Kebertahanan Subak di Desa Kedewatan Ubud, di Tengah-Tengah Arus Pariwisata Global

  • I Ketut Setiawan Universitas Udayana

Abstract

Pertanian sebagai kebudayaan sesungguhnya masih sangat berperan dalam mendukung pengembangan pariwisata, baik dari tata nilai, religiusitas, maupun lingkungannya. Lebih-lebih Ubud merupakan kawasan pariwisata yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ironisnya, sebagai daerah tujuan wisata populer, lahan pertanian rentan terhadap tekanan akibat pariwisata itu sendiri. Kenyataannya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang difasilitasi oleh kebijakan pemerintah setempat. Selain itu, sumberdaya manusia yang semakin meningkat serta perkembangan industri yang terkait dengan pariwisata, semakin mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah, menjadi lahan non pertanian untuk sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti hotel, restoran, villa, toko cendramata, dan sebagainya. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Sebagai alat analisis dalam rangka mencari jawaban atas berbagai pertanyaan dalam penelitian ini digunakan dua teori, yaitu teori hegemoni dan teori praktik. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Proses alih fungsi lahan persawahan di Desa Kedewatan, Ubud, terjadi melalui hegemoni dan negosiasi. Alih fungsi lahan persawahan tersebut merupakan bentuk hegemoni pengusaha (pemodal), penguasa (pemerintah) dan para petani itu sendiri, karena menganggap pariwisata memberi kesejahteraan lebih dibandingkan dengan bekerja sebagai petani. Ideologi yang bekerja di balik terjadinya alih fungsi lahan persawahan adalah ideologi ekonomi kapitalis dan gaya hidup. Alih fungsi lahan persawahan berdampak terhadap hilangnya infrastruktur sistem irigasi yang dikelola oleh organisasi subak, struktur sosial, kelembagaan, dan moral ekonomi petani.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ambler, J.S. 1991. Dinamika Irigasi Petani: Kerangka dan Prinsip-prinsip Kelembagaan dalam Irigasi di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

“Antara Subak dan Bisnis Pariwisata”, OZON, Volume: 3, Nomor: 7, April 2002.

Arwata, A.A. Ngurah Made. 1990, “Tantangan Subak dalam Upaya Pelestarian Budaya Padi di Bali”, dalam Subak dan Kerta Masa: Kearifan Lokal Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Yapadi (Yayasan Padi Indonesia) dan IRF (Indonesia Rice Foundation).

“Bali Akan Kehilangan Segalanya Bila Sistem Subak Punah”, Kompas, 28 Maret 2002.

Djapa Winaya, Putu. 1972. Organization of Water Association in Bali”, dalam Majalah Ilmiah Universitas Udayana. Denpasar.

Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Pitana, I Gede. 2003. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi of Sat.

Suyatna, Gde. 1982. Ciri-ciri Kedinamisasn Kelompok Sosial Tradisional di Bali, dan Peranannya dalam Pembangunan, disertasi pada IPB. Bogor.

Windia, W. 2002. Tranformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Tri Hita Karana, (disertasi yang tidak dipublikasikan), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Windia, W. 2004. Harmoni Sektor Pertanian dan Sektor Pariwisata Menuju Bali Jagaditha, dalam Menuju Bali Jagaditha (ed : N. Dharma Putra). Denpasar. Penerbit Bali Post,

Wirata Gede. 2016. Alih Fungsi Lahan Persawahan di Denpasar Selatan (Disertasi). Denpasar: Program Studi Kajian Budaya Unud.
Published
2019-08-31
How to Cite
SETIAWAN, I Ketut. Kebertahanan Subak di Desa Kedewatan Ubud, di Tengah-Tengah Arus Pariwisata Global. Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya, [S.l.], v. 19, n. 2, p. 107-111, aug. 2019. ISSN 2528-7516. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/pustaka/article/view/61659>. Date accessed: 21 nov. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/PJIIB.2019.v19.i02.p08.
Section
Articles