Seroprevalensi dan Faktor Risiko Penularan Mycoplasma gallisepticum pada Peternakan Ayam Petelur Komersial di Kabupaten Blitar (SEROPREVALENCE AND( RISK FACTORS OF MYCOPLASMA GALLISEPTICUM INFECTION IN COMMERCIAL LAYER FARM IN BLITAR DISTRICT)
Main Article Content
Abstract
This study aimed to figure out the prevalence and risk factors of Mycoplasma gallisepticum (MG) infection in commercial layer farm in Blitar District. Blood samples and questionnaires were taken during December 2014 to February 2015. A total of 264 sera samples were collected from 22 commercial layer farm. Based on serum plate agglutination test, 26 sera samples were MG positive that were indicated an infection prevalence was 9.85%. The highest SRR value for MG infection was occurred in Bakung Subdistrict (SRR = 2.5). Based on Analysis of multivariate logistic regression showed that a very significant influenced risk factors of MG infection have occurred in flocking density more than 3,000 birds per flock (?2= 11.10; p= 0.001; OR= 6.1), flocking density about 1,501 to 3,000 birds per flock (?2 = 11.10; p= 0.001; OR= 6.1), bird feeding once a day (?2= 9.32; p= 0.002; OR= 0.3), house desinfection once in every two weeks (?2 =7.70; p= 0.009; OR= 1.2), house desinfection once a month or only in case (?2= 9.36; p= 0.006; OR= 3.9). It was concluded that seroprevalence of MG infection in studied area was 9,85%. the MG seroprevalence were influenced by flocking density more than 3,000 birds per flock, flocking density about 1,501 to 3,000 birds per flock, bird feeding once a day, house desinfection once every two weeks, and house desinfection once a month or only in case.
ABSTRAK
Mycoplasmosis merupakan salah satu penyakit paling penting yang dihadapi oleh industri perunggasan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko penularan Mycoplasma gallisepticum (MG) pada peternakan ayam petelur komersial di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Contoh darah dan kuisioner diambil selama periode Desember 2014 hingga Februari 2015. Sebanyak 264 contoh serum dikumpulkan dari 22 peternakan ayam petelur komersial. Berdasarkan uji Rapid Serum Agglutination (RSA), 26 contoh ditemukan positif MG dengan prevalensi infeksi MG di Kabupaten Blitar sebesar 9,85%. Nilai rasio risiko terbakukan (standardized risk ratio, SRR) untuk penularan MG paling tinggi adalah Kecamatan Bakung (SRR = 2,5). Hasil analisis regresi logistik multivariate didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap terjadinya infeksi MG adalah kepadatan flok di atas 3.000 ekor ( ?2= 11,10; p= 0,001; OR= 6,1), kepadatan flok 500-1.500 ekor (?2 = 11,09; p= 0,004; OR= 3,4), pemberian pakan satu kali dalam sehari (?2= 9,32; p= 0,002; OR=0,3), penyemprotan kandang yang dilakukan satu kali dalam dua minggu (?2 = 7,70; p= 0,009; OR= 1,2),dan penyemprotan kandang yang hanya dilakukan satu kali dalam sebulan atau hanya jika terjadi kasus ?2 ( = 9,36; p= 0,006; OR= 3,9). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi MG di daerah kajian adalah 9,85%. Faktor risiko yang berpengaruh sangat nyata terhadap penularan MG antara lain jumlah ayam yang dipelihara di atas 3.000 ekor per kandang, jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 1.501- 3.000 ekor per kandang, pemberian pakan satu kali sehari, penyemprotan kandang satu kali dalam dua minggu, dan penyemprotan kandang satu kali sebulan atau hanya jika ada kasus. Mycoplamosis is one of an important poultry diseases that should be well managed by poultry farmer in Indonesia.