PENGARUH REMITANSI TENAGA KERJA INDONESIA TERHADAP KURS DOLLAR AMERIKA TAHUN 2007-2016

  • Velsa Nadira Pardede Universitas Udayana
  • Ni Putu Wiwin Setyari

Abstract

PENGARUH REMITANSI TENAGA KERJA INDONESIA TERHADAP


KURS DOLLAR AMERIKA TAHUN 2007-2016


 


Velsa Nadira Pardede1


Dr. Ni Putu Wiwin Setyari, SE., M.Si2


 


1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia


e-mail: velsa.nadira@gmail.com


 


ABSTRAK


 


Negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional sangat kecil kemungkinannya untuk menutup diri dari perekonomian global. Indonesia semakin mengerti dan memahami betapa pentingnya mengirimkan serta memperkerjakan sumber daya manusia (SDM)-nya ke luar negeri. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dikirimkan ke luar negeri tersebut termasuk dalam kegiatan ekspor di bidang jasa. Ekspor yang dilakukan suatu negara baik barang maupun jasa tentu akan memberikan devisa untuk negara bersangkutan, remitansi (uang kiriman dari para TKI) tersebutlah yang membuat devisa bertambah dan mempengaruhi kurs Dollar Amerika. Cadangan devisa dan PDB yang mewakili pendapatan seluruh masyarakat  di Indonesia juga terlibat dalam mempengaruhi kurs Dollar Amerika.


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial antar variabel remitansi TKI, cadangan devisan dan PDB terhadap kurs Dollar Amerika. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan periode tahun 2007-2016 per triwulan.


Berdasarkan hasil analisis, secara simultan remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB berpengaruh signifikan terhadap kurs Dollar Amerika. Remitansi TKI secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika. Cadangan devisa secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika dan PDB secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika.


 


Kata kunci : remitansi TKI, cadangan devisa, PDB, kurs Dollar Amerika.


 


 


ABSTRACT


Countries which conduct international trade activities have low possibility to shut them out of the global economy. Indonesia is getting understand and comprehend the importance of sending and employing human resources (HR) to foreign countries. Indonesian Migrant Workers (TKI) who are sent abroad included in export activities in service field. Exports which are made by country both goods and services will certainly provide foreign exchange for the country concerned, remittances (money which sent from the workers) that make the foreign exchange increases and affects the US dollar exchange rate. Foreign exchange reserve and GDP representing income of all communities in Indonesia are also involved in influencing the US dollar exchange rate.


The purpose of the study is to determine the effect of simultaneous and partial inter-variables remittance TKI, foreign exchange reserve and GDP to US Dollar exchange rate. The analysis technique used is multiple linear regression. Data used is secondary data with period of year 2007-2016 per quarter.


Based on the result of analysis, remittance of TKI simultaneously, foreign exchange reserve and GDP have significant effect to US Dollar exchange rate. TKI remittance is partially positive and significant effect to US Dollar exchange rate. Foreign exchange reserve partially has negative and significant effect to US dollar exchange rate and GDP partially has positive and significant effect to US Dollar exchange rate.


 


Keywords : TKI remittances, Foreign Exchange reserve, GDP, US Dollar exchange rate.




 


PENDAHULUAN


Kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh suatu negara pada saat ini sangat kecil kemungkinannya untuk menutup diri dari perekonomian global atau skala internasional Semakin luasnya kesempatan dan peluang tersebut maka digunakan oleh seluruh masyarakat dunia untuk melakukan perdagangan dan transaksi internasional. Terlebih khususnya bagi negara bagian ke-III untuk mengirimkan dan memperkerjakan sumber daya manusia (SDM)-nya ke luar negeri dengan harapan aliran uang yang akan dikirimkan oleh para pekerja tersebut ke dalam negeri (remitansi), memberikan dampak yang tentunya positif terhadap cadangan devisa untuk negara yang telah mengirimkan SDM-nya dan mempengaruhi nilai tukar.


Remitansi dapat meningkatkan pembangunan ekonomi secara mikro melalui rumah tangga dan modal SDM, serta makro untuk sebuah negara (Uddin, 2016). Masyarakat Indonesia itu sendiri sekarang semakin mengerti betapa pentingnya bekerja dan mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Bahkan jika harus bekerja sampai melewati batas-batas wilayah suatu negara tertentu pun akan tetap dilakukan, kegiatan tersebut nantinya akan dapat membuat tumbuhnya perekonomian. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan memberikan dampak berupa kesejahteraan yang lebih baik untuk penduduk negara tersebut (Taufik, 2014). Menurut Suartha (2017) ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan akan merangsang masyarakatnya agar melakukan migrasi dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki pendapatan serta kesejahteraan keluarga.


Indonesia sudah menyatakan bahwa pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pekerjaan di luar negeri dan menggeser penempatan dari pekerja rumahan ke pekerja terampil yang lebih baik (Cremer, 2006). Menurut Guinness (2006) masyarakat Indonesia tersebut kini telah menyebar ke berbagai sektor lainnya untuk mencari pekerjaan melalui inisiatif mereka sendiri. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah memberikan dukungan terhadap penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hal tersebut didukung dengan terdapatnya Undang-Undang No.39 tahun 2004 mengenai Pengiriman Tenaga Kerja ke Luar Negeri.


TKI selain dapat mengurangi angka pengangguran, keuntungan lainnya ialah dapat memberikan sumbangan cadangan devisa dalam angka yang tidak kecil yang tercantum di dalam Neraca Pembayaran Indonesia. Remitansi memberikan dampak positif bagi daerah asal TKI dan pemerintah (Aprillianan, 2013). Remitansi TKI tersebut berasal dari institusi formal dan informal. Pengiriman TKI termasuk dalam kegiatan ekspor di bidang jasa. Sama halnya seperti kegiatan ekspor lainnya,   ekspor di bidang jasa pun tentu akan memberikan devisa bagi suatu negara. Menurut ringkasan yang terdapat pada Neraca Pembayaran Indonesia (2010) disebutkan bahwa devisa dari para TKI tersebut tetap menjadi penopang utama surplus transfer berjalan.


