Sejak akhir tahun 2019 lalu, dunia pariwisata belum bebas dari belenggu Pandemi covid 19. Daerah yang mengandalkan pembangunan sektor pariwisata sangat merasakan dampak pandemi. Sementara daerah lain yang tidak bertumpu kepada pembangunan sektor pariwisata tampak lebih bertahan dilihat dari kacamata ekonomi.
Seperti pulau Bali yang sudah total “mempercayakan” pariwisata sebagai leading sector, sangat merasakan dampaknya. Belum datangnya wisatawan mancanegara menjadi dilema, ketika ancaman pandemi tetap menjadi kendala. Terdapat keraguan apakah benar pandemi ini nyata? Mengapa tidak dibuka saja pintu masuk bagi wisatawan mancanegara tanpa ”embel-embel” (karantina, dsb.nya), apakah pemerintah serius dalam memulihkan-recovery kepariwisataan di Bali? Masyarakat pariwisata di Bali sudah menjerit karena minim pemasukan, dan masih banyak pendapat lainnya yang intinya Bali harus segera dibuka bagi kunjungan wisatawan mancanegara.
Diantara pertanyaan-pertanyaan kritis dan pesimistis, terdapat pula pendapat-pendapat antagonis, seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah berupaya optimal, keadaan seperti ini harus dihadapi dengan bersabar, pariwisata Bali, pariwisata Indonesia dan pariwisata dunia akan pulih ketika tiba waktunya, wisatawan domestik dan pengunjung lokal cukup berperan dalam pemulihan dan pendapat-pendapat optimis lainnya.
Alih-alih menentukan pendapat yang benar dan salah, ada layaknya secara ilmiah melihat berbagai kepentingan yang terjadi di era pandemi. Masing-masing pihak kemungkinan memiliki kepentingan untuk segera memecahkan permasalahan ini. Tetapi mencari titik temu atau benang merah di antara multi kepentingan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Akan ada pihak yang merasa dirugikan, ada pihak yang merasa sudah berbuat banyak, ada pihak yang berupaya menenangkan diri dan bersikap netral dan tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak yang berupaya memanfaatkan momen ini secara positif maupun negatif.
Apa pun itu, pariwisata, wisatawan, masyarakat dan ragam stakeholders dengan berbagai fenomenanya tidak akan pernah statis. Dinamika dunia tidak akan terkalahkan kebenarannya. Sang Kala (waktu) akan terus berputar, perubahan-perubahan tetap akan terjadi dan pariwisata akan berkembang-adaptif dengan keberadaan multidimensi eksisting (ekonomi, sosial, budaya, politik, kesehatan, keamanan, dan lainnya) yang tidak taken for granted, melainkan terdapat proses yang membentuknya (geneologi-rekam jejak-histori).
Demikian pengantar Jurnal Destinasi Pariwisata volume 9, nomor 2 edisi bulan Desember tahun 2021. Para peneliti, dosen dan mahasiswa pada edisi ini, berupaya menampilkan secara ilmiah hasil temuannya dalam konteks kepariwisataan. Sekiranya, dalam masa pemulihan pariwisata di Bali, Indonesia maupun dunia, temuan-temuan penelitian dapat dipahami dan alangkah indahnya rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat menjadi pertimbangan para pemegang kebijakan, melahirkan ide kreatif bagi para praktisi pariwisata, semangat baru bagi masyarakat dan inovasi cerdas bagi kalangan akademisi kedepannya.
Tidak lupa tim redaksi mengucapkan “Selamat Hari Natal bagi yang merayakannya dan Selamat Tahun Baru 2022”. Sejuta harapan bagi pulihnya kepariwisataan dapat diekspresikan dengan tidak lupa selalu berupaya mewujudkan harapan tersebut secara bersungguh-sungguh, melakukan perencanaan sesuai dengan kemampuan dan jangan dikesampingkan bahwa pembangunan sektor pariwisata tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi-generasi penerus di masa depan. Saling sharing, lebih bijak dan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan mungkin akan mampu menguatkan pondasi pariwisata pasca pandemi covid 19.

Published: 2021-12-31

Articles