox.