BENTUK KEMASAN WACANA KRITIK SOSIAL PERTUNJUKAN WAYANG KULIT CENK BLONK LAKON DIAH GAGAR MAYANG

  • I Nyoman Suwija IKIP PGRI BALI

Abstract

Pada sekitar tahun 1990-an mulai terkenal nama sebuah pertunjukan wayang kulit Cénk Blonk yang digagas oleh I Wayan Nardayana, dalang muda dari Desa Belayu, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Dia berhasil membuat wayang kulit Bali diminati kembali oleh penontonnya akibat kepiawaiannya melakukan inovasi dalam teatrikal pertunjukannya dan juga dalam menata wacana lelucon yang dapat menghibur serta penuh dengan tuntunan dan kritik sosial. Sampai saat ini wayang Cénk Blonk masih sangat eksis dan laris di Bali dengan bayaran pementasan yang cukup tinggi dan setiap pementasannya selalu dipadati penonton. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mendeskripsikan, bagaimana sang dalang mengemas wacana kritik sosial dalam pementasannya, khususnya dalam pementasan Lakon Diah Gagar Mayang yang merupakan lakon terlaris pada puncak kejayaannya. Berdasarkan pengamatan yang cermat terhadap wacana-wacana kritik sosial yang dikomunikasikan terutama lewat tokoh-tokoh punakawannya, dapat diketahui bahwa wacana kritik sosial dikemas dalam bentuk (1) perumpamaan, (2) plesetan berbentuk singkatan, dan (3) berbentuk paribasa Bali (sesenggakan, sloka, bebladbadan).

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2012-03-01
How to Cite
SUWIJA, I Nyoman. BENTUK KEMASAN WACANA KRITIK SOSIAL PERTUNJUKAN WAYANG KULIT CENK BLONK LAKON DIAH GAGAR MAYANG. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 19, mar. 2012. ISSN 2656-6419. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/article/view/9687>. Date accessed: 25 apr. 2024.
Section
Articles

Keywords

pertujukan wayang kulit, wacana lelucon, wacana kritik sosial