Makna Keterlibatan Masyarakat Muslim dalam Ritual Hindu di Desa Angantiga, Petang, Kabupaten Badung

  • I Gst Pt Bagus Suka Arjawa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Abstract

Social harmony is a necessary condition for creating social stability in a plural society. Social stability will encourage the emergence of positive social interactions. This study examines the involvement of the Muslim community in participating in Hindu community rituals. This type of research is qualitative with the hermeneutic and verstehen methods. The theory used is symbolic and structural functional interactionism by developing the concepts of tolerance, solidarity and social harmony. The findings in the field are that the involvement of the Muslim community in the rituals of odalan (temple festival), cremation and mapag toya (welcoming the flowing of water) are form of social awareness of their existence in an area that shares the goal of social stability. To achieve this they develop a tolerant attitude and then manifest solidarity in their activities. From this understanding emerges social stability which shows social harmony in the region.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Arjawa, GPB Suka. (2020). Unsur-Unsur Kegembiraan dalam Ritual Ngaben (belum diterbitkan, dalam proses pengajuan percetakan Pustaka Ekspresi).

Astra, Semadi, I Gde. (2014). “Pluralitas dan Heterogenitas dalam Konteks Pembinaan Kesatuan Bangsa”. Jurnal Kajian Budaya, Vol. 10, No. 20, Juli, h. 1-20 https://ojs.unud.ac.id/index.php/kajian/article/view/13869/9576. Diakses 26 Desember 2020

Bakta, I Made.(2018). Pengantar Filsafat Ilmu. Denpasar: Udayana University Press.

Basyir, Kunawi, 2013. “Pola Kerukunan Antarumat Islam dan Hindu di Denpasar Bali”. Islamica: Jurnal Studi Keislaman. Vol. 8, No. 1 2013, hal 1-27.

Christie, Daniel J., Dawes, Andrew. (2001). “Tolerance and Solidarity”. Peace and Conflick: Jurnal of Peace Psychology. (7) 2. 131-142.

Dananjaya, Hari Mukti, I Nyoman, Sudharma, I Putu. (2017). “Upacara Mapag Toye di Pura Bedugul Desa Pakraman Nyanglan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung”. Jurnal Penelitian Agama Hindu, Vol. 1, No. 1, Mei. h. 89-95.

Darwis, M., (2013). “Harmoni dan Disharmoni Sosial Etnis Perkotaan: Studi Sosial Etnis Makassar dengan Etnis Tionghoa di Kota Makassar, Socius, Vol. XIV, Oktober- Desember. h. 9-40.

Geertz, Clifford, Hadikusumo, Hartono (terj.), (2000). Negara Teater. Yogyakarta: Bentang.

Karim, M. Abdul, (2016). “Toleransi Umat Beragama di Desa Loloan, Jembrana, Bali: Ditinjau dari Perspektif Sejarah”. Analisis, Vol. 16,No. 1, Th. 2016. h. 1-32.

Laksmi, (2017). “Teori Interaksionisme Simbolik dalam Kajian Ilmu Perpustakaan dan Informasi”. Pustabilia: Journal of Library and Information Science, Vol 1., No 1, Desember. h. 121-138.

Marsita, Jaka. (2012). “Mata Tombak Keraton Kesepuhan Cirebon: Kajian tipe dan makna Mata Tombak”. Skripsi, Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314734-S43862-Mata%20tombak.pdf. Diakses 31 Desember 2020.

Muchtar, Ibnu Hasan, (2013). “Peran Kelompok Keagamaan dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama”. Jurnal Harmoni, Vol 12, No. 3 September-Desember h. 136-151

Mulyadi, Mohammad, 2011. “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya”. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol. 15. No. 1 (Januari-Juni 2011), h. 127-137.

Nordholt, Henk Shulte., Putra Yadnya, Ida Bagus (terj.). (2009). The Spell of Power: Sejarah Politik Bali, 1650-1940. Denpasar: Pustaka Larasan.

Pageh, I Made, Sugiartha, Wayan, dkk. (2013). “Analisis Faktor Integratif Nyama Bali-Nyama Selam, untuk Menyusun Buku Panduan Kerukunan Masyarakat di Era Otonomi Daerah”. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vo. 2., No. 2. hal. 239-248.