Uang kiriman dari para TKI ke Indonesia tersebutlah yang membuat devisa bertambah, karena mata uang asing tersebut akan ditukarkan dalam bentuk rupiah. Menurut Hady (2000), cadangan devisa diartikan sebagai jumlah valuta asing yang mana dimiliki oleh pemerintah dan juga swasta dari negara tersebut. Cadangan devisa akan terlihat dan dapat diketahui dari posisi neraca pembayaran suatu negara. Selain remitansi TKI ada beberapa faktor lain  yang mempengaruhi kurs nilai tukar. Salah satunya ialah Produk Domestik Bruto (PDB).


“PDB artinya semua barang dan jasa akhir yang mana dihasilkan di dalam wilayah Republik Indonesia (domestik) baik oleh penduduk Indonesia maupun asing termasuk di dalam GDP Indonesia (Nopirin, 2000).” GNP/PNB yang termasuk didalamnya merupakan seluruh hasil yang diperoleh penduduk (warga) Negara Indonesia berupa barang dan jasa dimana pun mereka berada. PDB lebih mementingkan unsur wilayahnya, sedangkan PNB lebih mementingkan unsur kewarganegaraan. Penghasilan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri apabila dikirim balik termasuk dalam PNB (Nopirin, 2000). Hal tersebut menyebabkan remitansi TKI tidak termasuk dalam PDB, namun memberikan pengaruh besar juga dalam menentukan kurs Dollar Amerika. Hal tersebutlah yang melatar belakangi munculnya variabel remitansi TKI dan PDB yang kemudian diikuti oleh cadangan devisa dalam menentukan kurs Dollar Amerika. Pemerintah suatu negara yang memiliki semakin banyak devisa akan membuat kemampuan negara tersebut semakin besar pula dalam melakukan transasksi ekonomi di tingkat internasional, kemudian akan membuat menguatnya mata uang negara tersebut.”


“Menguatnya mata uang tersebut memiliki arti bahwa nilai tukar uang tersebut rendah. Nilai tukar merupakan jumlah dari salah satu mata uang yang diserahkan untuk mendapatkan mata uang yang lain (Mishkin, 2009).” Nilai tukar tersebut sangat penting bagi kelangsungan kegiatan perekonomian baik nasional maupun internasional, sehingga negara maju dan negara berkembang selalu berusaha agar nilai tukarnya berada pada posisi yang relatif stabil. Kestabilan nilai tukar suatu mata uang akan dipengaruhi oleh sistem nilai tukar (kurs) yang mana dianut oleh suatu negara. Negara yang menerapkan sistem kurs tetap (fixed exchange rate system) harus dapat secara aktif melakukan intervensi pasar supaya mata uang negaranya akan berada pada tingkat yang di inginkan. “Sedangkan negara lainnya apabila menerapkan sistem kurs mengambang (floating exchange rate system), kurs tersebut akan ditetapkan dengan kekuatan antara permintaan dan penawaran valuta asing.” Tetapi dalam kenyataannya, negara-negara yang ada di dunia tetap melakukan campur tangannya dalam menentukan kestabilan nilai tukar mata uangnya (Sulastri, 2014).


Perkembangan perubahan nilai mata uang suatu negara yang tidak menentu merupakan fenomena yang sering terjadi. Amerika Serikat merupakan negara yang maju dengan mata uangnya yaitu dollar Amerika (USD) menjadi mata uang acuan bagi sebagian besar negara-negara berkembang. Peranan dollar Amerika Serikat ini sangat penting bagi aktivitas perdagangan internasional yang dilakukan oleh sebagian negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara partner perdagangan Amerika Serikat sehingga secara otomatis kegiatan perdagangannya dinilai dengan mata uang Amerika Serikat (USD). Fenomena fluktuasi nilai tukar tersebut harus mendapat penanganan yang serius karena akan berdampak terhadap kegiatan perekonomian suatu negara.


Indonesia telah mengalami beberapa pergantian sistem kurs demi menjaga mata uangnya. Negara Indonesia sejak tanggal 14 Agustus 1997 telah menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system). Remitansi yang dihasilkan oleh para TKI tersebut akan berdampak terhadap kurs Dollar Amerika itu sendiri, yang nantinya juga akan dapat menentukan bagaimana keadaan yang akan disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang terjadi terhadap dollar Amerika Serikat. Terlihat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap atas dollar Amerika Serikat pada tahun 2007-2016 berdasarkan data triwulan. Tahun 2007 sampai Triwulan ke-II 2009 rupiah melemah terhadap dollar Amerika terlihat dari besarnya jumlah rupiah untuk mendapatkan 1 USD. Tahun 2010 sampai 2012 nilai tukar rupiah terlihat stabil terhadap dollar Amerika. Lalu nilai tukar yang terlihat tahun 2015, rupiah melemah terhadap dollar sampai menyentuh angka Rp 14.724 dan menguat kembali di tahun 2016.


Gambar 1: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika Serikat pada Tahun 2007-2016 Per Triwulan


                                                                    


 


 


                                


 


                                                                                                                                    


 


Sumber : Publikasi Laporan Tahunan Bank Indonesia melalui kalkulator kurs Tahun 2007-2016 Per Triwulan


            “Pergerakan nilai tukar di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi (Abdillah, 2005).” Pergerakan nilai tukar juga dipengaruhi oleh cadangan devisa (Carbaugh dalam Bukit 2013), salah satu tujuan dari cadangan devisa adalah untuk memfasilitasi pemerintah dalam melakukan intervensi pasar sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar. Suatu negara dengan aktivitas stabilisasi yang aktif akan sangat memerlukan jumlah cadangan devisa yang besar pula.


