Kajian Pustaka: Kejadian Leptospirosis pada Manusia dengan Reservoir berbagai Hewan Mamalia

  • Drevani Angelika Sachio Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
  • Silvia Dwi Lestari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
  • I Gusti Ayu Putu Aristha Dewi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
  • Gilang Andri Pratama Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
  • I Putu Indra Manik Pradipta Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
  • I Wayan Batan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Abstract

Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri spesies Leptospira yang dapat menyebabkan infeksi pada berbagai macam inang (hospes) mamalia, seperti hewan pengerat, anjing, kucing, sapi, dan manusia.  Pada tahun 2023 kejadian leptospirosis di Jawa Timur yang tercatat sebanyak 249 kasus yang tersebar di sejumlah kota/kabupaten Provinsi Jawa Timur.  Leptospira adalah kelompok bakteri berbentuk spiral dengan 29 serogrup dan lebih dari 200 serovar.  Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengungkap kejadian leptospirosis pada manusia, dimulai dari spesies patogen, faktor risiko pada manusia, serta dampak kesehatan yang timbul pada manusia berdasarkan kasus yang terjadi di Indonesia maupun luar negeri.  Metode penulisan yang digunakan adalah literature review.  Berdasarkan artikel yang dikumpulkan didapatkan hasil bahwa gejala klinis yang timbul akibat infeksi bakteri Leptospira yaitu demam, myalgia, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare, malaise, oliguria, menggigil, sklera ikterik, dan konjungtivitis.  Tingkat kejadian leptospirosis lebih tinggi kala musim hujan dan saat wabah terjadi umumnya bersamaan dengan banjir.  Hal ini disebabkan oleh meluapnya volume air di jalan mempermudah terjadinya penularan melalui akses langsung ke air tercemar urin hewan penderita leptospirosis.  Serovar yang paling banyak menyebabkan penyakit pada manusia adalah L. interrogans serovar icterohaemorrhagie dan hewan reservoir yang paling sering menjadi agen penular leptospirosis adalah tikus (60%).  Leptospirosis lebih banyak terjadi pada pria pada kelompok umur produktif (15-34 tahun).  Lingkungan yang kotor dan dekat dengan sumber air dapat meningkatkan risiko penularan leptospirosis.  Leptospira dapat menyebabkan kematian saat organ dan sistem vital tubuh mulai mengalami disfungsi seperti gagal ginjal dan perdarahan paru-paru.  Tindakan pencegahan seperti edukasi masyarakat mengenai penyebaran penyakit Leptospira dan dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi solusi menghindari terjadinya infeksi pada manusia dan hewan.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Drevani Angelika Sachio, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Mahasiswa Profesi Dokter Hewan

Silvia Dwi Lestari, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Mahasiswa Profesi Dokter Hewan

I Gusti Ayu Putu Aristha Dewi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Mahasiswa Profesi Dokter Hewan

Gilang Andri Pratama, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Mahasiswa Profesi Dokter Hewan

I Putu Indra Manik Pradipta, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Mahasiswa Profesi Dokter Hewan

I Wayan Batan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Laboratorium Diagnosis Klinik, Patologi Klinik, dan Radiologi Veteriner

Published
2024-11-30
How to Cite
SACHIO, Drevani Angelika et al. Kajian Pustaka: Kejadian Leptospirosis pada Manusia dengan Reservoir berbagai Hewan Mamalia. Indonesia Medicus Veterinus, [S.l.], p. 668-679, nov. 2024. ISSN 2477-6637. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/article/view/104657>. Date accessed: 25 apr. 2025. doi: https://doi.org/10.19087/imv.2024.13.6.668.
Section
Review Article

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > >>