Lau Pahikung: Simbolisasi Identitas Perempuan di Sumba Timur
Abstract
Kajian ini bertujuan mencapai pemahaman tentang bagaimana masyarakat Umalulu, Sumba Timur memaknai lingkungan yang disimbolkan dalam kain tradisional yang mereka buat. Fokus kajian meliputi fungsi dan makna kain tradisional dalam kehidupan perempuan Umalulu di Sumba Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulkan data dengan metode pengamatan, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis etnogafis. Temuan mengungkapkan bahwa ada beberapa prinsip yang secara tetap menunjukkan suatu keseluruhan yang terstruktur. Prinsip pertama, pengaturan komposisi yang membagi permukaan kain tenun menjadi tiga bidang, yaitu satu bidang pusat dan dua bidang akhir secara simetris (dyadic-triadic). Pada kain lau, secara umum bidang atas dan bidang bawah saling berlainan. Bidang tengah diwakili oleh garis jahitan pertemuan dua bidang. Prinsip kedua, prinsip bayangan dalam cermin (mirror image). Prinsip ketiga, penggunaan angka-angka yang paling disukai masyarakat dalam mengklasifikasikan sesuatu (2, 4, 8, dan 16). Tujuan utama dari pembuatan kain sebagai alat untuk menahan pengaruh dari sekitaran alam. Akan tetapi, ada fungsi lain yang penting artinya bagi kehidupan masyarakat Sumba, yaitu busana adat, tanda hubungan kekeluargaan, pembungkus jenazah dan bekal kubur, harta benda dan lambang status, alat tukar menukar, barang hadiah, bahan dekorasi dan perlengkapan rumah.
Downloads
References
Kapita, Oemboe Hina. 1976. Masyarakat Sumba dan Adat Istiadatnya, Waingapu : Panitia Penerbit Naskah-naskah Kebudayaan Daerah Sumba, GKS.
Soeriadiredja, Purwadi. 1983. Simbolisme dalam Disain Kain di Watu Puda, Sumba Timur, Bandung : FS - UNPAD.