 


Gambar 2: Cadangan Devisa 2007-2016 Per Triwulan (dalam juta USD)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


Sumber : Neraca Pembayaran Indonesia tahun 2007 -2016 Per Triwulan


         Selain cadangan devisa, faktor lain yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah remitansi TKI, seperti yang dikemukakan oleh Barajas dalam Nizar (2014), bahwa remitansi TKI berpengaruh terhadap nilai tukar. Peningkatan remitansi yang menyebabkan apresiasi nilai tukar ini merupakan pandangan konvensional (Nizar, 2014). Dalam perspektif lain pengaruh perubahan devisa dari aliran masuk remitansi terhadap nilai tukar mata uang biasanya juga dilihat melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan devisa atau valuta asing (foreign reserves) dalam suatu perekonomian. Dengan demikian, apabila terdapat transfer devisa remitansi ke suatu negara, akan menyebabkan penambahan cadangan devisa negara penerima, yang nilai tukar gilirannya menambah ketersediaan (penawaran) valuta asing di negara itu dan mata uang menjadi terapresiasi dan sebaliknya (Nizar, 2012). Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terlihat bahwa secara dominan remitansi TKI mengalami peningkatan. Tahun 2007 para TKI mendapatkan kenaikan gaji di beberapa negara bagian Timur Tengah. Kemudian pada Triwulan ke-II tahun 2007 pemerintah melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah TKI yang dikirimkan ke luar negeri. Hal tersebut dikarena pemerintah sangat menyadari bahwa remitansi TKI merupakan pahlawan devisa dan penopang utama surplus transfer berjalan.


Gambar 3: Remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tahun 2007-2016 Per Triwulan (dalam juta USD)


 


 


 


 


 


 


 


 



 Sumber : Publikasi Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Neraca Pembayaran Indonesia tahun 2007 -2016 Per Triwulan



Tahun




2007




2008




2009




2010




2011




2012




2013




2014




2015




2016




Total




5. 116




5. 643




6. 550




6. 735




6. 736




7. 018




7. 415




8. 193




9. 418




8. 672



Sumber : Publikasi Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Neraca Pembayaran Indonesia tahun
2007 -2016 Per Triwulan


            Jumlah PDB pun terus mengalami pertumbuhan terlihat dari data yang diperoleh melalui Publikasi Laporan Bank Indonesia. Dapat dikatakan dari tahun 2007 sampai 2011 mengalami peningkatan yang konsisten lalu di awal tahun 2012 sampai 2016 juga mengalami perubahan angka.


Gambar 4: Data PDB tahun 2007-2016 Per Triwulan (dalam juta USD)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


Sumber : Publikasi Laporan Tahunan Bank Indonesia dan Neraca Pembayaran Indonesia tahun 2007 -2016 Per Triwulan


 


LANDASAN TEORI


Kurs Dollar Amerika


Kurs atau yang biasa disebut nilai tukar yaitu harga yang ditentukan sebuah mata uang dari suatu negara, yang mana akan diukur dengan atau dinyatakan ke dalam satuan mata uang lainnya. Kurs ialah salah satu bagian terpenting dalam sebuah perekonomian terbuka, kurs mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat besar bagi sebuah neraca transaksi berjalan untuk sebuah negara serta variabel makro ekonomi lainnya. Kurs akan memberikan gambaran harga yang dimiliki suatu mata uang terhadap mata uang lain, kurs juga dapat dikatakan sebagai harga dari suatu aktiva atau harga aset (Krugman, 2005).  Sedangkan menurut Adiningsih dalam Novanto (2011), kurs Dollar Amerika merupakan harga rupiah untuk atau terhadap mata uang negara lainnya. Jadi, kurs Dollar Amerika ialah nilai yang terdapat dari satu mata rupiah kemudian nilai tersebut ditranslasikan ke dalam suatu mata uang negara lainnya. “Misalnya kurs Dollar Amerika terhadap Dollar AS, kurs Dollar Amerika terhadap Yen, dan lain sebagainya.” Kurs adalah salah satu indikator yang digunakan dalam hal mempengaruhi dan menentukan aktivitas yang terjadi di pasar saham atau pasar uang sebab kecenderungan investor berhati-hati dalam melakukan kegiatan investasi. Kurs rupiah yang turun terhadap dengan mata uang asing dan khususnya untuk Dollar AS akan berpengaruh negatif untuk sebuah ekonomi dan juga pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).


“Untuk memahami perilaku kurs dalam jangka pendek, kita harus memahami bahwa kurs merupakan harga dari aset domestik (deposito bank, obligasi, saham, dan lain-lain, yang didenominasikan dalam mata uang domestik) dinyatakan dalam aset luar negeri (aset serupa yang dengan denominasi mata uang asing).” “Oleh karena kurs adalah harga dari aset yang dinyatakan dalam aset lainnya, cara alamiah untuk mengetahui penentuan kurs dalam jangka pendek adalah menggunakan pendekatan pasar aset yang sangat bergantung nilai tukar teori permintaan aset (Mishkin, 2009).”


 


Sistem Kurs Mata Uang


“Sistem nilai tukar dapat diartikan sebagai suatu kebijakan, institusi, praktek, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkatan dalam nilai yang berlaku untuk suatu mata uang saat ditukar tehadap jenis mata uang yang dimiliki negara lain. Sistem kurs mata uang terbagi dalam beberapa sistem adapun yang telah berlaku dan diterapkan di perekonomian skala internasional (Kuncoro, 2010), yaitu :”


“1. Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)


Pada sistem ini kurs akan ditetapkan melalui kegiatan mekanisme yang terjadi di pasar yang berjalan dengan atau maupun tanpa melalui upaya menjaga stabilitas yang dilakukan oleh bagian otoritas moneter. Terdapat dua jenis kurs mengambang, yaitu :


  1. “Mengambang Bebas (murni)”

Pada sistem ini mekanisme pasarlah yang menentukan tanpa adanya campur tangan bank sentral/otoritas moneter untuk menentukan kurs mata uang. Sistem ini disebut juga sebagai clean floating exchange rate, cadangan devisa yang digunakan dalam penerapan sistem ini tidak diperlukan sebab tidak adanya upaya otoritas moneter dalam hal menetapkan atau maupun memanipulasi nilai pada kurs.


