PERBEDAAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DARI BERBAGAI DUKUNGAN KELUARGA
Abstract
Insiden dan prevalensi penyakit Tuberkulosis di masyarakat masih sangat tinggi. Pengendalian Tuberkulosis paru (TB paru) mendapat tantangan baru diantaranya adalah resisten akibat ketidakpatuhan penderita dalam menjalani proses pengobatan sesuai program. Dukungan keluarga diperlukan untuk menghasilkan kepatuhan penderita TB paru. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan kepatuhan minum obat penderita TB paru antara berbagai kelompok dukungan keluarga. Desain penelitian cross sectional, menggunakan total sampling sebanyak 43 responden. Alat penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik, Support Questionnaire (FSQ), dan Morisky Medication Adherence Scales (MMAS-8). Analisis data secara univariat, dan bivariat menggunakan chi square-test. Hasil penelitian menunjukkan: penderita TB paru 74,4% berusia dewasa akhir (74,4%), jenis kelamin laki-laki (58,1%), pendidikan SMP (39,5%), dan pekerjaan petani (34,9%), dukungan keluarga tinggi (55,8%), kepatuhan minum obat cukup (39,5%), dan kepatuhan minum obat tinggi (32,6%). Ada perbedaan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru antara dukungan keluarga cukup dan dukungan keluarga tinggi (p=0,0001). Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TB paru, dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap dukungan keluarga pada pasien TB paru.
Kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, tuberkulosis paru
ABSTRACT
The incidence and prevalence of tuberculosis in the community is still very high. The control of pulmonary tuberculosis (pulmonary tuberculosis) has a new challenge, among others, is resistance due to non-compliance of patients in undergoing the treatment process according to the program. Family support is needed to produce compliance with pulmonary TB patients. The purpose of the study was to determine the differences in adherence to taking pulmonary TB patients between various family support groups. The study design was cross sectional, using a total sampling of 43 respondents. The research tool consisted of characteristic questionnaires, Support Questionnaire (FSQ), and Morisky Medication Adherence Scales (MMAS-8). Data analysis was univariate, and bivariate using chi square-test. The results showed: pulmonary tuberculosis patients were 74.4% late adult (74.4%), male sex (58.1%), junior high school education (39.5%), and farmer work (34.9%), high family support (55.8%), adherence to adequate medication (39.5%), and high medication compliance (32.6%). There was a difference in medication adherence in pulmonary TB patients between sufficient family support and high family support (p = 0,0001). Future researchers are expected to examine further the factors that contribute to medication adherence in pulmonary TB patients, and the factors that contribute to family support in pulmonary TB patients.
Keywords: family support, medication adherence, pulmonary tuberculosis
Downloads
References
Depkes, RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.
DinKes, Jateng. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Balitbangkes RI.
DinKes, Kab. Kendal. (2014). Jumlah Kasus Baru TB Paru Menurut Jenis Kelamin Se- Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Kendal. Pemerintah Kabupaten Kendal.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. KemenKes, RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015 ISBN.
Gardiarini. (2014). Kualitas Diet, Sosio-Demografi, dan Dukungan Keluarga Hubungannya dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan. Diakses melalui http://etd.ugm.ac.id/index pada tanggal 25 September 2015.
Global tuberculosis report 2014. Geneva: WHO Press.
Ikhwany. (2015). Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jom FK volume 2 No.2 Oktober 2015
Jaji. (2010). Upaya Keluarga dalam Pencegahan Penularan Tuberculosis (TB) Paru ke Anggota Keluarga Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Pagaralam. J Respir Indo.28 : 20-21. Diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id. pada tanggal 9 September 2015.
Janah, N. (2014). Studi Deskriptif Proses Pengobatan Penderita Tuberculosis di Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Kendal. Skripsi STIKES Kendal.
Jumaidar. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Pasien Pasca Stroke di Poli Klinik Syaraf Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M. Djamil Padang Tahun 2009. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
KemenKes, RI. (2011). Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
KemenKes, RI. (2012). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan : Kementerian Kesehatan RI 2012.
Loriana. (2013). Efek Konseling Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Artikel Poltekkes Kota Samarinda
Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Melisa. (2012). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Tubekulosis Paru Di Poli Paru BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Ejournal Keperawatan (E-Kp) Volume. 1 Nomor 1 Agustus 2012
Munir. (2010). Pengamatan Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug Resistant (TB- MDR) di Poliklinik Paru RSUP Persahabatan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Jakarta. Jurnal Respir Indo Vol. 30, No. 2, April 2010 (92-104).
Notoatmodjo, S. (2012). Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pasek. (2013). Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis dengan Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng 1. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1, No 1, 2013. (hal 14-23) http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Rahmawati. (2012). Peran PMO dalam Pencegahan Penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Remaja Samarinda. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Ramadhani. (2012). Pengaruh Pelaksanaan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Konversi BTA (+) Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di RSDK Tahun 2009/2010. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2012.
Sari. (2011). Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011. Tesis FKM USU Medan.
Sedjati. (2014). Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta. Artikel Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Sudoyo, A.W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Edisi Kelima, Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
Sutarno. (2012). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Motivasi Berobat Penderita Tuberkulosis di Kota Pekalongan Tahun 2012. Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013 ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321
Syasra, P.A. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi Kesembuhan Pasien Tuberkulosis di Kota Pekanbaru. Skripsi Universitas Islam Riau Pekanbaru.
WHO. (2009). Global Tuberculosis Control, Surveilance, Planning, Financing. WHO Report 2006. Genwa.
Yaffri, L. V. (2009). Uji Banding Penggunaan Pesan Singkat Telepon Genggam dan Metode Konvensional pada Pengawasan Minum Obat Penderita Tuberkulosis. UNIKA Atma Jaya. Jakarta.