KONSERVASI FASADE BANGUNAN KOLONIAL
Abstract
Abstract
The city of Singaraja is an old town in Bali that has a complex numerous cultural heritage, including the Dutch corridor. It was built after Durch imperialism invaded Bali in 1846. Moreover, the colonial government also constructed public facilities, such as offices, commercial buildings, public services, and houses. Since the city was targetted as a tourist destination by local government, the area has been significantly modified; even some public facilities have been demolished. The study aims to determine the façade typology of colonial buildings and their evolution. Certain causal factors have already been identified. The objective of the study is to determine conservation policy for this corridor. Theories of conservation and spatial restructuring have been used to inform data analysis and synthesis. The research suggests three major typologies of such facades.These arethe original facade (Type A), a partial change (Type B), and a complete change (Type C). Demographic factors, physical environment, and new cultural elements are considered as determining factors that encourage changes to Type B and Type C; whereas new elements occur in Type A. Consequently, techniques for physical conservation, preservation, restoration, and reconstruction are suggested. Whenever possible, restoration is supported by finance and policy initiatives. The study concludes that old buildings need to be supported by government intervention: legal protection and penalties, loans and subsidies, adaptively-reused development, and appropriate planning.
Keywords: conservation, colonial building’ façade, the Dutch Line
Abstrak
Kota Singaraja merupakan salah satu kota lama yang memiliki beberapa peninggalan budaya, di antaranya Jalur Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda membangun jalur ini setelah menguasai Bali pada tahun 1846. Sepanjang jalur ini, Belanda membangun fasilitas kota, seperti perkantoran, perdagangan, fasilitas pelayanan umum, dan rumah-rumah dinas. Sejak Kota Singaraja dicanangkan sebagai obyek pariwisata oleh Pemerintah setempat, kawasan ini mengalami banyak perubahan, bahkan terjadi penghancuran bangunan-bangunan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tipologi fasade bangunan kolonial dan sejumlah perubahan yang terjadi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Dengan demikian, penelitian ini menghasilkan sejumlah rekomendasisebagai upaya pendekatan konservasi pada fasade bangunan kolonial di Jalur Belanda di Kota Singaraja. Analisa data dilakukan melalui pendekatan teori konservasi dan teori bentuk, sedangkan metode yang digunakan adalah sequential explanatory. Studi ini menghasilkan tiga kategori fasade: fasade bangunan masih asli (Tipe A), fasade yang telah mengalami perubahan sebagian (Tipe B), dan fasade yang sudah berubah total (Tipe C). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fasade pada kategori B dan C adalah faktor pertambahan penduduk, lingkungan alam fisik, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Pada kategori A, faktor yang mempengaruhi adalah adanya penemuan baru. Metode dan teknik konservasi secara fisik menggunakan preservasi, restorasi, dan rekonstruksi, sedangkan metode nonfisik dilakukan secara restorasi dalam konteks intangible. Penelitan ini menyatakan bahwa bangunan kuno perlu lebih diberdayakan melalui mekanisme legal protection (perlindungan hukum) dan penalties (hukuman), pinjaman dan subsidi, dan adaptively-reused development.
Kata kunci: konservasi, fasade bangunan kolonial, Jalur Belanda
Downloads
Keywords
The copyright of the received article shall be assigned to the journal as the publisher of the journal. The intended copyright includes the right to publish the article in various forms (including reprints). The journal maintains the publishing rights to the published articles.