  1. “Mengambang Terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

” Adanya peran aktif yang dilakukan otoritas moneter dalam upaya menstabilkan kurs nilai tukar yang terjadi pada tingkatan tertentu. Oleh sebab itu, cadangan devisa tersebut biasanya akan dibutuhkan sebab adanya keperluan otoritas moneter untuk membeli maupun menjual/memperdagangkan valuta asing dengan tujuan dapat terpengaruhnya kurs untuk bergerak. 


  1. “Sistem Kurs Tertambat (pegged exchange rate).”

Negara yang menganut perhitungan tersebut akan melakukan pengkaitan nilai tukar mata uang dengan suatu negara lainnya atau dapat juga dengan sekelompok mata uang, hal ini biasanya akan memilih mata uang tersebut adalah suatu mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan” ke salah satu mata uang, yang memiliki arti nilainya akan mengikuti mata uang tersebut yang telah dipilih menjadi tambatannya. Hal tersebut akan menyebabkan mata uang yang telah ditambatkan akan tidak berfluktuasi, tetapi hanya saja berfluktuasi dengan mata uang lain yang mengikuti pergerakan mata uang yang telah dipilih menjadi tambatannya.


  1. “Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs).

Pembahasan sistem kurs ini adalah adanya perubahan yang sedikit akan dilakukan suatu negara dalam nilai tukar mata uangnya yang dilakukan berkala dengan periodik dan bertujuan agar bergerak menuju suatu atau salah satu nilai tukar kepada rentang waktu yang dituju atau waktu tertentu.  


  1. “Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies).”

Pada sistem yang akan dibahas, beberapa negara khususnya negara berkembang akan menetapkan perhitungan nilai tukar dengan berdasarkan sekeranjang mata uang yang telah ditentukan. Kelebihan yang akan didapat ialah mata uang tersebut akan mengalami pergerakan yang akan disebarkan dalam sekeranjang mata uang tersebut akan menawarkan terjadinya stabilitas mata uang negara tersebut. Mata uang yang akan dipilih untuk dimasukkan kedalam “keranjang” pada umumnya diseleksi melalui peranannya terhadap negara tertentu dalam hal membiayai.  


  1. “Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate).”

Salah satu negara yang akan menggunakan sistem ini  terlebih dahulu harus mengumumkan salah satu kurs yang telah dipilih atas nama dan untuk uangnya serta menjaga kurs tersebut dalam hal menyetujui untuk menjuak maupun membeli valuta asing dalam ketentuan jumlah yang tidak terbatas nilai tukar kurs tersebut. Pada umumnya kurs akan tetap diperbolehkan untuk mengalami fluktuasi dalam batasan sekalipun sangat sempit.


 


Remitansi Tenaga Kerja


Remitansi tenaga kerja (workers’ remittances) adalah transfer dari tenaga kerja migran kepada keluarga di negara asal (Nisar, 2014). Remitansi mempunyai arti pengiriman uang, cek atau wesel. Istilah remitansi semula dimaksudkan sebagai uang yang akan dikirimkan ke desa untuk rentang waktu ketika pelaku mobilitas sedang tidak ada di desa. Kemudian definisi  remitansi diperluas termasuk transfer dan pertukaran uang dan barang, sumbangan, pelayanan, hadiah, maupun serta  distribusi keuntungan dan pembayaran komersial (Aprilliana, 2013). Menurut Hetler (2006) pada saat ini banyak rumah tangga yang merasakan dan memperoleh manfaat dari hasil pengiriman para pekerja yang berasal dari luar negeri tersebut.


Menurut Mantra dan  Kasai dalam Saefullah (1994),  remitansi merupakan pengiriman uang dan barang yang dilakukan dari migran  kepada anggota rumah tangga, saudara maupun masyarakat di daerah asalnya. Definisi lain mengenai remitansi menurut World Bank dalam Sihombing dan Safaruddin (2007), yaitu pembayaran antar negara dari orang ke orang dengan besaran nilai yang secara relatif kecil, yang dalam prakteknya, transfer uang kiriman tersebut dilakukan oleh para pekerja asing secara berulang kali kepada keluarganya di daerah asal.


Remitansi dianggap sebagai aliran devisa yang merupakan bagian dari transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Perubahan devisa dari aliran masuk remitansi terhadap nilai tukar mata uang biasanya juga dilihat melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan devisa atau valuta asing (foreign reserves) dalam suatu perekonomian. Dengan demikian, apabila terdapat transfer devisa remitansi ke suatu negara, akan menyebabkan menambah ketersediaan (penawaran) valuta asing di negara itu. Sebaliknya, apabila terjadi transfer devisa remitansi dari suatu negara akan meningkatkan permintaan valuta asing Negara tersebut. Apabila penawaran valuta asing lebih besar dari permintaannya (excess supply), kemudian harga valuta asing (nilai tukar) tersebut akan turun dan sebaliknya apabila terjadi permintaan valuta asing lebih besar (excess demand), maka harga valuta asing akan naik (Krugman and Melitz dalam Nizar, 2014).


Hal ini sesuai dengan “sistem nilai tukar yang dianut oleh” Indonesia. “Dimana dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing.” Jika dikaitkan dengan remitansi tenaga kerja, maka dengan meningkatnya remitansi tenaga kerja suatu negara akan menambah penawaran valuta asing negara tersebut. Dalam teori permintaan dan penawaran valuta asing dijelaskan bahwa, jika terjadi peningkatan penawaran valuta asing di suatu negara, maka akan menyebabkan apresiasi terhadap mata uang negara tersebut. Menurut Sugeng, M. Noor, Ibrahim dan Yanfitri dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (2010), dalam konteks pasar valuta asing, komoditi yang diperdagangkan adalah valuta asing dan harganya adalah nilai tukar. Untuk pasar US dollar di Indonesia, harga dari US dollar adalah kurs Dollar Amerika per US dollar, misalnya dengan kuotasi Rp 9.000/USD; apabila kuotasinya meningkat berarti harga 1 USD yang dibeli dengan mata uang rupiah menjadi lebih mahal. Kondisi ini disebut rupiah terdepresiasi (nilai rupiah menurun) atau US dollar terapresiasi. Sebaliknya, apabila kuotasinya menurun maka terjadi apresiasi rupiah (depresiasi US dollar).


