Drama Gong sebagai Media Pendidikan dan Kritik Sosial
Abstrak
Tulisan ini bertujuan membahas drama gong sebagai media pendidikan dan kritik sosial serta respon penontonnya. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, yakni mengkaji bahan bacaan dan lima kisah rekaman drama gong dalam kaset video dan CD, melakukan pengamatan terlibat dalam pementasan drama gong, serta wawancara mendalam dengan pemerhati seni-budaya Bali dan wakil dari penonton setia drama gong di Denpasar dan Gianyar. Analisis data dilakukan dengan menerapkan teori interaksionisme simbolik dan semiotika. Hasil kajian menujukkan bahwa sebagai seni pertunjukan rakyat Bali, drama gong yang lahir 1950-an telah menjadi media pendidikan dan kritik sosial yang efektif. Pesan pendidikan dan kritik sosial yang disampaikan drama gong mudah dipahami penontonnya sehingga perlu dilestarikan di era modern ini.
##plugins.generic.usageStats.downloads##
Referensi
Aridawati, Ida Ayu Putu. (2014). “Makna Sosiokultural Paribasa Bali dalam Seni Pertunjukan Drama Gong, Lakon Kalung Berlian”, Jnana Budaya Volume 19, Nomor 2, Agustus 2014 (167 - 182).
Atmaja, Jiwa. (1988). Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung. Denpasar: Udayana University Press.
Budiman, Kris. (2011). Semiotika Visual Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Barker, Chris. (2004). Cultural Studies, Teori & Praktik.Yogyakarta: Kreasi Wacana.
BKSTI, (2017). BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad Irianto.pdf.
Damono, Sapardi Djoko. (1979). Sosiologi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Penelitian dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Dibia, I Wayan. (1999). Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia & Arti Line.
Dibia, I Wayan. (2012). Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar: Arti Foundation.
Gautama, Wayan Budha. (2009). Kamus bahasa Bali (Bali - Indonesia). Surabaya: Paramita.
Geriya, I W. (1995). Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, Global. Denpasar : PT Upada Sastra.
Hasan, Fuad. 1980. Humor dan Kepribadian. Makalah seminar
Kartodirdjo, Sartono. (1973). Protest Movement in Rural Java: A Study of Agrarian Unrest in the Ninenteenth Centuries, Singapore: Oxford University Press.
McGrew A. & Lewis P. (1992). Global Politics: Globalization and The National State. Oxford, Polity Press.
Nurhadi, Zikri Fachrul. (2015). Teori-Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Palen, John. (1976). Sosial Problems. United States of Amerika: Mc-Braw Hill, Inc.
Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 4 tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali
Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali
Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan bahasa Bali.
Probonegoro, Ninuk Kleden. 1987. “Peranan Folklore dalam Kebudayaan: fungsi Humor sebagai Rite dalamkebudayaan Betawi”, Prisma no 3, Tahun XVI, Maret 1987.
Putra, I Nyoman Darma. (2008). “Modern Performing Arts As A Reflection Of Changing Balinese Identity”n Indonesia and the Malay World”; , Vol. 36, No104, pp. 87 - 114.
Putra, I Nyoman Darma. (2009). “Meninjau Kembali Sejarah Drama Gong”; https://balebengong.id/meninjau-kembali-sejarah-drama-gong/; Diaksess 28 Juni 2009.
Purnami, Ida Ayu. (2012). Implikatur Percakapan dalam Naskah Drama Gong Gusti Ayu Klatir Karya A.A. Wiyat S.Ardhi; Jurnal Pendidikan Bahasa Vol 1, No 1 (2012).
Riyadi, Soeprapto. (2001). Interaksionisme Simbolik (perspektif sosiologi modern. Malang: Averroes Press.
Ruastiti, Ni Made. (2010). Seni Pertunjukan Pariwisata Bali. Yogyakarta: Kanisius.
Setyawan, Arya Dani. (2011). “Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional”, (Online), Tersedia dalam http://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/fungsi-seni-pertunjukan-tradisional-di.html). Diakses 25 Agustus 2015.
Setia, Putu. (1987). Menggugat Bali. Jakarta: Grafitti Press.
Setia, Putu. (2006). Mendebat Bali. Denpasar: PT Pustaka Manikgeni.
Sobary, Muhammad. (1996). Kebudayaan Rakyat Dimensi Politik dan Agama. Yogayakarta: Bentang.
Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerdjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sugita, I Wayan. (2017). Pasang Surut Pementasan Drama Gong di Bali: Faktor Penyebab dan Implikasinya. Denpasar: Sekdut Bali Performing Arts Community.
Sugita, I Wayan. (2016). Dinamika Pementasan Drama Gong di Bali. Denpasar: Sekdut Bali Performing Arts Community.
Semadi, Anak Agung Putra. (2015). “Keterpinggiran Drama Gong Wijayakusuma Abianbase, Gianyar dalam Seni Pertunjukan Bali di Era Globalisasi”. DisertasiTidak Diterbitkan. Denpasar: Program Doktor Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana.
Taum, Yoseph Yapi. (2011). Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan. Yogyakarta: Lamalera.
Tisnu, Tjokorda Raka. (1996). “Drama Gong Teater Rakyat Bali”. Orasi Ilmiah pada Dies Natalis XXIV Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2013). Semiotika Komunikasi -Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
Widagama, Ngakan Putu Gatam. (2017). Pementasan Drama Gong Wijayakusuma Sebagai Media Komunikasi Tradisional Di Kelurahan Abianbase Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar. Jurnal penelitian Agama Hindu, Vol 1, Nomor 2, Oktobewr 2017.
Wilson, Edmund. (1941). The Wound and The Bow: Seven Studies in Literature. Cambridge: Rverside Press.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.