Puppet Show as Popular Culture in Bali: The Revitalization of Puppet Performing Arts through the Rhetoric Originality of Wayang Cenk Blonk

Abstract

The contemporary history of Balinese performing arts is characterized by the inception of the renowned puppeteer Wayan Nardayana’s monumental puppet show, popularly known as puppet or wayang Cenk Blonk, derived from the name of their punakawan characters (servants to the main hero) who are comical, intelligent, critical, and possessed of a broad range of social knowledge. The emergence of the Cenk Blonk puppeteer since the early 1990s has led to a significant expansion of the wayang performance in Bali, from rural older adult to urban youth audiences. This article examines the popularity of puppeteer Nardayana, focusing on his ability to incorporate rhetoric into his performances. The data was taken from the dialogue texts of his performances and examined with rhetoric theory. The study demonstrates that puppeteer Nardayana’s popularity is attributed to his ability to present stories in a refreshing, original, critical, and entertaining style without sacrificing the traditional puppetry principles. This study contributes to appreciating the revitalization of traditional art in a globalized era.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

I Nyoman Suaka, IKIP Saraswati, Tabanan, Indonesia

      I Nyoman Suaka, lahir di Tabanan, 31 Desember 1961. Pendidikan S1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unud, tamat tahun 1986. Pendidikan S2 dan S3 pada Pascasarjana Kajian Budaya FIB Unud. Diangkat sebagai dosen Kopertis (L2Dikti) Wilayah VIII Denpasar tahun 1987 diperkerjakan di IKIP Saraswati Tabanan. Pernah menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kemudian tahun 2010-2020 sebagai Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.  Sejak tahun 2020 sebagai Wakil Rektor I IKIP Saraswati sampai sekarang. Beberapa buku yang telah diterbitkan antara lain: Sastra Sinetron dalam ideologi Budaya Populer (Penerbit, Udayana University Press tahun 2013), Kawin Campur: Konflik Sastra dan Budaya (Penerbit, Ombak Yogjakarta tahun 2015). Bidang yang diminati, sastra, pendidikan dan budaya.

 

I Made Budiasa, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Denpasar, Indonesia

I Made Budiasa lahir di Tabanan, 17 Juli 1963. Menyelesaikan studi S-2 di Program Studi Kajian Kajian Budaya Unud (2001) dengan kepakaran sastra lisan. Intansi Kerja Badan Riset dan Inovasi Nasional. Alamat kantor Jalan Raya Sesetan No. 80 Denpasar. Ikut terlibat dalam penelitian ilmiah (a) Preservasi Subak Melalui Penguatan Awig-awig dan Pararem Subak (2022) dan Pengobatan Tradisional Bali untuk Anak Usia Dini: Kajian Teks Usada (2023). Beberapa tulisan dalam jurnal: Spiritual leadership of king Waturenggong: A Semiotik Studi of the Naga Banda Mytos (2023), Religious Belonging and Sense of Self in Hindu Education: The Role of Teachers' Dynamic Approaches and Students' Socioeconomic Status (2023), Investigate Magic Treatment Systems Against Sempengot and Bebai Diseases in Bali: Mantra, Medium, Techniques and the Days Invention of Healin (2023), Interpreting Unen-Unen Semut Ireng Anak-Anak Sapi with an Intertext Approach (Book Chapter, 2023), Conservation of Subak to Promote Sustainable Development and Improve the Wellfare of Bali's Farmer (2023).

References

Barker, C. ( 2005). Cultural Studies Teori dan Praktek. Yogjakarta: Bentang Pustaka.

Barker, C. (2014). The Sage Dictionary of Cultural Studies. (terjemahan Putranto). Jogjakarta: Kanisius.

Bourton, G. (2008). Media dan Budaya Populer. Yogjakarta: Jala Sutra.

Budiasa, I.M. (2002). “Ungkapan Erotisme Dalam Lakon Subadra Larung,” dalam Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. No. 29, Th. XVII, pp. 424-444. Denpasar: Balai Bahasa Kemendiknas.

Budiasa, I.M. (2007). “Pelestarian Wayang dalam Upaya Pembinaan dan Pengembangan Sastra,” dalam Jurnal Aksara, Bahasa dan Sastra. pp. 133-147.