 


Cadangan Devisa


Cadangan devisa (Foreign Exchange Reserves)  merupakan simpanan dalam bentuk mata uang asing yang dilakukan oleh pihak bank sentral dan juga bagian otoritas moneter. Simpanan ini adalah aset dari bank sentral kemudian akan tersimpan dalam bentuk beberapa jenis mata uang cadangan (reserve currency), seperti dollar, yen atau euro, dan akan dipakai untuk kelangsungan menjamin berbagai kewajibannya, yaitu yang merupakan mata uang lokal yang telah diterbitkan kemudian juga cadangan berbagai bank yang akan disimpan di dalam bank sentral baik oleh pemerintah maupun lembaga keuangan (Pinem, 2009).


Nilawati dalam Amansyah (2014) mengatakan Cadangan devisa merupakan stok yang dimiliki dalam bentuk mata uang asing sehingga sewaktu-waktu dapat dipakai untuk transaksi maupun pembayaran internasional. Penjelasan tersebut hampir sejalan dengan konsep International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) yang kemudian dikeluarkan oleh IMF sehingga cadangan devisa diartikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan juga dapat digunakan setiap waktu untuk membiayai terjadinya ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas moneter.


Penjelasan tersebut menerangkan bahwa cadangan devisa memiliki hubungan dengan nilai tukar, dimana yang terlihat dari salah satu tujuan cadangan devisa itu sendiri yakni untuk menstabilkan nilai tukar. Maka dengan tersedianya cadangan devisa yang cukup akan mempertahankan stabilitas nilai tukar dalam suatu negara. “Hal ini tentu senada dengan kebijakan moneter yang ditransmisikan melalui jalur nilai tukar, dimana terdapat salah satu bagian yang menjelaskan pengaruh cadangan devisa terhadap nilai tukar, yaitu transmisi sektor moneter berawal dari kebijakan moneter pada perubahan instrument moneter BI Rate yang akan berpengaruh terhadap perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri.” “Selanjutnya, perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap aliran modal (capital flow). Semakin tinggi tingkat suku bunga suatu Negara akan menarik aliran modal masuk sehingga menambah persediaan valuta asing dalam negeri atau cadangan devisa, akibatnya nilai tukar akan menguat (apresiasi), begitu pula sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah maka akan terjadi aliran modal keluar (capital outflow) sehingga mengurangi persediaan valuta asing (cadangan devisa) dan mengakibatkan depresiasi terhadap nilai tukar.” Teori mengatakan adanya hubungan antara cadangan devisa dengan nilai tukar suatu negara.


Cadangan devisa merupakan ukuran yang dapat dilihat untuk mengukur tingkat pendapatan suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara tinggi, maka semakin tinggi juga pendapatan yang diterima negara tersebut. Cadangan devisa akan berkaitan erat dengan neraca pembayaran suatu negara. Dimana posisi letak cadangan devisa yang dimiliki suatu negara akan dapat dinyatakan aman biasanya apabila telah memenuhi kebutuhan impor untuk jangka waktu dan setidak-tidaknya selama tiga bulan. Jika cadangan devisa tersebut yang telah dimiliki tidak mencukupi untuk kebutuhan selama tiga bulan impor, maka hal itu akan dianggap dan diprediksi rawan. Persediaan valuta asing yang dimiliki suatu negara apabila berjumlah tipis tentu akan dapat menyebabkan kesulitan ekonomi untuk negara yang bersangkutan. Negara yang melakukan kegiatan tersebut tidak hanya mengalami kesulitan ketika mengimpor barang-barang dari luar negeri, tetapi hal tersebut akan dapat memerosotkan kredibilitas yang terjadi pada mata uangnya. Kurs mata uang negara tersebut di pasar valuta asing tentu mengalami depresiasi. Saat posisi cadangan devisa terus mengalami jumlah yang menipis, hal tersebut akan menyebabkan terjadinya rush “serbuan” terhadap valuta asing yang ada di dalam negeri. Apabila telah demikian keadaannya, maka terpaksalah pemerintah negara bersangkutan tersebut untuk melakukan devaluasi (Dumairy,1996).


Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, ketika pergerakan nilai tukar terjadi akan dapat diatasi sendiri oleh mekanisme pasar, sehingga jumlah cadangan devisa yang diperlukan tidak akan sebanyak seperti negara yang menganut sistem nilai tukar tetap yang rigid. Menurut Carbaugh dalam Bukit (2013) tujuan utama dari cadangan devisa merupakan hal untuk memfasilitasi pemerintah dalam upaya melakukan intervensi pasar sebagai bagian untuk menstabilkan nilai tukar. Sehingga, suatu negara yang memiliki aktivitas stabilisasi yang aktif tentu akan memerlukan jumlah cadangan devisa dalam jumlah yang besar pula. Negara yang memiliki jumlah cadangan yang besar akan dapat membuat nilai tukar mata uangnya menjadi kuat sehingga dapat mengalami apresiasi.


Penjelasan tersebut menerangkan bahwa cadangan devisa memiliki hubungan dengan nilai tukar, dimana yang terlihat dari salah satu tujuan cadangan devisa itu sendiri yakni untuk menstabilkan nilai tukar. Maka dengan tersedianya cadangan devisa yang cukup akan mempertahankan stabilitas nilai tukar dalam suatu negara. “Hal ini tentu senada dengan kebijakan moneter yang ditransmisikan melalui jalur nilai tukar, dimana terdapat salah satu bagian yang menjelaskan pengaruh cadangan devisa terhadap nilai tukar, yaitu transmisi sektor moneter berawal dari kebijakan moneter pada perubahan instrument moneter BI Rate yang akan berpengaruh terhadap perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri.” “


“Perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap aliran modal (capital flow).” “Semakin tinggi tingkat suku bunga suatu negara akan menarik aliran modal masuk sehingga menambah persediaan valuta asing dalam negeri atau cadangan devisa, akibatnya nilai tukar akan menguat (apresiasi), begitu pula sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah maka akan terjadi aliran modal keluar (capital outflow) sehingga mengurangi persediaan valuta asing (cadangan devisa) dan mengakibatkan depresiasi terhadap nilai tukar.” Teori mengatakan adanya hubungan antara cadangan devisa dengan nilai tukar suatu negara.


