DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA BROKEN HOME DI BALI

  • Ida Ayu Shintya Dewi Universitas Udayana
  • Yohanes Kartika Herdiyanto Universitas Udayana

Abstract

Penerimaan diri merupakan kesadaran dan kemauan individu untuk hidup dengan kekurangan dan kelebihan dalam dirinya. Pada remaja broken home penerimaan diri menjadi hal penting yang harus dimiliki agar remaja mampu menyesuaikan diri dengan realitas yang dihadapi, sehingga dapat menumbuhkan toleransi terhadap peristiwa-peristiwa menyakitkan terkait konflik yang terjadi dalam keluarga. Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja broken home di Bali memiliki permasalahan yang lebih kompleks mengingat remaja Bali tumbuh dalam lingkungan sosial yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat, salah satunya adalah sistem kekerabatan patrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal ini menuntut remaja broken home di Bali untuk menyesuaikan diri dengan pihak keluarga purusa (keluarga ayah) agar dapat meneruskan keturunan keluarga, walaupun remaja tidak memiliki kedekatan dengan pihak keluarga purusa. Merujuk dari permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika penerimaan diri pada remaja broken home di Bali.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif tipe fenomenologi dengan responden sejumlah lima remaja Bali yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara individu, wawancara kelompok, dan observasi dengan guideline yang mengacu pada teori penerimaan diri Kubler Ross yang terdiri dari lima tahap yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Adapun hasil dari penelitian ini, diantaranya: pertama adalah penerimaan diri remaja broken home di Bali dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yaitu keluarga dan sosial, kedua adalah wujud setiap tahap penerimaan diri berbeda pada setiap fase perkembangan, pada fase anak-anak wujud penerimaan diri dominan berbentuk emosi, pada fase remaja awal wujud penerimaan diri dominan berbentuk perilaku, dan pada fase remaja akhir wujud penerimaan diri dominan berbentuk pikiran, dan yang ketiga penerimaan diri pada remaja broken home di Bali merupakan proses dinamis dan terdapat perbedaan dinamika penerimaan diri antara responden dengan hak asuh patrilineal dan responden dengan hak asuh mandiri.

Kata kunci: penerimaan diri, broken home, remaja Bali.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adnyani, N. K. S. (2016). Bentuk perkawinan matriarki pada masyarakat Hindu Bali ditinjau dari perspektif hukum adat dan kesetaraan gender. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Undiksha, vol 5 (1).https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/view/8284. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
Ardilla, F., Herdiana, I. (2013). Penerimaan diri pada narapidana wanita. Jurnal psikologi kepribadian dan sosial universitas airlangga, 2(1).http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Fauziya%20Ardilla%20Ringkasan.pdf. Diakses tanggal 18 April 2017.


