Dinamika Penggunaan Ragam Bahasa Dialek Jawa Barat: Antara Politik dan Demokrasi

  • Juanda . Fakultas Sastra Unikom

Abstract

Bahasa Sunda merupakan bahasa dialek yang ada  di Jawa Barat. Bahasa Sunda saat ini masih digunakan oleh para penuturnya untuk komunikasi sehari-hari, Namun, dalam penggunaannya, bahasa Sunda di perkotaan sudah mulai tergeser oleh bahasa asing atau bahasa Indonesia walaupun sebenarnya pemerintah sudah ada upaya memasukkan mata pelajaran bahasa Sunda pada pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar sampai tingkat menengah. Program pemerintah ini nampaknya belum begitu memberikan hasil yang menggembirakan dalam peningkatan kompetensi berkomunikasi dalam bahasa Sunda. Salah satu hal yang menjadi fenomena dalam penggunaan bahasa Sunda adalah  penerapan ”undak usuk basa”. Faktor penyebab semakin menurunnya  kemampuan penggunaan ragam bahasa ini adalah tidak pernah dibiasakannya penggunaan ragam bahasa tersebut baik di lingkungan formal maupun di lingkungan nonformal seperti lingkungan keluarga atau masyarakat Beberapa kosakata yang mulai tidak dikenali masyarakat terutama kalangan pelajar atau mahasiswa seperti penggunaan kata astana, pasarean, pajaratan. Kata ini memiliki arti yang sama artinya makam. Namun, Kata ini sering diganti dengan kata makam atau kuburan dalam komunikasi sehari-hari, seharusnya kata tersebut  digunakan sesuai dengan ragamnya. Astana untuk loma , pasarean untuk bahasa  halus buat diri sendiri, sedangkan pajaratan bahasa halus untuk orang lain. Contoh :“Luhureun pasir eta teh aya astana”, “Pasarean pun adi teh tacan ditembok da taneuhna tacan padet”, “pajaratan pun aki mah dicirian ku hanjuang beureum”. Tulisan ini mencoba mengangkat beberapa kosakata bahasa Sunda yang masih dirasakan asing oleh penutur aslinya dan belum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Tujuannya untuk lebih memperkenalkan lagi atau mengingatkan lagi bentuk-bentuk kosakata yang seharusnya dipilih. Dari sudut pandang politik berbahasa bahwa penerapan ragam bahasa atau undak-usuk bahasa ini merupakan bagian berbudaya bahasa lokal yang harus dilestarikan sementara sisi demokrasi bahwa setiap penutur memiliki kebabasan untuk menggunakan ataupun tidak.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Faturohman, Taufik. 1992. Tatabasa Sunda. Bandung: Djatnika.

Hadi, Ahmad. 1991. Peperenian. Bandung: Geger Sunten.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan.Bandung: Diponegoro.

Sumarsono, Tatang. 1984. Pedaran Sastra Sunda. Bandung: Medal Agung.

Yudibrata, Karna, Agus Suriamihara, Iskandarwassid. 1990. Bagbagan Makena Basa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang.
Published
2020-06-20
How to Cite
., Juanda. Dinamika Penggunaan Ragam Bahasa Dialek Jawa Barat: Antara Politik dan Demokrasi. Pustaka : Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya, [S.l.], v. 18, n. 2, p. 86-88, june 2020. ISSN 2528-7516. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/pustaka/article/view/60999>. Date accessed: 24 nov. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/PJIIB.2018.v18.i02.p03.
Section
Articles