 


Produk Domestik Bruto (PDB)”


“Menurut Gregory Mankiw, pengertian Produk Domestik Bruto terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Seluruh pengeluaran untuk barang jadi dan jasa yang diproduksi dalam negeri; atau (2) Seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh seluruh pemilik faktor produksi dalam negeri.” Produk Domestik Bruto (PDB) pada umumnya digunakan sebagai indikator baik atau buruknya perekonomian sebuah negara dan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan PDB juga akan dapat menyebabkan terdorongnya ekspor dan mengalami kenaikan (Batubara, 2015). Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan” penghitungan yang akan digunakan atau dipakai oleh suatu negara untuk sebagai ukuran yang utama bagi kegiatan aktivitas perekonomian nasional, tetapi nilai tukar dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi yang dimiliki dari suatu wilayah (negara) secara geografis.


Menurut McEachern (2000), PDB dapat diartikan sebagai ukuran nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang telah diproduksi oleh sumber daya yang akan berada di dalam suatu negara selama dan dalam jangka waktu tertentu, biasanya kurun waktu satu tahun. PDB dapat juga dipakai sebagai hal yang digunakan untuk mempelajari dan mengetahui perekonomian yang terjadi dari waktu tertentu ke waktu atau dengan dengan membandingkan beberapa kegiatan perekonomian nilai tukar suatu masa. Selain itu, PDB dapat juga digunakan untuk mengukur total pendapatan seluruh orang dalam kegiatan perekonomian dan total seluruh pembelanjaan negara dengan upaya membeli barang dan jasa dari hasil perekonomian secara bersamaan (Putri, 2017). PDB dalam hal ini hanya mencakup dan melibatkan barang maupun jasa akhir, yaitu yang merupakan barang dan juga jasa yang telah dijual kepada para pengguna yang terakhir. Perhitungan barang maupun jasa yang akan dibeli kemudian untuk diproses kembali dan dijual tidak akan dimasukkan dalam perhitungan PDB agar terhindarnya masalah double counting atau adanya penghitungan yang ganda, yaitu terhitungnya suatu produk yang lebih dari satu kali.


Dalam hal pendekatan moneter, adanya perbedaan antara tingkat pendapatan nasional yang dimiliki antar negara akan dapat memberikan dan mempengaruhi transaksi yang terjadi untuk ekspor maupun impor barang dan transaksi aset untuk lintas negara yang bersangkutan. Kegiatan tersebut tentu selanjutnya akan dapat memberikan dam mempengaruhi perubahan dalam jumlah permintaan maupun penawaran valas di dalam suatu negara tersebut, yang tentunya secara otomatis akan juga berpengaruh untuk dan terhadap nilai kurs yang akan berlaku pada sistem kurs mengambang bebas. Dengan kata lain ketika banyak atau sedikitnya total pertumbuhan output riil pada suatu negara akan sangat mempengaruhi jumlah total permintaan uang domestik dari luar negeri yang akan membuat jumlah penawaran uang tersebut tentu semakin berharga, kemudian akan memicu untuk terjadinya peristiwa apresiasi mata uang domestik (Salvatore, 2014).


 


METODOLOGI


“Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan yang bertujuan menguji dan melihat hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:13).” Pada penelitian ini menggunakan metode statistika untuk keperluan estimasi. “Penelitian asosiatif atau hubungan merupakan penelitian yang akan bertujuan mengetahui dan melihat hubungan yang terjadi antara dua variabel maupun lebih (Sugiyono, 2007:11).” Hal tersebut tercermin dari desain penelitian yang berusaha menjelaskan serta meneliti mengenai hubungan pengaruh remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB terhadap kurs Dollar Amerika.


Lokasi penelitian dilakukan di Indonesia, mengingat banyaknya jumlah TKI yang dikirimkan ke luar negeri. Dengan data yang diambil dan diolah melalui website resmi BNP2TKI dan Bank Indonesia dengan tahun update-an terbaru. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kurs Dollar Amerika. Objek penelitian merupakan suatu sifat dari objek dimana ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga diperoleh kesimpulan darinya (Sugiyono, 2007:31). Objek penelitian ini akan berguna untuk mengetahui pengaruh antara remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan.


Jenis data yang dipakai berdasarkan penelitian ini adalh data kuantitatif. Data kuantitatif mrupakan data yang berbentuk berupa angka-angka kemudian dapat dihitung juga analisisnya menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:7). Data kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini ialah data yang telah diperoleh dari BNP2TKI dan Bank Indonesia. Data yang dicantumkan dan dipakai di dalam penelitian yang dilakukan ini merupakan data sekunder dengan data berupa data time series, yaitu data kurs Dollar Amerika, cadangan devisa, remitansi TKI dan PDB . Kurun waktu time series data adalah 10 tahun (dari tahun 2007-2016) per triwulan. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini didapat melalui laporan yang dipublikasikan oleh BNP2TKI dan Bank Indonesia. Data yang dipakai dan diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui metode untuk mengumpulkan data yang berupa metode observasi non partisipan. Data dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan serta mempelajari uraian dari buku, jurnal, skripsi dan tesis.


Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini ialah analisis regresi. Analisis tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang akan diberikan suatu variabel kepada variabel lain, variabel bebas yang dalam rangka membuat estimasi atau prediksi dari nilai rata-rata variabel terikat dengan melalui diketahuinya variabel lainnya. Analisis regresi merupakan Teknik yang dipakai untuk” menganalisis hubungan yang akan disebabkan oleh dua atau lebih variabel. Alat analisis yang dipakai untuk penelitian ini merupakan analisis regresi linear berganda,” yaitu supaya dapat diketahui pengaruh yang disebabkan variabel-variabel independen terhdapat variabel yang dependen, melalui metode kuadrat terkecil maupun Ordinary Least Square (OLS) (Gujarati; 2007).


