Keberhasilan Hiperimunisasi Pada Sapi Bunting: Kajian Terhadap Ketepatan Waktu Vaksinasi
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh umur kebuntingan induk sapi saat vaksin pertama kali diberikan terhadap keberhasilan hiperimunisasi. Sebanyak 12 ekor induk sapi bunting jenis sapi Friesian Holstein, dibagi menjadi kelompok kontrol dan vaksin, dengan masing-masing kelompok terdiri dari umur kebuntingan enam bulan (n=3) dan tujuh bulan (n=3). Induk sapi diinjeksi vaksin Avian influenza (AI) H5N1 komersial (killed vaccine) sub-kutan, sebanyak 5 dosis/ekor (106 EID50/dosis). Vaksinasi dilakukan dua kali dengan interval antar vaksinasi selama dua minggu. Sebelum vaksinasi, induk sapi diberi imunomodulator 0,1 mg/kg bb per oral selama tiga hari berturut-turut kemudian dilakukan priming dengan menyuntikkan antigen AI H5N1 inaktif tanpa adjuvant (intravena) tiga hari berturut-turut (10x28 HAU/ekor). Sampel darah dikoleksi melalui vena coccygea sebelum vaksinasi pertama, dua minggu pascavaksinasi I dan dua minggu pascavaksinasi II untuk dianalisis terhadap parameter leukosit (jumlah total leukosit dan limfosit), kadar total protein, globulin dan rasio albumin/ globulin (A/G), serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum. Hasil pengamatan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah total leukosit dan limfosit, kadar total protein dan globulin, rasio A/G, serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum, baik antar kelompok maupun antar waktu pengamatan (p>0.05). Namun demikian, pada induk sapi kelompok vaksin umur kebuntingan enam bulan menunjukkan parameter leukosit, kadar total protein dan globulin serta titer IgG anti AI H5N1 dalam darah dan kolostrum lebih tinggi dibandingkan kelompok induk sapi umur kebuntingan tujuh bulan. Umur kebuntingan pada saat vaksinasi pertama kali dilakukan tidak memengaruhi keberhasilan hiperimunisasi pada induk sapi bunting trimester akhir.