Laporan Kasus: Gingivostomatitis Plasmasitik akibat infeksi Feline Immunodeficiency Virus dan Feline Leukimia Virus pada Kucing Lokal
Abstract
Gingivostomatitis plasmasitik merupakan salah satu penyakit akibat infeksi retrovirus yang menyebabkan rasa nyeri pada rongga mulut kucing. Kejadian plasmasitik gingivostomatitis ditandai dengan peradangan kronis yang menyebabkan lesi erosi dan proliferasi pada gusi, buccal mucosa, dan caudal oral kucing sampai ke glosofaring. Pada laporan ini akan dibahas mengenai gingivostomatitis plasmasitik akibat infeksi Feline Immunodeficiency Virus dan Feline Leukemia Virus pada kucing lokal. Hewan kasus adalah seekor kucing lokal dengan jenis kelamin betina, berumur tujuh tahun, bobot badan 2,4 kg, dan rambut berwarna kuning hitam. Kucing kasus dibawa ke klinik Bali Central Vet pada tanggal 27 September 2022. Kucing telah menunjukkan gejala sakit dari bulan Maret 2022. Pada pemeriksaan klinis rongga mulut ditemukan adanya plak pada gigi premolar (107, 108, 207, 208), peradangan dan ulkus pada gusi gigi premolar (107, 108, 206), glosofaringeal berwarna merah (strawberry jam), halitosis, disfagia, saliva yang berlebihan dan berdarah. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan swab glosofaring, histopatologi, X-ray, dan rapid test FIV Ab/FeLV Ag kucing kasus didiagnosis mengalami gingivostomatitis plasmasitik yang diduga akibat infeksi virus Feline Immunodeficiency Virus dan Feline Leukemia Virus. Penanganan yang dilakukan berupa tindakan pembedahan tonsilektomi dan scaling. Pengobatan dilakukan dengan pemberian amoxicillin clavulanate, methylprednisolone acetate, dan vitamin. Dua minggu pascaoperasi, suara stridor pada laring sudah tidak terdengar, hewan mengalami peningkatan bobot badan, dan mukosa gingiva berwarna merah muda. Pengobatan yang diberikan terhadap gingivostomatitis plasmasitik bersifat simtomatis, tidak secara kausatif. Pada pengobatan ini stridor dan peradangan membaik tetapi dikarenakan virus Feline Immunodeficiency Virus dan Feline Leukemia Virus masih ada pada tubuh hewan, maka kemungkinan gejala akan muncul kembali.