 


 
 
 

 


 


 


 


 


 


 


Gambar 5: Kerangka Konseptual


Keterangan :


                        : Secara Parsial


                        : Secara Simultan


 


PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Tujuan dari uji normalitas yang sudah dilakukan ialah untuk menguji dan mengetahui apakah di dalam sebuah model regresi, nilai yang diberikan variabel dependen, variabel independent dan bahkan keduanya juga memiliki distribusi yang normal. Pada suatu model perhitungan regresi dapat dikatakan baik, yaitu mempunyai residual yang normal atau setidaknya mendekati normal. Uji normalitas yang dilakukan dan dengan kemudian menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov.


 


 


Tabel 2: Hasil Perhitungan Uji Normalitas dengan Metode One-Sample
Kolmogorov-Smirnov          



One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test




 




Unstandardized Residual




N




40




Normal Parametersa,b




Mean




0E-7




Std. Deviation




.78052750




Most Extreme Differences




Absolute




.088




Positive




.088




Negative




-.048




Kolmogorov-Smirnov Z




.555




Asymp. Sig. (2-tailed)




.918




a. Test distribution is Normal.




b. Calculated from data.



 


Bedasarkan “hasil perhitungan di atas diketahui bahwa besarnya hasil yang diberikan terlihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov yaitu 0,555 dengan tingkat signifikan pada Asymp. Sig (2 tailed) yaitu 0,918. Nilai hasil perhitungan tersebut lebih besar dari ? = 5% (0,05), hal ini”menyatakan data telah berdistribusi normal maupun juga lulus uji normalitas dan model tersebut layak digunakan untuk analisis yang akan lebih lanjut.


Tabel 3: Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi dengan Pengujian Durbin Watson



Model




Durbin-Watson




1




2.095



 


         Dengan level of significant 5%, untuk n = 40 dan jumlah variabel bebas (k’) sebanyak 3 (tiga), dL = 1,34 dan dU = 1,66. Maka nilai Durbin-Watson = 2,095 berada pada posisi tidak terjadi “autokorelasi baik positif maupun negatif.”


Tabel 4: Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas


                                                   Coefficientsa



Model




Collinearity




Statistics




 




Tolerance




VIF




Remitansitki




.754




1.327




1 cadangandevisa




.630




1.614




Pdb




.623




1.605



  1. Dependent Variable: nilaitukar

Semua variabel dalam model yang digunakan memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari angka 10 persen (0,10) dengan seluruh nilai VIF yang diperoleh pada model regresi yang tersebut memiliki nilai dibawah 10, hal tersebut menunjukkan bahwa pada model regresi yang telah dibuat tidak memiliki adanya gejala multikolinearitas dan tentunya model tersebut dapat dipakai sebagai upaya memprediksi dan analisis lebih lanjut.





                 Coefficientsa



 

Model




Sig.




 



 

 



 

1




(Constant)




.472




 



 

remitansitki




.514




 



 

cadangandevisa




.307




 



 

Pdb




.339




 



 

a. Dependent Variable: absolut residual



 

 




 

Tabel 5: Hasil Heterokedasitas dengan Uji Glesjer


 


 


 


 


 


Variabel bebas pada model yang digunakan tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut residual karena tingkat signifikansi seluruh variabel bebas bernilai diatas “5% (0,05).”Sehingga melalui hasil yang disajikan dalam tabel bisa diambil kesimpulan bahwa model regresi yang dipakai ternyata tidak mengandung heteroskedastisitas.”


Tabel 6: Hasil Uji Pengaruh Remitansi TKI, Cadangan Devisa dan PDB terhadap Kurs Dollar Amerika



pCoefficientsa




Model




“Unstandardized Coefficients”




“Standardized Coefficients”




“t”




“Sig.”




“B”




“Std. Error”




“Beta”




1




“(Constant)”




2.563




.741




 




3.458




.001




Remitansitki




6.399




.694




1.182




9.226




.000




cadangandevisa




-.035




.018




-.489




-1.898




.066




Pdb




.028




.276




.029




.100




.921




a. Dependent Variable: nilaitukar



 


Bedasarkan hasil tersebut maka dibuat persamaan model regresi sebagai berikut :


? = 2,563 + 6,399X- 0,035X+  0,028X3


Analisis linear berganda ialah analisis yang akan digunakan untuk mencari tahu atau mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel, yaitu Remitansi TKI (X1), Cadangan Devisa (X2) dan PDB (X3) terhadap Kurs Dollar Amerika (Y). Tabel 6 menunjukkan hasil regresi yang dilakukan melalui bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan versi 20. Hasil tersebut kemudian menjadi dasar untuk menguraikan variabel bebas terhadap variabel terikat di dalam penelitian ini. Hasil penelitian mengenai Pengaruh Remitansi TKI, Cadangan Devisa dan PDB terhadap Kurs Dollar Amerika.


 
 
 

 


 


 


 


 


              Gambar 6: Daerah Penolakan dan Penerimaan Uji F


Dari hasil olahan diatas maka dapat disimpulkan F hitung lebih besar dari F tabel yaitu 48,317 ? 3,25, maka H0 ditolak berarti variabel bebas yaitu remitansi TKI (X1), cadangan devisa (X2) dan PDB (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kurs Dollar Amerika (Y) tahun 2007-2016. Dengan R2 = 0,801, ini berarti bahwa 80,1 persen variasi kurs Dollar Amerika dipengaruhi oleh remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB kemudian sisanya” 19,9 persen akan dipengaruhi variabel lain yang mana tidak dimasukkan ke dalam model.”


