Sistem Pemeliharaan Anjing dan Tingkat Pemahaman Masyarakat terhadap Penyakit Rabies di Kabupaten Badung, Bali
Abstract
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang menyerang sistem saraf pusat dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas secara nasional. Penyakit ini disebarkan oleh hewan tertular rabies dan anjing merupakan pembawa utama yang dapat melangsungkan siklus infeksi penyakit rabies. Adanya kontak antara air liur dengan membrana mukosa atau melalui luka pada tubuh dapat menularkan rabies. Hal tersebut sama halnya dengan akibat gigitan atau cakaran yang juga dapat menularkan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase dan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemeliharaan dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap penyakit rabies di Kabupaten Badung. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 300 kuisioner yang tersebar di 6 kecamatan. Data hasil wawancara dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan dendrogram. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan anjing di Kabupaten Badung berhubungan dengan sistem pemeliharaan anjing (52,3%), memelihara HPR lain (77,0%), status pemeriksaan kesehatan anjing (61,3%), status vaksinasi rabies (83,7%), kondisi fisik anjing peliharaan (83,7%), status pemberian pakan (100%), jumlah pemberian pakan/hari (88,7%), dan sistem pemeliharaan yang buruk dari masyarakat yang memelihara anjing lebih dari 1 ekor (50,3%), kontak anjing (82,7%). Tingkat pemahaman masyarakat di Kabupaten badung berhubungan dengan asal anjing (64,0%), mobilitas anjing (53,3%), pengetahuan mengenai bahaya rabies (93,3%), ciri-ciri rabies (77,3%), dan pemahaman masyarakat yang buruk dari cara memperoleh anjing dari orang lain (65,0%), kurangnya penyuluhan kepada masyarakat (49,0%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pemeliharaan dan tingkat pemahaman masyarakat di Kabupaten Badung tergolong baik.