Performa Produksi Sapi Bali Berbasis Agroekosistem di Pulau Timor
Main Article Content
Abstract
Pulau Timor merupakan daerah produksi sapi Bali di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi lahan adalah tipe kering sehingga pembatas utama produktivitas sapi adalah pakan. Manajemen pemeliharaan ternak masih tradisional sehingga input dari peternakan pun rendah. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa agroekosistem memengaruhi produktivitas ternak. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian tentang performans produksi sapi Bali berbasis agroekosistem sejak bulan Januari-Desember 2018. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui performans produksi sapi Bali di empat agroekosistem di Pulau Timor, yaitu agroekosistem padang rumput, pertanian, perkebunan, dan hutan. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yang mewakili agroekosistem padang rumput, pertanian, perkebunan, hutan. Penentuan responden adalah 5-10% dari jumlah peternak pada setiap agroekosistem yang memiliki sapi Bali >10 ekor. Responden diwawancarai menggunakan daftar kuisioner yang telah disiapkan. Disamping wawancara, juga dilakukan observasi ke lapangan untuk pengukuran performans produksi sapi Bali. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan performa produksi sapi Bali di agroekosistem padang rumput dan agroekosistem perkebunan lebih baik dibandingkan ternak sapi Bali di agroekosistem pertanian dan hutan pada rentang umur 3,5-3,9 tahun. Ukuran badan terpanjang dihasilkan oleh sapi-sapi yang dipelihara pada agroekosistem hutan, sedangkan ukuran lingkar dada terbesar ditampilkan oleh sapi-sapi yang berada di agroekosistem padang rumput, dan ukuran pundak tertinggi dicapai oleh sapi-sapi yang berada di agroekosistem hutan. Secara umum nilai skor kondisi tubuh (SKT) tubuh sapi Bali pada empat agroekosistem menunjukkan kondisi tubuh yang cukup gemuk sampai dengan gemuk. Dengan demikian performa produksi sapi Bali di Pulau Timor sangat dipengaruhi oleh agroekosistem.