Laporan Kasus: Babesiosis pada Anjing Pomeranian
Abstract
Babesiosis atau piroplasmosis merupakan penyakit parasit didalam sel darah merah akibat infeksi protozoa dari genus Babesia. Kejadian babesiosis pada anjing umumnya disebabkan oleh Babesia canis dan B. gibsoni. Caplak merupakan vektor penting dalam penyebaran penyakit protozoa darah. Jenis caplak daerah tropis dan subtropis yang mejadi vektor penyakit adalah Rhipicephalus sanguineus. Hasil pegamatan ditemukan kasus babesiosis pada anjing pomeranian, berjenis kelamin jantan, usia satu tahun dengan gejala klinis penurunan nafsu makan dan ditemukan infeksi caplak di seluruh tubuhnya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan Capillary Refill Time >2 detik, mukosa mulut pucat, peningkatan suhu tubuh dan dehidrasi. Hasil pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) diinterpretasikan bahwa anjing mengalami anemia mikrositik hiperkromik, leukositosis, eritrositopenia dan trombositopenia. Hasil pemeriksaan mikroskopik ulas darah menunjukkan adanya infeksi protozoa Babesia sp. yang ditandai dengan stadium merozoit dengan bentuk piriform secara khas berpasangan membentuk buah pir (the pear shaped form) dan tropozoit berbentuk lingkaran pada eritrosit. Terapi yang diberikan yaitu ivermectin (0,2-0,5 mg/kg BB, q: 7-14 hari, SC) setiap seminggu selama empat kali, diphenhydramine (1 mg/kg BB, q: 8-12 jam, SC), Clindamycin (25 mg/kg BB, q: 12 jam, PO) diberikan selama 14 hari dan hematopoetik sekali sehari 1 tablet yang diberikan selama 7 hari. Kondisi anjing membaik setelah 14 hari.