TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK DI TANJUNG BENOA, BALI

  • Stefanie Ongelina Program Magister Kajian Lingkungan Binaan Etnik, Universitas Udayana

Abstract

Abstract

Tanjung Benoa is occupied by five different ethnicities which over time have established a very well bound multi ethnic relationship. They live side by side physically and socially. The condition is in contradiction to the ethnocentricism in which one ethnicity tends to demonstrate its superiority over others (Sumner in Liliweri 2005). This situation has grounded the formation of this article whose focus is to explore the relationship between ethnic interactions and the use of space. There are three issues addressed within, including: (i) how and when multi ethnic interactions take place; (ii) type of ethnic behavioral and spatial patterns that have emerged within; and (iii) various factors underlining the formation of both behavioral and spatial pattern in Tanjung Benoa. The study was conducted using ethnographic approach and qualitative research method for data collection. Research findings demonstrate that multi-ethnic interactions have been performed in various manners that led to the development of both unique behavioral and spatial settings. Determining factors influencing the formation of these settings include, ritual and religious activities; personal and individual reasons; the conduct of various art performances; occupancy of each ethnic group involved; and land availability.

Keywords: territoriality, multi ethnic interactions, behavioral pattern, spatial pattern

Abstrak

Tanjung Benoa ditempati oleh lima suku yang berbeda, yang lambat laun telah membangun keterikatan multi-etnik yang baik. Mereka hidup secara berdampingan, baik secara fisik maupun sosial. Kondisi ini bertolak belakang dengan paham etnosentrisis yang menyatakan bahwa dalam masyarakat multi etnik akan selalu ada minimal satu suku yang memiliki superioritas di atas suku yang lain (Sumner dalam Liliweri 2005). Kondisi inilah yang melatarbelakangi penulisan artikel ini, yang memiliki tujuan untuk mengekplorasi hubungan antar interaksi etnik dengan pemanfaatan ruang. Ada tiga isu yang yang dibahas di dalamnya, termasuk: (i) bagaimana dan kapan terjadinya interaksi multi-etnik; (2) tipe dari beragam patrun perilaku etnik serta setting keruangan yang terjadi; dan (iii) faktor-faktor yang mempengaruhi kedua patrun ini di Tanjung Benoa. Penelitian ini memakai pendekatan etnografi dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dalam pengkoleksian data. Hasil studi menunjukan bahwa interkasi multi-etnik di Tanjung Benoa telah dilaksanakan dengan beragam cara yang telah mendorong kemunculan pola perilaku danĀ  pola pemanfaatan ruang yang unik. Adapun faktor-faktor penentu yang memicu terbentuknya kondisi ini adalah adanya aktivitas ritual dan keagamaan; alasan individu/personal; pelaksanaan beragam atraksi kesenian; mata pencaharian dari anggota masyarakat yang terlibat; dan ketersediaan lahan.

Keywords: teritorialitas, interaksi multi-etnik, pola perilaku, pola spasial

Downloads

Download data is not yet available.
How to Cite
ONGELINA, Stefanie. TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK DI TANJUNG BENOA, BALI. RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment), [S.l.], v. 1, n. 2, mar. 2016. ISSN 2355-570X. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/ruang/article/view/19453>. Date accessed: 21 nov. 2024.
Section
Articles

Keywords

teritorialitas; interaksi multi-etnik; pola perilaku; pola spasial