Deteriorasi Aspek Perlindungan Lingkungan Hidup Akibat Pembatasan Partisipasi Publik dalam Proses Amdal Pasca UU Cipta Kerja

  • Dewi Ari Shia Wase Meliala Padjadjaran University
  • Shisca Elvetta Padjadjaran University

Abstract

Every development activity must always adhere to the principles of sustainable development in the context of implementing environmental protection. Therefore, it is necessary to have a form of study on every business activity that has an important impact on the environment, through an Environmental Impact Assessment (EIA) mechanism as an instrument of preventive environmental administration. Seeing the important impact on the environment, of course it will be a concerns and responsibility of all parties (the public) to be involved in the EIA process until making decisions of environmental feasibility as an embodiment of the participatory principle. However, after the Job Creation Act, the involvement of public participation in the EIA process is considered to have been reduced. Based on this problem, this study aims to determine the concept of public participation in environmental permit and the implications of Job Creation Act on the role of public participation in the EIA process. This study uses a normative juridical method in the form of an analysis of the principles, rules, and provisions of laws and regulations, also accompanied by a relevant approach. The result of the study shows that there are 3 (three) forms of restrictions on public participation in the EIA process after the Job Creation Act. First, restrictions on the preparation stage that only involve directly affected communities. Second, restrictions on community elements in the Environmental Feasibility Test Team, and the third is restrictions due to the objection provision that have been removed. Finally, these three forms of restrictions by and by affect the reduction of environmental protection.


Keywords: Environmental Impact Assessment, Public Participation, Job Creation Act


Setiap aktivitas pembangunan harus senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka pelaksanaan perlindungan lingkungan hidup. Karena itu, perlu adanya suatu bentuk kajian terhadap setiap usaha kegiatan yang memiliki dampak penting pada lingkungan hidup melalui sebuah mekanisme Amdal sebagai instrumen administrasi lingkungan yang bersifat preventif. Melihat adanya dampak penting pada lingkungan, tentunya akan menjadi kepentingan dan tanggung jawab semua pihak (publik) untuk dapat terlibat di dalam proses Amdal hingga pengambilan keputusan kelayakan lingkungan sebagai perwujudan dari asas partisipasif. Namun pasca UU Cipta Kerja, keterlibatan partisipasi publik dalam proses Amdal dinilai telah direduksi. Berdasakan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep partisipasi publik dalam perizinan lingkungan dan implikasi UU Cipta terhadap peranan partisipasi publik dalam proses Amdal. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif berupa analisis terhadap asas, kaidah, dan ketentuan peraturan perundang-undangan, juga disertai dengan pendekatan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) bentuk pembatasan partisipasi publik dalam proses Amdal pasca UU Cipta Kerja. Pertama, pembatasan pada tahap penyusunan yang hanya melibatkan masyarakat terdampak langsung. Kedua, pembatasan unsur masyarakat di dalam Tim Uji Kelayakan Lingkungan. Ketiga, pembatasan akibat dihapusnya ketentuan upaya keberatan. Dimana ketiga bentuk pembatasan ini yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tereduksinya aspek perlindungan lingkungan hidup.


Kata Kunci: Amdal, Partisipasi Publik, UU Cipta Kerja

Downloads

Download data is not yet available.

