Ayam Pedaging Jantan yang Dipelihara di Dataran Tinggi Sulawesi Selatan Produktivitasnya Lebih Tinggi (HIGHER PRODUCTIVITY PERFORMANCE OF MALE BROILERS REARED IN THE HIGHLANDOF SOUTH SULAWESI)
Main Article Content
Abstract
Study to determine the correlation between husbandry environment and sex to the performance, hematological characteristics, and meat quality of broilers have been conducted. Two hundred and eighty eight female and male Cobb broilers, were kept in cage where eight broilers with the same sex in each pen. A completely randomized experimental design with a 3x2 factorial arrangement (three different altitudes x two sexes) with three replicates was applied. The three different altitudes included 50 m, 300 m, and 500 m above sea level, respectively. The results showed that differences in maintenance altitude and sex significantly influenced (P<0.01) the panting frequency, water and feed consumption, body weight, physical meat traits (pH and cooking loss), and meat microbiology. Whilst, differences in maintenance altitude with broilers of the same sex significantly did not affect (P>0.01) the animal srectal temperature, feed conversion, and meat chemical and organoleptic. It is concluded that better productivity can be achieved when male broilers are reared in a high altitude environment.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan lingkungan pemeliharaan dan jenis kelamin ayam pedaging terhadap performans, karakteristik hematologi, dan kualitas daging. Sebanyak 288 ekor ayam pedaging strain Cobb, berjenis kelamin jantan dan betina, dipelihara dalam petak kandang dan tiap petak diisi delapan ekor ayam dengan jenis kelamin yang sama. Penelitian disusun berdasarkan Randangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial (3x2) dengan tiga ulangan. Faktor pertama ialah ketinggian tempat pemeliharaan dengan tiga kategori yaitu: ketinggian (50 mdpl), ketinggian (300 mdpl), dan ketinggian (500 mdpl) sedangkan faktor kedua ialah jenis kelamin jantan dan betina. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan ketinggian tempat pemeliharaan dan jenis kelamin nyata memengaruhi (P<0.01) frekuensi panting, konsumsi air minum, konsumsi pakan, bobot badan, fisik daging (pH dan susut masak), dan mikrobiologi daging. Pemeliharaan pada ketinggian 50, 300, dan 500 mdpl dengan jenis kelamin berbeda nyata tidak memengaruhi (P>0.01) suhu rektal, konversi pakan, kimia daging dan organoleptik. Hasil penelitian ini menyimpulkan performans yang lebih baik dapat dicapai apabila ayam pedaging dipelihara pada dataran tinggi dengan jenis kelamin jantan.