Budiasa, I.M. (2011). “Fungsi Lakon Katundung Ngada dalam Masyarakat Bali, dalam Bunga Rampai hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Denpasar: Balai Bahasa.

Bungin, B. (2017). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fiske, J. (2011). Understanding Popular Culture. London dan New York: Routledge.

Geertz, C. (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hasanuddin, W.S. (2002). Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa

Hendro, D., Marajaya, I.M. (2021). “Makna Ruwatan Wayang Cupak Dalang I Wayan Suaji,” dalam MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 36, Nomor 1, February 2021 pp. 63 – 74. DOI: https://doi.org/10.31091/mudra.v36i1.1329

Ida, R. (2014). Metode Penelitian Studi Media dan kajian Budaya. Jakarta : Prenada Media Group.

Keraf, G. (1988). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kertonegoro, K.M. (2009). Figur Wayang Jawa dan Bali dalam Lakon Abadi Ramayana. Denpasar: Daya Putih Foundation.

Kingham, S. P. (2010). A Comparative Study of the Kayon in the Shadow Puppet Theatre of Java, Bali and Kelantan: A Visual and Interpretive Understanding of its Symbols. Penang: Universiti Sains Malaysia.

Laba, I.N., Semara, I.M.T, Tunjungsari, K.R. (2018). “Dampak Terpaan Informasi Media Digital Terhadap Perkembangan Pariwisata dan Perilaku Masyarakat Bali,” dalam Jurnal Kajian Bali Vol. 8 Nomor 02, Oktober 2018. pp. 177-196. DOI: https://doi.org/10.24843/JKB.2018.v08.i02.p11

Laksamana P., Gumana, P. (2023). “Fungsi Referensial dan Metalinguistik Campur Kode Bahasa Dalam Pementasan Wayang Cenk Blonk Lakon Ludra Murthi,” dalam Jurnal Damar Pedalangan Seni dan Budaya, ISI Denpasar vol. 3 No, 2, Oktober, pp. 1-9.

Marajaya, I. M. (2017a). “Wayang Kulit Cenk Blonk Dalam Konteks Promo.” dalam Mudra Jurnal Seni Budaya, 31(2), pp. 187-89. ( https://doi.org/10.31091/mudra.v31i2.30

Marajaya, I.M. (2017b). “Wayang D-Karbit Representasi Wayang Kulit Bongkasa,” dalam Ragam Wacana Bahasa, Sastra dan Budaya (Ed. Erfiani), pp. 321-338. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Marajaya, I.M. (2019). Pertunjukan Wayang Kulit Bali Dari Ritual Ke Komersialisasi. Dalam Kalangwan Jurnal Seni Pertunjukan, Volume 5, Nomor 1, Juni 2019, pp. 21 – 28. DOI: https://doi.org/10.31091/kalangwan.v5i1.730

Mukti, M. (2009). “Relasi Estetika Wayang dan Estetika Agama,” dalam Imaji Jurnal Pendidikan dan Seni, Vol. 7 No. 1, Februari, pp. 69-76. DOI: 10.21831/imaji.v7i1.6644

Mulyono, S. (1989). Simbolisme dan Mistikisme. Jakarta: Gunung Agung.

Nardayana, I.W. (2018). “Aktualisasi Bahasa dan Sastra dalam Wayang Kulit Cenk Blonk,” Makalah dalam Seminar Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda IKIP Saraswati Tabanan, 26 Oktober.

Pringadi, R. (2004). Wayang Kulit Asal usul dan Proses Sejarah Perkembangannya,” dalam Bende . Edisi 10, Februari 2004. Hlm 19-25, Surabaya: Taman Budaya Jatim.

Putra, I.N.D. (2008). Modern performing arts as a reflection of changing Balinese identity. Indonesia and the Malay World, 36 (104), 87-114. DOI: https://doi.org/10.1080/13639810802017842

Putra, I.N.D. (2014). Popularizing Religious Values through Textual Singing on Interactive Radio and TV Programmes in Bali. The Journal of Hindu Studies, Volume 7, Issue 2, August 2014, Pages 273–295, https://doi.org/10.1093/jhs/hiu022

Ratna, I.N.K. (2007). Estetika Sastra dan Budaya.Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso, P. (2000). “Estetika Puisi Sebagai Pasemon,” dalam Horison Kaki Langit, No. 39, April . Jakarta: Yayasan Indonesia.

