Reproduksi Makna dan Fungsi Turistik Praktik Ritual Perang Ketupat di Desa Kapal, Badung
Abstract
This article is aimed to reinterpret the ritual of Ketupat War based on practical consciousness into reflexive consciousness to preserve agricultural tradition in Kapal Village, Badung Regency. This consciousness could be created by deconstructing the pragmatic materialistic perspective by promoting local knowledge Tri Hita Karana, philosophy on the harmonious relationship among human being, human and nature, and God. This research applied a descriptive qualitative method and structuration approach from Giddens to explain the ritual Perang Ketupat as reflexive consciousness. The research shows that the local people at Kapal Village interpret this ritual as practical consciousness without knowing the function and the meaning of the ritual. It means that ritual is only performed annually as a routine tradition. Therefore, reflexive consciousness needs to be nurtured through constructing the community`s awareness of this ritual as a tourist attraction, so that they can get the economic benefit (touristic meanings). In other words, tourism becomes a melting-pot producing space of the triple sections among nature, culture and tourism which is called Eco-Cultural Tourism Landscape (ECTL).
Downloads
References
Awig-Awig Desa Adat Kapal. 2007. Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Buku Guest Comment Wisatawan yang Berkunjung Ke Kapal Village Eco-Tourism 2008. Koleksi Pribadi Putu Alit Suarsawan. Alamat Br. Tegal Saat Kapal.
Buku Registrasi Kunjungan Wisatawan Ke Pura Purusada 2012-2015 Koleksi Pengelola Pariwisata Pura Purusada Kapal.
Denzin Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Hanbook of Qualitative Reseach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. 2016. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Badung Tahun 2016. Badung: Dinas Pariwisata Kabupaten Badung.
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung. 2016. Selayang Pandang Persubakan di Kabupaten Badung Tahun 2015. Badung: Pesedahan Agung Kabupaten Badung.
Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi: Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Goris, R. 1974. Sekte-Sekte di Bali. Jakarta: Bhratara.
Khondker Habibul Haque. 2004. “Glocalization as Globalization: Evolution of Sociological Concept” in Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1. No. 2. July, 2004.
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi: Pokok-Pokok Etnografi Jilid I dan II. Jakarta: P.T. Asdi Mahasatya.
Lembaga Bahasa dan Budaja Universitas Indonesia, 1954. Prasasti Bali I. Bandung: N.V. Masa Baru.
Lontar Tabuh Rah Pengangon. Ukuran Lontar 3,5 x 27 Cm. Kode Lontar 201/Sr./1390. Diterjemahkan oleh K. Sudarsana. Koleksi K. Sudarsana. Alamat Br. Basangtamiang Kapal.
Lubis, Akhyar Yusuf. 2014.Post Modern: Teori dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Peraturan Bupati Badung No. 47 Tahun 2010 Tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata di Kabupaten Badung.
Peraturan Bupati Bupati Badung Nomor 7 Tahun 2005 dan Peraturan Bupati Badung No.43 Tahun 2014 Tentang Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Kepariwisataan Budaya Bali.
Peters, Jan Hendrik dan Wisnu Wardana. 2015. Memahami Roh Bali: Desa Adat Sebagai Ikon Tri Hita Karana (Discovering The Spirit of Bali). Denpasar: Udayana University Press.
Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. (Edisi Terjemahan). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra.
Pitana, I Gde dan I Gde Setiawan Adi Putra. 2013 “Pariwisata sebagai Wahana Pelestarian Subak, dan Budaya Subak Sebagai Modal Dasar dalam Pariwisata”, dalam Jurnal Kajian Bali. Vol. 3. No. 2. 2013, pp. 159-180.
Priyono, B. Herry. 2016. Anthony Giddens: Suatu Pengantar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Ratna, Kuta. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Sendra, I Made. 2016. “Paradigma Kepariwisataan Bali Tahun 1930-an: Studi Geneaologi Kepariwisataan Budaya” dalam Jurnal Kajian Bali, Volume 06, Nomor 02, Oktober, pp. 97-124.
Sendra, I Made. 2010. “Shamanisme: Sebuah Pendekatan Teologi Terhadap Sikap dan Tingkah Laku Keagamaan Masyarakat Jepang” dalam Sphota, Jurnal Linguistik dan Sastra. Volume 2. No. 3.
Shastri, N.D. Pandit. 1963. Sedjarah Bali Dwipa Djilid I. Denpasar: Bhuwana Saraswati.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
The Ministry of Culture and Tourism of the Republic of Indonesia, 2011. Cultural Landscape of Bali Province: Nomination for Inscriptioon on The UNESCO World Heritage List. Jakarta: Director of Archeological Heritage, Ministry of Culture and Tourism.
Windia, Wayan dan Wayan Alit Artha Wiguna. 2013. Subak: Warisan Budaya Dunia. Denpasar: Udayana University Press.
Windia, Wayan. 2013. “Penguatan Budaya Subak Melalui Pemberdayaan Petani”, dalam Jurnal Kajian Bali, Vol. 3. No. 2. 2013, pp. 137-158.
Yamashita Shinji. 2013. ”The Balinese Subak as World Cultural Heritage: In the Context of Tourism”, dalam Jurnal Kajian Bali, Vol. 3. No. 2., pp. 139-168.
Yani, Dwi dan Ni Komang Erviani. 2010. Jendela Pariwisata Indonesia: How Lucky is Bali. Kerobokan Kuta: Wisnu Press.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.