MAKNA PUJASMARA DALAM KAKAWIN HANYANG NIRARTHA
Abstract
Semesta dan manusia memiliki hubungan yang saling berkaitan. Jika antara bhuwana agung dan bhuwana alit tidak seimbang, akan terjadi bencana alam dan kebobrokan mental manusia. Dalam teks Kakawin Hañang Nirartha dituliskan beberapa bait metrum yang menyuratkan keindahan alam sebagai refleksi dari bhuwana agung dan keelokan wanita sebagai refleksi dari bhuwana alit. Pujasmara merupakan sebuah wacana pemujaan yang dipersembahkan kepada Bhatara Smara dan Bhatari Ratih dalam manifestasinya sebagai dewa cinta. Cinta yang dimaksud di sini tidak hanya sekadar cinta terhadap lawan jenis, tetapi juga dapat mencintai diri sendiri dan menyadari keberadaan alam semesta sebagai tempat berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya.
Pada penelitian ini analisis difokuskan pada makna pujasmara yang bertujuan untuk mengetahui makna wacana pujasmara dalam Kakawin Hañang Nirartha. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes mengenai makna pada tataran kedua. Rancangan penelitian ini adalah dengan melakukan persiapan, tugas lapangan, dan tahap analisis. Lokasi penelitian, yaitu di Pusat Kajian Lontar Universitas Udayana. Jenis data penelitian adalah data kualitatif. Sumber data penelitian, yaitu naskah berbentuk lontar yang berada di Pusat Kajian Lontar Universitas. Instrumen penelitian ini adalah kamus sebagai alat bantu menerjemahkan teks yang berbahasa Jawa Kuno ke bahasa sasaran. Metode dan teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Metode dan teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analitik. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal.
Hasil penelitian terhadap makna Pujasmara, yakni cinta kasih dan cara untuk mengendalikan pikiran, pernapasan (pranayama) menuju kesadaran tertinggi. Ketika sudah mampu menyadari siapa dirinya, berserah diri, dan mulai memusatkan pikiran pada satu tujuan (moksa) barulah manusia dapat menunggal dengan Hyang Pencipta.