PELESTARIAN KAWASAN YAROANA MASIGI PENINGGALAN KESULTANAN BUTON DI KOTA BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

  • Sketsa Ultra Pelangi Program Magister Arsitektur Universitas Udayana.

Abstract

Abstract

The Masigi Yaarana is the remaining public space of the Kesultanan Buton in Baubau, South-East Sulawesi. This public space represents a number of traditional activities that took place in the days of empire. Unfortunately, lack of concern regarding heritage conservation preservation has decreased the quality of the area. The study investigates the existing physical characteristics and historical properties as well as  a trajectory for conservation. It demonstrates that the existing layout is hierarchic,and its magnitude and spatial boundaries are  influenced by the concept of cosmological Buton. Thishierarchy of public (Yaroana Masigi) is a core element of Buton castle: with the Great Mosque at the pinnacle. The historical values of this public space are dependent on the roles historical buildings and suggest which cultural activities are be reinforced. The  conservation programme should be based on this assessment. It should consist of six criteria: aesthetics, plurality, scarcity, value, the role of history, and the image of the area. In the light of implementing such value, physical conservation, preservation, restoration and reconstruction are significant. Meanwhile, guidelines for nonphysical preservation include a group of referrals to maintain cultural activities and a number of relevant policies, namely regulations, consciousness and initiative aspects.

Keywords: public space, Yaroana Masigi, conservation

Abstrak

Kawasan Yaroana Masigi merupakan satu-satunya ruang publik peninggalan Kesultanan Buton yang masih bertahan. Yaroana Masigi mewadahi sejumlah aktivitas tradisi yang berlangsung di zaman kesultanan. Perkembangan zaman dan ketidakpahaman mengenai pelestarian dikhawatirkan akan menurunkan kualitas kawasan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik eksisting kawasan, nilai sejarah dan signifikansinya, serta arahan pelestariannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik eksisting ruang publik memiliki tata letak dan hirarki yang  dipengaruhi oleh sejarah serta konsep kosmologis masyarakat Buton, besaran dan batasan ruangnya berupa jalan dan ruang-ruang terbuka tanpa batasan jarak pandang. Hirarki ruang publik Yaroana Masigi merupakan elemen inti kawasan Benteng Keraton Buton. Sedangkan di dalam Yaroana Masigi, obyek Masjid Agung Keraton memiliki hirarki teratas. Nilai sejarah  ruang publik ini dijabarkan melalui peran masing-masing bangunan terhadap sejarah dalam Yaroana Masigi. Signifikansi budayanya tercermin pada aktivitas budaya yang diwadahi. Adapun upaya pelestarian kawasan ini didasarkan atas penilaian makna kultural yang terdiri dari enam kriteria yaitu estetika, kejamakan, kelangkaan, keluarbiasaan, peranan sejarah, dan citra kawasan. Dengan mendapatkan nilai potensial tinggi, rendah hingga sedang untuk tiap obyek dengan arahan pelestarian fisik berupa preservasi, konservasi, restorasi, dan rekonstruksi. Arahan pelestarian non fisik mencakup arahan untuk mempertahankan aktivitas budaya, serta kebijakan yang mencakup aspek peraturan, aspek kesadaran dan inisiatif.

Kata kunci: ruang publik, Yaroana Masigi, pelestarian

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2015-10-30
How to Cite
PELANGI, Sketsa Ultra. PELESTARIAN KAWASAN YAROANA MASIGI PENINGGALAN KESULTANAN BUTON DI KOTA BAUBAU, SULAWESI TENGGARA. RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), [S.l.], v. 2, n. 2, oct. 2015. ISSN 2355-570X. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/ruang/article/view/19488>. Date accessed: 28 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.24843/JRS.2015.v02.i02.p07.
Section
Articles

Keywords

ruang publik; Yaroana Masigi; pelestarian