Prainsack, Barbara., Buyx, Alena, (2011). Solidarity: Reflections on an Emerging Bioethics. UK: Nufiled Foundation.

Ritzer, George, Goodman, Douglas J., Alimandan (terj.). (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ratu Agung, Yusuf, dkk. (2018). “Kohesi Sosial dalam Membentuk Harmoni Kehidupan Komunitas”. Jurnal Psikologi Perseptual, Vol. 3., No. 1, h. 37-43.

Riwanto, Astuti, Widi, dkk. (2018). “Masyarakat Multibudaya di Desa Adat Angantiga Kecamatan Petang Kabupaten Badung”. Widyasari, Vol 20, No. 1, h. 282-297.

Saidang, Suparman. (2019). “Pola Pembentukan Solidaritas Sosial dalam Kelompok Sosial antara Pelajar.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan, Vol 3, No. 2. 122-126.

Setiawan, Imas, (2020), “Harmoni Sosial Berbasis Budaya Gugur Gunung”. Empirisme: Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam, Vol 29, No. 1, Januari 2020, h. 29-40.

Suparlan, Parsudi. (2002). “Multikulturalisme”. Jurnal Ketahanan Nasional. Vol VI (1), April, h. 9-18.

Suryawan, Nyoman, (2017). “Kearifan lokal sebagai modal sosial dalam integrasi antara etnik Bali dan etnik Bugis di desa Petang, Badung, Bali”. Jurnal Kajian Bali, Vol. 7, No. 1.

Suyatra, I Putu. (2015). “Begini Makna Banten Bebangkit dan Enam Jajan yang Digunakan”. Bali Ekspress. https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/11/12/26153/begini-makna-banten-bebangkit-dan-enam-jajan-yang-digunakan. Diakses 1 Januari 2021

Sylvine Pickel-Chevalier et Budarma Ketut. (2016). “Towards sustainable tourism in Bali : A Western Paradigm in the face of Balinese Cultural Uniqueness”. Mondes do Tuorism. https://journals.openedition.org/tourisme/1187?lang. Diakses 3 Februari 2021

Tresnawaty, Betty, Afsari, Novi Hidayati. (2020). “Literasi Digital Pada Media Instagram @infinitygenre”. Kamera Indonesia: Komunikasi Media dan Penyiaran. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, h. 375-392

Van Doorn, Marjoka. (2014). “The Nature of Tolerance and the Social Circumstance”. Current Sociology Review, Oktober. 62 (6): 905-927.

Yasa, I Wayan Putra. (2020). “Tri Hita Karana untuk Pencegahan Covid-19 di Bali”. Jurnal Socius: Journal of Sociology, Research and Education. Vol 7, No. 1. h. 54-66.

Situs Internet/blog
Awindusiwi, (2015). “Fungsi Banten dalam Agama Hindu”. https://awindusiwi.wordpress.com/2015/10/13/fungsi-banten-dalam-agama-hindu/. Diakses 1 Januari 2021

Dharma Putra, Ketut Gede. (2009). “Tri Hita Karana: The Vision of Harmony”. http://kgdharmaputra.blogspot.com/2009/12/tri-hita-karana-vision-of-harmony-dr.html. Diakses 3 Februari 2021

Wawancara

Aji Sinar Jaya, anggota masyarakat Desa Pangsan, Petang, 26 Oktober 2020

Anak Agung Ngurah Bagus Suarmandala, tokoh Puri Carangsari, 25 Maret 2018 dan 15 Februari 2021

Bapak Mohamad Sahid, tokoh dan sesepuh muslim Desa Angantiga, 20 Januari 2018

Bapak Rasmudin, tokoh muslim Desa Angantiga, 20 Januari 2018 dan 15 Februari 2021
Published
2021-04-02
How to Cite
ARJAWA, I Gst Pt Bagus Suka. Makna Keterlibatan Masyarakat Muslim dalam Ritual Hindu di Desa Angantiga, Petang, Kabupaten Badung. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), [S.l.], v. 11, n. 1, p. 147-162, apr. 2021. ISSN 2580-0698. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/kajianbali/article/view/68593>. Date accessed: 19 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/JKB.2021.v11.i01.p09.