REFLEKSI PERAN KAUM PEREMPUAN DALAM BAHASA NGADHA DI FLORES, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Abstract

Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk mengkaji hubungan antara struktur bahasa Ngadha dengan peran kaum perempuan dalam masyarakat Ngadha. Masalah utama penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara struktur jender leksikal dan frasa jender dengan peran jender dalam masyarakat Ngadha. Penelitian ini bertolak dari teori Coates (1986) yang menyatakan "Perbedaan linguistik semata-mata merupakan cermin perbedaan bahasa pria dan wanita akan terus ada". Metode yang dipakai adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bahasa Ngadhaterdapat jender leksikal dan jender sosial.Jender leksikal secara spesifik membedakan jender (+pria) dan (-pria). Jender sosial terbagi atas dua, yakni yang bersifat lebih netral atau (± pria) dan yang bersifat spesifik yang lebih jenderung berjender (+pria). Selain itu, terdapat pula frasa jender berpola binner yang berstruktur (-pria) mendahului (+pria). Bahasa Ngadha juga memiliki pola jender. Pola jender pria dimarkahi dengan partikel me dan la, pemarkah jender perempuan dimarkahi partikel ne, la, dan si. Struktur jender leksikal dan frasa jender berpola biner (-pria) mendahului (+pria) ternyata merefleksikan pandangan orang Ngadha tentang peran dan kedudukan kaum perempuan. Kaum perempuan dalam masyarakat Ngadha sangat dihormati. Hal ini terjadi karena adanya tradisi di'isa'o di mana kaum istri memiliki peran yang sangat menentukan dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.