Prevalensi Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) pada Anjing di Kota Pontianak Periode 2020-2022 serta Potensinya Muncul Kembali Sebagai Zoonosis
Main Article Content
Abstract
Indonesia sebagai negara beriklim tropis, memiliki tingkat kejadian penyakit zoonosis yang cukup tinggi, terutama penyakit zoonosis yang penularannya melalui gigitan nyamuk Culex sp., yaitu Dirofilariasis. Dirofilariasis merupakan penyakit zoonosis yang sangat perlu mendapat perhatian di Indonesia. Dirofilariasis disebabkan oleh infeksi cacing Dirofilaria immitis, golongan nematoda yang hidup pada arteri pulmonalis, ventrikel kanan jantung, ruang mata depan dan rongga peritonium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus Dirofilariasis yang terjadi di Kota Pontianak dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022. Data kejadian Dirofilariasis yang terjadi di Kota Pontianak diperoleh dari hasil uji natif darah, sitologi ulas darah dan Rapid Test Antigen terhadap sampel darah anjing yang dibawa datang ke Klinik Hewan Purnama, Pontianak dengan gejala klinis batuk, dispnea, penurunan bobot badan, mudah lelah, hemoptisis, sianosis dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan data pasien yang datang ke Klinik Hewan Purnama tercatat sebanyak 55 ekor anjing yang datang ke klinik dari tahun 2020 sampai tahun 2022 menunjukkan gejala terindikasi dirofilariasis, setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan ditemukan sebanyak 43 ekor anjing positif terinfeksi Dirofilariasis dan terkonfirmasi ditemukan adanya mikrofilaria pada pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan mikrofilaria di dalam darah umumnya memiliki sensitivitas yang rendah, karena adanya infeksi tanpa mikrofilaria pada darah perifer (occult infections). Pada penelitian ini, anjing yang didiagnosis positif dengan pemeriksaan serologi juga terkonfirmasi positif ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan sitologi. Kejadian Dirofilariasis di Kota Pontianak dari tahun 2020 sampai tahun 2022 sebesar 78,2%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat infeksi D. immitis pada anjing di Kota Pontianak sangat tinggi dan berpotensi memunculkan kembali zoonosis diroflariasis.