Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan Terhadap Titik Nyala Dan Titik Bakar Etanol Arak Bali Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Abstrak
Abstraksi
Arak Bali adalah minuman tradisional masyarakat bali yang dihasilkan dari proses destilasi nira pohon enau (Arenga pinnata), kelapa (Cocos nucifera) dan lontar (Borassus flabellifer). Permasalahan yang ada saat ini arak Bali dengan kandungan alkohol kurang lebih 40% sering disalah gunakan sehingga menjadi permasalahan sosial. Disamping itu terdapat keunggulan arak Bali, yaitu apabila dilakukan destilasi lebih lanjut arak Bali sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Namun, pengujian destilasinya dengan pemanasan nira secara langsung. Untuk itu penulis melakukan pengujian destilasi nira secara tidak langsung melalui media air pada evaporator yang dipanaskan dengan variasi temperatur 85 oC, 90 oC, 95oC dan 100 oC. Destilat arak Bali yang dihasilkan di uji Flash & Fire Point untuk mengetahui nilai titik nyala dan titik bakar arak Bali. Dari hasil pengujian tersebut, didapat bahwa semakin tinggi temperatur pemanasan dengan media air menunjukan peningkatan kapasitas dan kualitas destilat. Nilai titik nyala dan titik bakar semakin rendah apabila kualitas destilatnya tinggi, yang dihasilkan dari temperatur pemanasan semakin tinggi dengan media air.
Kata Kunci: arak bali, kapasitas, kualitas, titik nyala, dan titik bakar.
Abstract
Balinese wine was produced through a traditional and simple distillation of sugar palm’s (Arenga pinnata) sap, coconut tree’s (Cocos nucifera) sap, and lontar palm’s (Borassus flabellifer) sap. The problems that exist today, balinese wine with alcohol content of approximately 40% is often misused so it becomes a social problem. Besides, there is a benefit of balinese wine, if further distillation was done, balinese wine is very possible to be utilized as alternative fuel. But, the distillation testing was done by heating the sap directly. So, the authors testing the distillation of the sap indirectly through water as its medium on the evaporator which heated with a temperature variation of 85 oC, 90 oC, 95oC dan 100 oC. The Distillate of balinese wine produced in Flash & Fire Point test to know the value ignition and burning point of balinese wine. From the results of the test, it is found that the higher temperature of heating with water media shows an increasing in capacity and quality of distillate. The value of the ignition and burning point is lower if the quality of the distillate is high, resulting from higher heating temperature with water medium.
Keywords: ethanol, balinese wine, capacity, quality, ignition point, and burning point.