CONFLICTING MAXIMS IN IMPLICATURE IN PYGMALION

  • I Nyoman Teges Triguna

Abstract

Satu ujaran tidak hanya mengandung satu makna saja, terkadang ujaran-ujaran tersebut
memiliki makna lain yang tersirat. Grice (1975) menyebut makna tersirat tersebut
sebagai Implikatur. Implikatur timbul karena adanya pelanggaran prinsip kerja sama
yang lebih khusus terjadi pada bidal: (1) kuantitas, (2) kualitas, (3) relevansi, dan (4)
cara. Dari keempat bidal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bidal yang
bertentangan yang ditemukan di setiap implikatur yang ada di drama Pygmalion.
Sumber data dalam penelitian ini adalah drama Pygmalion yang ditulis oleh George
Bernard Shaw dan data diambil dengan metode riset pustaka. Data kemudian dianalisis
dengan metode kualitatif. Teori yang menjadi landasan di dalam penelitian kualitatif ini
adalah teori pragmatik tentang Implikatur. Schiffirn (1994: 194) menyatakan bahwa
Implikatur adalah sesuatu yang tersirat yang berbeda dari apa yang disampaikan. Grice
(di Levinson, 1983) menyebutkan bahwa penutur cenderung bekeinginan untuk
memenuhi dua bidal yang bertentangan yang memicu pelanggaran satu bidal
untuk mendukung bidal yang lainnya.
Dari analisis penelitian ini diperoleh bahwa ada dua kasus pelanggaran bidal;
(1) bidal kuantitas dengan bidal kualitas dan (2) bidal kuantitas dengan bidal
relevansi. Bidal kuantitas dilanggar karena penutur tidak mampu menyediakan
informasi yang benar sebagaimana yang diminta oleh bidal kualitas. Begitu pula
pelanggaran terjadi pada bidal kuantitas ketika penutur dituntut untuk
memberikan jawaban yang relevan sementara dia tidak memiliki informasi yang
sesuai.

Downloads

Download data is not yet available.
How to Cite
TRIGUNA, I Nyoman Teges. CONFLICTING MAXIMS IN IMPLICATURE IN PYGMALION. Humanis, [S.l.], mar. 2013. ISSN 2302-920X. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/view/4999>. Date accessed: 27 apr. 2024.
Section
Articles

Keywords

implikatur, bidal.