Kajian Pustaka: Dampak Keracunan Sianida terhadap Kesehatan Sapi dan Langkah-langkah Pencegahannya
Abstract
Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung atom karbon dan nitrogen atau secara spesifik pada strukturnya mengandung kelompok gugus siano (–C?N). Secara alami, komponen ini berada pada tumbuhan dan makanan yang diproses. Keberadaannya pada tanaman bisa sebagai hasil produksi secara endogen atau akumulasi akibat terpaparnya tanaman oleh air atau elemen lain pada lingkungan yang tercemar sianida. Sianida dapat menjadi racun yang reaksinya paling cepat pada ternak dan umumnya keracunan terjadi setelah ternak mengonsumsi tanaman sianogenik. Sapi merupakan salah satu hewan ruminansia yang paling sering mengalami keracunan karena sifat ingin tahu dan perilaku makannya. Glikosida sianogenik yang terkandung dalam tanaman akan menjadi beracun apabila mendapatkan perlakuan seperti pembekuan, pemotongan, dan pengunyahan. Di dalam tubuh sapi, glikosida sianogenik diubah menjadi hidrogen sianida melalui proses hidrolisis. Sasaran utama dari toksisitas sianida adalah sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pusat, sehingga gejala seperti kejang, mulut berbusa, dan pupil mata melebar umum ditemukan sebelum akhirnya mati. Sampai saat ini, belum ada gold standard untuk mendiagnosis kejadian toksikasi sianida. Namun, uji kualitatif dan kuantitatif kandungan sianida dari sampel jaringan ataupun sampel isi lambung hewan dapat membantu diagnosis. Temuan nekropsi yang khas pada kasus toksisitas sianida adalah perubahan warna darah menjadi merah terang. Kematian dapat dicegah dengan penanganan cepat berupa pemberian antidot, seperti hidroksokobalamin dan natrium tiosulfat. Kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit juga dapat digunakan guna memisahkan sianida kompleks menjadi tiosianat yang diekskresikan melalui urin. Tindakan pencegahan lain adalah dengan memantau tanaman yang tersedia pada tempat sapi merumput.