Saputra, G. W. A., Mbete, A. M., & Muliana, I. N. (2022). Humor Discourse in Art Performances of Shadow Puppets Cenk Blonk. Austronesian: Journal of Language Science & Literature, 1(2), 56-73. DOI: https://doi.org/10.59011/austronesian.1.2.2022.56-73

Satoto, S. (2012). Stilistika. Yogjakarta: Ombak.

Sedana, I. N., & Foley, K. (2016). Traditional Indonesian theatre. In Routledge Handbook of Asian Theatre (pp. 71-94). Routledge.

Senopati, G.A.B., Wicaksandita, I.D.K. (2023), “Wayang Bali dan Aktivisme Sosial: Studi Kasus Retorika Dan Wayang Sampah Daur Ulang Dalam Teaser Sinematografi Pahayu Gumine,” dalam Jurnal Damar Pedalangan, ISI Denpasar. Vol. 3, No. 2, Oktober, pp. 1-13.

Storey, J. (1996). Cultural Studies dan Budaya Populer. Yogjakarta: Jalasutra.

Strinati, D. (2007). Popular Cultura: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Kajian Budaya Pop. Yogjakarta: Bentang.

Suaka, I. N. (2013). Sastra Sinetron dalam Ideologi Budaya Populer. Denpasar: Udayana University Press.

Suaka, I.N. (2021). “Pembelajaran Gaya Bahasa di Era Pandemi Melalui Media Digital.” Dalam Prosiding, Stategi Pembelajaran Jarak Jauh di Era New Normal dengan Pendekatan Kearifan Lokal . Denpasar: Cakra Media Utama dan Saraswati Institut Press.

Sudjiman, P. (1993). Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti.

Suroso, dan Puji S. 2009). Estetika Sastra, Sastrawan dan Negara.Yogjakarta: Pararaton.

Suryanata, I.P.G., Marhaeni, N.K.S. (2023). “Peran Sastra Bali dalam Perwujudan Nilai Budaya Pada Cerita Pewayangan” dalam jurnal Damar Pedalangan ISI Denpasar. Vol. 3, No. 2, Oktober, pp. 1-8.

Trianto, T. (2004). “Jagad Pakeliran Dalam Perspektif Klasik dan Modern.” Dalam Bende Edisi 10, Pebruari 2004. pp. 26-29, Surabaya: Taman Budaya Jatim.

Verheijen, B. and Putra, I.N.D (2020). Balinese Cultural Identity and Global Tourism: The Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Asian Ethnicity, 21(3), 425-442. DOI: https://doi.org/10.1080/14631369.2019.1641691

Widnyana, I.W. 2007. Pembelajaran Seni Pedalangan Bali Berdasarkan Teks Purwa Wasana sebuah Kajian Budaya. Denpasar: Kayu Mas Agung.

Wilimantara, M. P., Robins, G., Samsithawrati, P. A., & Student, B. (2015). Protection Of The New Wayang Kulit Character As The Creation Of Shadow Master (Kawi Dalang) From Indonesian And Australian Copyright Laws Perspective. In Conference on Strengthening Local Communities in a Global Economic Order, Organized by Faculty of Law Udayana University and School of Law Charles Darwin University, Bali, 10 December 2015.

Yuga, I. S. (2008). Bali Tanpa Bali. Denpasar: Panakom.

Zaidan, A.R. (2009). Goenawan Mohamad Berpuisi dengan Ironi. Jakarta: Buku Pop

Zamsuri, (2012). “Pribumi VS Asing Kajian Postkolonial Terhadap Putri Cina karya Sindhunatha”, dalam Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Widyaparwa, vol 40 no. 1 Juni 2012, pp. 25-32. DOI: 10.26499/wdprw.v40i1.45
Published
2024-04-12
How to Cite
SUAKA, I Nyoman; BUDIASA, I Made. Puppet Show as Popular Culture in Bali: The Revitalization of Puppet Performing Arts through the Rhetoric Originality of Wayang Cenk Blonk. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), [S.l.], v. 14, n. 1, p. 45-69, apr. 2024. ISSN 2580-0698. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/kajianbali/article/view/113259>. Date accessed: 06 may 2024. doi: https://doi.org/10.24843/JKB.2024.v14.i01.p03.