Mikosis Paru dengan TB MDR Riwayat Loss To Follow Up dan HIV Naive: Laporan Kasus pada Pasien CAP dan Pneumothorax Spontan Sekunder
Abstract
Latar Belakang: Infeksi jamur pada paru dapat muncul sebagai infeksi primer maupun sekunder. Timbulnya infeksi sekunder pada paru dapat disebabkan oleh kelainan atau kerusakan jaringan paru seperti pada tuberkulosis paru. Kesamaan dalam pola presentasi infeksi jamur invasif dan tuberkulosis mengakibatkan kesalahan diagnosis yang sering dikaitkan dengan peningkatan lama rawat inap di rumah sakit, kerugian ekonomi, peningkatan morbiditas dan luaran klinis yang buruk. Kasus: Seorang wanita muda dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 1 minggu yang lalu disertai demam dan batuk. Pemeriksaan penunjang biakan khusus jamur berupa Candida albicans. Pasien dengan riwayat putus pengobatan tuberkulosis (TB) paru dengan obat anti-tuberkulosis (OAT) kategori I pada bulan April sampai Juni 2023 selama 2 bulan. Pasien dengan komorbid HIV naive. Masalah medis pada pasien ini adalah badan lemah membaik, anemia mikrositik hipokromik terkoreksi, hemoptoe derajat 1 (kriteria Purcel) membaik, pneumothorax spontan sekunder dextra minimal, TB Paru MDR kasus loss to follow up on OAT individual regimen bulan ke-1. Simpulan: Pasien TB yang putus berobat atau gagal pengobatan mengalami peningkatan risiko untuk mengalami resistansi obat. Riwayat pengobatan TB memiliki hubungan signifikan dengan kejadian resistensi rifampisin pada pasien TB-HIV. Mikosis ditemukan pada sputum pasien TB paru dengan pengobatan lebih dari 2 bulan serta sebagian besar diakibatkan infeksi Candida sp.
Downloads
References
2. Enoch DA, Yang H, Aliyu SH, dkk. The Changing Epidemiology of Invasive Fungal Infections. Methods Mol Biol. 2017;1508:17-48.
3. Limper AH. The Changing Spectrum of Fungal Infections in Pulmonary and Critical Care Practice: Clinical Approach to Diagnosis. Proc Am Thorac Soc. 2010;7:163-168.
4. Rozaliyani A, Jusuf A, Handayani D, dkk. Mikosis Paru: Pedoman Nasional untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2017. hal.11-12.
5. Pym AS, Diacon AH, Tang SJ, dkk. Bedaquiline in The Treatment of Multidrug-and Extensively Drug-Resistant Tuberculosis. The European Respiratory Journal. 2016;47(2):564-574.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2023.
7. World Health Organization. WHO Consolidated Guidelines on Tuberculosis. Module 4: Treatment Drug-Resistant Tuberculosis Treatment. Geneva: World Health Organization; 2022.
8. Octaviani P, Ikawati Z, Yasin NM, dkk. Interventions to Improve Adherence to Medication on Multidrug-Resistant Tuberculosis Patients: A Scoping Review. The Medical Journal of Malaysia. 2024; 79(2):212-221.
9. Yan S, Chen L, Wu W, dkk. Early versus Delayed Antiretroviral Therapy for HIV and Tuberculosis Co-Infected Patients: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. PloS One. 2015;10(5):e0127645.
10. Riccardi N, Canetti D, Rodari P, dkk. Tuberculosis and Pharmacological Interactions: a Narrative Review. Current Research in Pharmacology and Drug Discovery. 2020;2:100007.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.