Aryani, N. D. (2015). Pengaruh hubungan orangtua anak dan penerimaan diri terhadap keputusasaan pada remaja dari keluarga broken home. 05 November 2014. Universitas Muhammadiyah Malang. https://core.ac.uk/download/pdf/33340123.pdf. Diakses tanggal 18 April 2017.
Barnow, S., Lucht, M., Freyberger, H. J. (2001). Influence of punishment, emotional rejection, child abuse, and broken home on aggression in adolescence: an examination of aggressive adolescents in Germany. Psychiatry at KARGER, Vol.34 (4). https://www.karger.com/Article/Abstract/49302. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
Baskoro, A. K. (2008). Hubungan antara persepsi terhadap perceraian orangtua dengan optimisme masa depan pada remaja korban perceraian. 19 Mei 2009. Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/1340/. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
Bernard, M. E. (2013). The strength of self-acceptance theory practice and research. New York: Springer.
Budiarti, S. I. P., Muhdin, F., Hidayati, T. N. (2012). Perbedaan penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan di Panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug. Jurnal karya ilmiah mahasiswa universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-sriindahpu 6519&PHPSESSID=d49523cf8e89bfdfe383a6fc3adcd43f. Diakses tanggal 15 April 2017.
Burns, R. B. (1993). Konsep diri: Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. (Satyanegara, S. penerjemah). Jakarta: Arcan.
Chaplin, J. P. (2011). Kamus lengkap psikologi 1st edition edition (Kartono, K. penerjemah). Jakarta: Rajawali pers.
Collin, N. L. (1996). Working models of attachment: Implications for expectations, emotion, and behavior. Journal Personality and Social Psychology of American Psychological Association, 810-832. http://psycnet.apa.org/buy/1996-06401-015. Diakses tanggal 18 Februari 2018.
Dagun, S. M. (1990). Psikologi keluarga (peranan ayah dalam keluarga). Jakarta: Rineka Cipta.
Darwin, M. (1999). Maskulinitas: Posisi laki-laki dalam masyarakat patriarkis. Center for Population and Policy Studies Gadjah Mada. http://www.lakilakibaru.or.id/wp-content/uploads/2015/02/S281_Muhadjir-Darwin_Maskulinitas-Posisi-Laki-laki-dalam-Masyarakat-Patriarkis.pdf. Diakses tanggal 17 Juni 2017.
Dewi, I. A. S. (2017). Studi pendahuluan : Dinamika penerimaan diri pada remaja broken home di Bali. Naskah tidak dipublikasikan, Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar.
Dewi, P. S., Utami, M. S. (2008). Subjective well-being anak dari orangtua yang bercerai. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, vol. 35 (2). https://journal.ugm.ac.id/JPSI/article/view/7952. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
Evitasari, I. A. G. S., Widiasavitri, P. N., Herdiyanto, Y. K. (2015). Proses penerimaan diri remaja tunarungu berprestasi. Jurnal psikologi Udayana, 2(2), 138-150. https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25148. Diakses tanggal 18 April 2017.
Feist, J., Feist, G. J. (2014). Theories of personality: Teori kepribadian 7th edition (Handriatno. penerjemah). Jakarta: Salemba Humanika.
Fitriani, O., Handayani, S., Asiah, N. (2017). Determinan penyalahgunaan narkoba pada remaja di SMAN 24 Jakarta. Jurnal Uhamka, Vol.2, No.1.
http://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/article/view/516. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
Hawari, D. (1997). Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif . Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Helmi, A. (2004). Gaya kelekatan, atribusi, respon emosi, dan perilaku marah. Buletin Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, vol.12 (2). http://avin.staff.ugm.ac.id/data/karyailmiah/modelteoritis_avin.pdf. Diakses tanggal 12 Desember 2017.
HIMPSI. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia: Jakarta.
Hurlock, E. B. (2008). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim. (2015). Metodologi penelitian kualitatif: Panduan penelitian berserta contoh proposal kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Intan, N. (2016). Gaya cinta ditinjau dari kematangan emosi pada remaja broken home. 31 Maret 2016. Universitas Muhammadiyah Malang. http://eprints.umm.ac.id/23822/. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
Kartono, K. (2014). Patologi sosial 2, kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Kellehear, A. (2008). On death and dying: New introduction by Professor Allan Kellehear. Published in the Taylor and Francis E-library. https://books.google.co.id/books/about/On_Death_and_Dying.html?id=ar2lqlxsHeQC&redir_esc=y. Diakses tanggal 17 Februari 2018.
Khairani, M., Fajri, A. (2011). Hubungan antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal psikologi Undip, 10(2).
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2885. Diakses tanggal 10 April 2017.
Koentjaraningrat. (1998). Pengantar antropologi II: Pokok-pokok etnografi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lestari, D. W. (2014). Penerimaan diri dan strategi coping pada remaja korban perceraian orangtua. Ejournal Psikologi FISIP Universitas Mulawarman. 2(1): 1-13. http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/. Diakses tanggal 18 Desember 2017.
Matthews, D. W. (1993). Acceptance of self and others. North Carolina Coopertaive Extension Service: Electronic publication number HE2762.
