Efek Penambahan Kotoran Sapi terhadap Kualitas Kompos pada Pengomposan Batang Pisang
Abstract
ABSTRAK
Pengomposan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatan kegunaan dan nilai tambah dari limbah bahan organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kotoran sapi terhadap kualitas kompos. Pada proses pengomposan limbah batang pisang untuk menentukan komposisi campuran bahan yang terbaik dari penggunaan batang pisang dan kotoran sapi yang menghasilkan kualitas kompos sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7030-20014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pisang dan kotoran sapi dengan perbandingan berat batang pisang dengan kotoran sapi yaitu: K1 (1:1), K2 (2:1), K3 (3:1), K.BP (hanya batang pisang). Proses pengomposan pada penelitian ini menggunakan Biokomposter Tahiron New Garden Bag 2. Pada proses pengomposan suhu diamati setiap hari, sedangkan kadar air C-organik, Nitrogen, rasio C/N dan pH diamati setiap 14 hari sekali. Suhu pada perlakuan K1, K2, K3dan K.BP yaitu masing-masing mencapai 43,6oC, 44,3 oC, 43,6 oC dan 38,6 oC. Parameter suhu, pH, dan kadar air tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antar perlakuan sedangkan rasio C/N pada pebandingan KBP dengan K1 (1:1), K2 (2:1), dan K3 (3:1) menunjukkan perbedaan. Perlakuan K2 menunjukkan komposisi campuran terbaik yang ditunjukkan oleh suhu pengomposan mendekati termofilik yaitu 44,3oC. Rasio C/N dari semua perlakuan belum memenuhi SNI 19/7030/2004, sedangkan pH, kadar air, bahan organik memenuhi standar tersebut.
ABSTRACT
Composting is an alternative means to increase the usefulness and added value of organic waste. The purpose of this study was to determine the effect of adding cow dung and banana stem. This study expected to obtain the best composition of the mixture of ingredients from the use of banana stalks and cow dung according to the Indonesian National Standard (SNI) 19-7030-20014. The materials used in this study were banana stalks and cow dung with a ratio of banana stalks to cow dung, namely: K1 (1: 1), K2 (2: 1), K3 (3: 1), K.BP (only banana stalks). ). The composting process in this study used Biocomposter Tahiron New Garden Bag 2. In the composting process, the temperature was observed every day, while the moisture content of C-organic, nitrogen, C / N ratio, and pH were observed once every 14 days. The temperatures in the K1, K2, K3, and K.BP treatments were respectively 43.6 oC, 44.3 oC, 43.6 oC, and 38.6 oC. Temperature, pH, and moisture content parameters did not show significant differences between treatments, while the C / N ratio in the comparison between KBP and K1 (1: 1), K2 (2: 1), and K3 (3: 1) showed differences. K2 treatment showed the best mixture composition with the composting temperature approaching thermophilic, namely 44.3oC. The C / N ratio of all treatments did not meet SNI 19/7030/2004, while pH, moisture content, the organic matter within the range as regulated in the standard.
Downloads
References
Azwar, E. (2018). Transformation of biomass into carbon nanofiber for supercapacitor application–a review. Journal of Hydrogen Energy, 43(45), 20811-20821.
Dewi Y. S. dan Tresnowati. (2012). Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Menggunakan Metode Komposting. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.8 No.2.
Djuarnani, N. K. dan B. S. S. (2005). Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Esther JR. (2009). spectrometric analysis of biomarkers and dilution markers in exhaled breath condensate reveals elevated purines in asthma and cystic fibrosis. American Journal of Physiology-Lung Cellular and Molecular Physiology, 2009, 296.6: L987-L993.
Gumbira-Said, E. (1987). Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Haug. (2018). The practical handbook of compost engineering. Routledge,.
Indriani, Y. H. (2002). Membuat Kompos Secara Kilat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kesumaningwati, R. (2015). Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca) sebagai Dekomposer Untuk Pengomposan Tanda Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Ilmu Pertanian, 40(1),40-45., 40(1), 40–45.
Mirwan, M. (2015). Optimasi Pengomposan Sampah Kebun dengan Variasi Aerasi dan Penambahan Kotoran Sapi Sebagai Bioaktivator. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 4(1):61-66.
Muhammad, F. R. (2016). Prototype Alat Biogas Berbahan Baku Kotoran Sapi Dan Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Untuk Produksi Listrik Menggunakan Stirling Engine (Ditinjau Dari Perputaran Stirling Engine Terhadap Tegangan Listrik). Jurnal Agrotekno, 55, 6.
Murbandono, L. (2000). Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurrani, L. (2012). Pemanfaatan batang pisang (Musa sp.) sebagai bahan baku papan serat dengan perlakuan termo-mekanis. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(1), 1-9.
Rahman, H. (2006). Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Uter(Musa paradisiacaLinn. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 26, 23.
Rosmarkam, A dan Yuwono, N. . (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta.
Som, M. et al. (2009). Stabilyti and maturity of a green waste and biowaste compost assessed on the basis of a molecular study using spectroscopy, thermal analysis. Journal Thermodesorption and Thermochemolysis. Science Direct., 56, 28.
Syafrudin. (2004). Pengaruh Konsentrasi Larutan dan Waktu Pemasakan Terhadap Rendemen dan Sifat Fisis Pulp Batang Pisang Kepok (Musa spp) Pascapanen. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian, 45, 24.
Wahyono, S., Sahwan, F. ., & Suryanto, F. (2003). Mengolah Sampah Menjadi Kompos. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan.
Widarti, B. N. (2015). Pengaruh rasio C/N bahan baku pada pembuatan kompos dari kubis dan kulit pisang. Jurnal Integrasi Proses, 5(2.
Yuwono, T. (2006). BioteknologiPertanian. Seri Pertanian. GadjahMadaUniversity Press. 66 hal.