Implementasi Tri Hita Karana dalam Pengembangan Ekowisata Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Bukit Cemeng Kabupaten Bangli
Abstract
This study aims to examine the implementation of the Hindu philosophy Tri Hita Karana (three sources of happiness) in the development of Bukit Cemeng Ecotourism in Bangli Regency so that it can be a reference in the development of sustainable tourist attractions based on local wisdom in Bali. This study uses a qualitative method where data is collected through observation-participation techniques, in-depth interviews, and qualitative-interpretive analysis. The results of this study indicate that the implementation of the Tri Hita Karana concept in the development of Bukit Cemeng Ecotourism towards sustainable tourism can be seen from three aspects, namely the Parhyangan which concerns the relationship between humans and God, the Pawongan concerning human relationships with others, and the Palemahan, namely the human relationship with nature or environment. The contribution of this article emphasizes the importance of implementing local wisdom values ??in ecotourism development so that it can be sustainable in the future.
Downloads
References
Cooper, C. et. al. (1993). Tourism Principles & Practice. England: Longman Group Limited.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli. (2020). “Ekowisata Bukit Cemeng”. Profil Kepariwisataan Kabupaten Bangli. Bangli: Disparbud Kabupaten Bangli.
Fandeli, C dan Muklison, Ed. (2000). Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayati, Deny dkk. (2003). Ekowisata, Pembelajaran dari Kalimantan Timur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hidayat, Syarif. (2016). “Strategi Pengembangan Ekowisata di Desa Kinarum Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan”. Jurnal Hutan Tropis, Vol. 4, No. 3, Hal. 282-292.
Irawan, Koko. (2010). Potensi Objek Wisata Sebagai Daya Tarik Wisata. Yogyakarta: Kertas Karya.
Mudana, I Gusti Agung Made Gede. (2018). “Eksistensi Pariwisata Budaya Bali dalam Konsep Tri Hita Karana”. Jurnal Ilmiah Hospitality Management, Vol. 8, No. 2, Hal. 61-68.
Newman, W L. (1997). Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approache. Boston: Allyn & Bacon.
Nugroho, Iwan (2011). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Malang: Universitas Widyagama.
Pemerintah Provinsi Bali. (2020). Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali.
Runa, I Wayan. (2012). “Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita Karana untuk Kegiatan Ekowisata”. Jurnal Kajian Bali, Vol. 2, No. 1, Hal. 149-162.
Sardiana, I Ketut and Purnawan, Ni Luh Ramaswati. (2015). “Community-based Ecotourism in Tenganan Dauh Tukad: An Indigenous Conservation Perspective”. Jurnal Kajian Bali, Vol. 05, No. 02, Hal. 347-368.
Sendra, I Made. (2011). “The Tri Hita Karana Philosophy as a Model of Rural Tourism Development in Bali”. Jurnal Analisis Pariwisata, Vol. 11, No. 1, Hal. 66-75.
Sukerada, I.K. dkk. (2013). “Penerapan Tri Hita Karana terhadap Kawasan Agrowisata Buyan dan Tamblingan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng”. Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 1, No. 2, Hal. 43-52.
Tanaya, Dhayita Rukti. (2014). “Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang”. Jurnal Teknik PWK, Vol. 3, No.1, Hal. 71-81.
Wardianto dan M. Baiquni. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung: Lubuk Agung.
Wiana, I Ketut. (2007). Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya: PARAMITA.
Wibowo. (2007). “Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung Merapi-Merbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali”. Skripsi. Surakarta: FISIP Universitas Sebelas Maret.
Winarno, Gunadi Djoko & Harianto, Sugeng Prayitno. (2017). Buku Ajar Ekowisata. Bandar Lampung: Universitas lampung.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.