McFarlane, A. H., Bellissimo, A. (1995). The role of family and peers in social self-efficacy: links to depression in adolescence. American Jornal of Psychology. http://psycnet.apa.org/buy/1996-01492-001. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
Moleong, L. J. (2016). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. (1999). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya (Haditono, S. R. penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Olson, D. H., Defrain, J. (2003). Marriages and families: Intimacy, diversity, and strengths (4th edition ed.). New York: McGraw-Hill.
Padatu, H. (2015). Konsep diri dan self disclosure remaja broken home di Kota Makassar. Jurnal ilmiah Universitas Hasanuddin.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjFkK_p7MPZAhWJu48KHQyKDsgQFggnMAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fhandle%2F123456789%2F14798&usg=AOvVaw34HtMqqt19SxZ3FiU5Cmoi. Diakses tanggal 18 April 2017.
Padmiari, I. A. E., Sugiani, P. P. S., Gumala, N. M. Y., Oktarina. (2015). Pemberdayaan sekaa teruni pada pendampingan ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Klungkung Provinsi Bali, tahun 2014. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan vol.18 (3), 321-328.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/4556/0. Diakses tanggal 17 Juni 2017.
Papalia, D., Old, S., Feldman, R. D. (2008). Human development: Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana.
Purnamasari, K. Marheni, A. (2017). Hubungan antara pola asuh otoriter dengan perilaku menjalin persahabatan pada remaja di Denpasar. Jurnal psikologi Udayana, 4(1), 20-29. https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/30001. Diakses tanggal 17 Juni 2017.
Putra, R. A. (2014). Hubungan antara penerimaan diri dengan penyesuaian diri pada remaja difabel. 10 Maret 2015. Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/32243/.Diakses tanggal 18 April 2017.
Putri, I. A. K., Tobing, D. H. (2016). Gambaran penerimaan diri pada perempuan Bali pengidap HIV-AIDS. Jurnal psikologi Udayana, vol.3(3), 395-406. https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/28054. Diakses tanggal 17 Juni 2017.
Putri, A. K. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada wanita perimenopause. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Universitas Airlangga. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/110810218_RINGKASAN.pdf. Diakses tanggal 18 April 2017.
Putri, S. W. (2012). Perilaku memaafkan di kalangan remaja broken home. EMPHATY Jurnal Fakultas Psikologi, vol.1 (1).
http://jogjapress.com/index.php/EMPATHY/article/view/1599. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
Republik Indonesia. (1974). Undang-undang perkawinan. Sekretariat Negara: Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Undang-undang nomor 35 pasal 14 tentang perlindungan anak. Sekretariat Negara: Jakarta.
Ridha, M. (2012). Hubungan antara body image dengan penerimaan diri pada mahasiswa Aceh di Yogyakarta. EMPHATY Jurnal Fakultas Psikologi, vol. 1(1), 111-121. http://jogjapress.com/index.php/EMPATHY/article/view/1419. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
Rohana, U. N. (2013). Perbedaan forgiveness ditinjau dari tipe kepribadian remaja yang orangtuanya bercerai. 19 November 2013. Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Rohana.pdf. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak 11th edition ed., vol.II. (Hardani, E. M. W. penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Sari, K. D. L., Budisetyani, I. G. A. P. W. (2016). Konsep diri pada anak dengan orangtua yang bercerai. Jurnal psikologi Udayana.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25241. Diakses tanggal 18 April 2017.
Saripuddin, M. (2009). Hubungan kenakalan remaja dengan fungsi sosial keluarga. Jakarta: EGC.
Satori, D., Komariah, A. (2017). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Setyawan. (2007). Membangun pemaafan pada anak korban perceraian. Konferensi nasional I IPK-HIMPSI: Stress Manajemen dalam Berbagai Setting Kehidupan. http://eprints.undip.ac.id/19069/1/imam_s_MEMBANGUN_PEMAAFAN_PADA...pdf. Diakses pada 17 Juni 2017.
Subagia, I. W., Wiratma, I. G. L. (2006). Potensi-potensi kearifan lokal masyarakat Bali dalam bidang pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 552-568. https://pasca.undiksha.ac.id/. Diakses tanggal 10 Januari 2018.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kombinasi (mix methods). Bandung: Alfabeta.
Sukerti, N. N., Ariani., Krisnawati. I. G. A. A. A. (2015). Penegakan hukum terhadap hak asuh anak akibat perceraian dalam praktik peradilan di Bali. Jurnal magister hukum Udayana, 4(1), 90-100. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/article/view/13043. Diakses tanggal 10 Juni 2017.
Syaodih, E. (1995). Psikologi perkembangan. Bandung: Mandar Maju.
Quensel, S., Paul M., Aoife B., Auke, W. M. Bloom, R. Jonhson, B. Kolte R.P. (2002). Broken home or drug using peers: Journal of Drug Issues 0022—0426/02/02. 467- 490. England: University of Bremen.
Willis, S. S. (2009). Family counseling, Bandung; Alfabeta.
Published
2018-06-30
How to Cite
DEWI, Ida Ayu Shintya; HERDIYANTO, Yohanes Kartika. DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA BROKEN HOME DI BALI. Jurnal Psikologi Udayana, [S.l.], p. 211-220, june 2018. ISSN 2654-4024. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/40414>. Date accessed: 06 may 2024.
Section
Articles