References

Buku
Danusaputra, M. (1980). Hukum Lingkungan, Buku 1: Umum, Bandung: Binacipta.
Fadhli, M., Mukhlish, & Lutfi, M. (2016). Hukum & Kebijakan Lingungan, Malang: UB
Press.
Husin, S. (2020). Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika.
Machin, A. (2013). Negotiating climate change: Radical democracy and the illusion of
consensus. Zed Books Ltd.
Mikkelsen, Britha. (2011). Metode penelitian partisipatoris dan upaya pemberdayaan:
Panduan bagi praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.
Rahmadi, T. (2015). Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, p. 17.
Serageldin, IN. (1996). Sustainability and the Wealth of Nation: First Steps in an Ongoing
Journey, Washington DC: The World Bank.
Siahaan, N.H.T. (2006). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Cet. I. Jakarta:
Pancuran Alam.
Sukirno. (2018). Politik Hukum Pengakuan Hak Ulayat, Cetakan Kesatu. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Jurnal
Armeni, C. (2016). Participation in environmental decision-making: Reflecting on
planning and community benefits for major wind farms. Journal of Environmental
Law, 28(3), 415-441, doi: 10.1093/jel/eqw021.
Baber, W. F., & Bartlett, R. V. (2020). A rights foundation for ecological
democracy. Journal of Environmental Policy & Planning, 22(1), 72-83.
Baihaki, M. R. (2021). Persetujuan Lingkungan Sebagai Objectum Litis Hak Tanggung
Gugat Di Peradilan Tata Usaha Negara (Telaah Kritis Pergeseran Nomenklatur
Izin Lingkungan Menjadi Persetujuan Lingkungan Dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja). Majalah Hukum Nasional, 51(1), 1-20,
https://doi.org/10.33331/mhn.v51i1.137.
Dudayev, R. (2016). Anotasi Putusan Perkata Tata Usaha Negara antara KUAT, CS.
Melawan Pemerintah DKI Jakarta Tentang Pembatalan Izin Pelaksanaan
Reklamasi Pulau G. Jurnal Hukum Lingkungan. 3(1).
Ernawati, E., & Kurniawan, T. (2002). Partisipasi Publik, Konsep dan Metode. MIMBAR:
Jurnal Sosial dan Pembangunan, 18(1), 1-30.
Effendi, A. (2013). Penyelesaian Sengketa Lingkungan melalui Peradilan Tata Usaha
Negara. Perspektif, 18(1), 14-22, http://dx.doi.org/10.30742/perspektif.v18i1.110.
Kumar Dara, P., Reddy, T. B., & Gelaye, K. T. (2017). Public participation in
environmental impact assessment-legal framework. International Journal of Research
-GRANTHAALAYAH, 5(5), 270–274,
https://doi.org/10.29121/granthaalayah.v5.i5.2017.1858.
Machin, A., & Smith, G. (2014). Ends, Means, Beginnings: Environmental Technocracy,
Ecological Deliberation or Embodied Disagreement. Ethical Perspectives, 21(1), 47-
72.
Nugroho, W., Nurlinda, I., Nugroho, B. D., & Hadi, I. (2017). Judge optics on
environmental dispute dispute objects, expiration and community participation
principles in the issuance of environmental document processing on the case of
kendeng. Jurnal Cita Hukum, 5(2), 331-362,
https://doi.org/10.15408/jch.v5i2.7093.
Pickering, J., Bäckstrand, K., & Schlosberg, D. (2020). Between Environmental and
Ecological Democracy: Theory and Practice at the Democracy-Environment
Nexus. Journal of Environmental Policy & Planning, 1(22), 1-15.
Putra, A. (2020). “Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi”, Jurnal
Legilasi Indonesia, 17(1), 1-10.
Richardson, B. J., & Razzaque, J. (2006). Public Participation in Environmental DecisionMaking. Environmental Law for Sustainability, 6, 165-194.
Rusdiana, D., & Nugraha, S. (2021). Identifikasi Pelanggaran AMDAL Mega Proyek
Wisata Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur. Jurnal Identitas, 1(1), 42-52.
Rusdina, A. (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan
Pengelolaan Lingkungan yang Bertanggung Jawab. Jurnal Istek, 9(2), 244-263.
Susila Wibawa, K. C. (2019). Mengembangkan Partisipasi Masyarakat dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Administrative Law and Governance Journal, 2(1), 79–92,
https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.79-92.
Website Resmi
Dendy Raditya Atmosuwito. (2020, Sep 23). Teknokrasi Jelas Masih Perlu tapi Bukan Versi
Orde Baru. Retrieved from http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/politik-sains-kebijakan/1418-teknokrasi-jelas-masih-perlu-tapi-bukan-versiorde-baru, diakses 23 Juli 2021.
DW Made for Minds. (2021, Feb 26). Analisis: Pandemi COVID-19 Tahun 2020
'Menghancurkan' Hutan Dunia. Retrieved from
https://www.dw.com/id/pandemi-covid-19-tahun-2020-menghancurkanhutan-dunia/a-56710524, diakses pada 23 Juli 2021.
Grita Anindarini Widyaningsih. (2021, Jan 11). Partisipasi Publik dalam Penyusunan Amdal
Pasca UU Cipta Kerja pada Diskusi Publik “Izin Lingkungan Hidup UU Ciptaker”.
Retrieved from https://leip.or.id/wp-content/uploads/2021/01/PartisipasiMasyarakat-Dalam-Amdal-Pasca-UUCK-ICEL-110121-compressed.pdf, diakses
25 Juli 2021.
Lembaga Kajian dan Advokasi Independen Peradilan. (2021, Jan 12). Diskusi Publik “Izin
Lingkungan Hidup UU Ciptaker. Retrieved from https://leip.or.id/diskusi-publikizin-lingkungan-hidup-uu-ciptaker/#_ftn3, diakses pada 25 Juli 2021
UN Environment. (2018). Assessing Environmental Impacts - A Global Review of
Legislation, Nairobi, Kenya, p. 3. Retrieved from https://www.unepwcmc.org/resources-and-data/assessing-environmental-impacts--a-globalreview-of-legislation, diakses pada 28 Juli 2021.
Regulasi
Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Fao Forestry, Food And Agriculture Organization Of The United Nations, Paper 90,
1998.
Deklarasi Rio
Published
2022-08-24
How to Cite
MELIALA, Dewi Ari Shia Wase; ELVETTA, Shisca. Deteriorasi Aspek Perlindungan Lingkungan Hidup Akibat Pembatasan Partisipasi Publik dalam Proses Amdal Pasca UU Cipta Kerja. Kertha Patrika, [S.l.], v. 44, n. 2, p. 209-231, aug. 2022. ISSN 2579-9487. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthapatrika/article/view/77920>. Date accessed: 23 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/KP.2022.v44.i02.p.06.
Section
Articles