 
 
 

 


 


 


 


 



Gambar 7: Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk variabel Remitansi TKI (X1)


 


Nilai thitung  (9,226) ? -t tabel (-1,688) “maka H0 diterima dan H1 ditolak,” ini “memberikan arti”bahwa remitansi TKI akan berpengaruhmpositif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai koefisien regresi dari variabel remitansi TKI sebesar 6,399 berarti bahwa, jika diasumsikan remitansi TKI meningkat 1 juta USD akan meningkatkan kurs Dollar Amerika 6,399 dengan asumsi variabel lain konstan. Berdasarkan data penelitian pada tahun 2013 sampai dengan triwulan satu tahun 2016 remitansi TKI mengalami peningkatan. Remitansi TKI yang meningkat akan menambah penawaran mata uang asing (dollar) di Indonesia dan menyebabkan rupiah terdepresiasi. Fenomena tersebut terlihat dari data yang tersedia semakin besar remitansi TKI malah menyebabkan nilai mata uang domestik cenderung terdepresiasi. Hal ini juga bertentangan dengan besarnya penghargaan yang diberikan kepada remitansi TKI sehingga mendapat julukan sebagai pahlawan devisa.


 
 
 

 


 


 


 


 


 


Gambar 8: Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk variabel Cadangan Devisa (X2)


 


Nilai -thitung (-1,898) < -ttabel (-1,688) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang memiliki arti cadangan devisa secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan. Nilai koefisien regresi dari variabel cadangan devisa sebesar -0,035 berarti bahwa, jika diasumsikan cadangan devisa meningkat 1 juta USD hal tersebut akan membuat kurs Dollar turun sebesar 0,035 dengan asumsi variabel lainnya konstan. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui output tersebut terlihat bahwa jumlah cadangan devisa yang meningkat dapat menyebabkan rupiah terapresiasi, karena ketika diasumsikan dengan meingkatnya 1 juta USD cadangan devisa telah menurunkan kurs Dollar Amerika sebesar 0,035 dengan asumsi variabel lain konstan. Artinya rupiah mengalami apresiasi.


 


 


 


 


 


 


Gambar 9: Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk variabel PDB (X3)


 


Nilai thitung (0,100) ? -ttabel (-1,688) “maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang mempunyai arti PDB secara parsial “berpengaruh” positif dan “signifikan terhadap” kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan. “Nilai koefisien regresi” dari “PDB sebesar” 0,028 “berarti” bahwa, jika diasumsikan PDB meningkat 1 juta USD maka “akan meningkatkan kurs” Dollar Amerika “sebesar” 0,028 “dengan” asumsi “variabel lain konstan.” Hal ini sesuai “dengan” fenomena pada penelitian ini, terlihat pada jumlah PDB yang mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2014, yang diikuti oleh meningkatnya jumlah nominal rupiah untuk mendapatkan 1 USD. Dengan demikian dapat dikatakan rupiah terdepresiasi.


 


 


SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan


Bedasarkan hasi analisis yang telah diuraikan dan dijelaskan, sehingga dapat ditarik dan dibuat kesimpulan untuk jawaban rumusan masalah, yang mana sebagai berikut:


1)    Secara simultan remitansi TKI (X1), cadangan devisa (X2) dan PDB (X3) berpengaruh signifikan terhadap kurs Dollar Amerika di Indonesia tahun 2007-2016 dengan Fhitung lebih besar dari pada Ftabel yaitu 48,317 > 3,25. Berdasarkan perhitungan R2 = 0,801 yang berarti bahwa 80,1% variasi kurs Dollar Amerika dipengaruhi oleh remitansi TKI, cadangan devisa dan PDB sehingga saat dihitung secara simultan ketiga variabel tersebut memang berpengaruh terhadap kurs Dollar Amerika, “sedangkan sisanya 19,9% akan dipengaruhi oleh variabel lainnya yang mana tidak dimasukkan dalam teori.


2)    a. Variabel remitansi TKI (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan dengan nilai thitung  (9,226) ? -t tabel (-1,688) dan asumsi variabel lain konstan. Remitansi TKI yang meningkat akan menambah penawaran mata uang asing (dollar) di Indonesia dan menyebabkan rupiah terdepresiasi. Fenomena tersebut terlihat dari data yang tersedia semakin besar remitansi TKI malah menyebabkan nilai mata uang domestik cenderung terdepresiasi.


  1. Cadangan devisa secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan dengan nilai -thitung (-1,898) < -ttabel (-1,688) dan asumsi variabel lain konstan. Tersedianya cadangan devisa yang cukup akan mempertahankan stabilitas nilai tukar dalam suatu negara. Berdasarkan hasil output tersebut terlihat bahwa jumlah cadangan devisa yang meningkat dapat menyebabkan rupiah terapresiasi.

  2. PDB secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kurs Dollar Amerika tahun 2007-2016 per triwulan dengan nilai thitung (0,100) ? -ttabel (-1,688) dan asumsi variabel lain konstan. Jumlah PDB yang mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2014 dan diikuti dengan meningkatnya jumlah nominal rupiah untuk mendapatkan 1 USD. Dengan demikian dapat dikatakan rupiah terdepresiasi.

 


Saran


Bedasarkan analisis dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:


1)    Sebelum dikirimkan ke luar negeri seharusnya para TKI mendapatkan pelatihan terlebih dahulu agar mengerti bagaimana tata cara mengirimkan gaji mereka melalui institusi formal.


2)    Remitansi TKI tidak berpengaruh negatif dalam meningkatkan kurs dollar Amerika, sehingga bertentangan dengan besarnya penghargaan yang diberikan kepada remitansi TKI sampai mendapat julukan sebagai pahlawan devisa. Sebaiknya lembaga yang bergerak dibidang ketenaga kerjaan lebih serius lagi dalam menanggulangi pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, karena terkadang para pekerja tersebut tidak kembali lagi ke Indonesia dan tidak mengirimkan uang hasil kerjanya.


3)    Kenaikan PDB tidak selamanya memberikan dampak yang baik terhadap nilai tukar. Sebaiknya lebih di perhitungkan kembali faktor apa yang menyebabkan ketika PDB mengalami peningkatan tetapi tidak membuat nilai tukar terapresiasi.


 


REFRENSI


  1. McEachern, William. 2000. Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

Abdillah, Iqbal, dkk. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar. Jurnal Ekonomi, 3 (1), hal.3-8.


Alfathir, M. Asri. 2016. Analisis Pengaruh Cadangan Devisa, Remitansi TKI dan Ekspor Neto terhadap Kurs Dollar Amerika. Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.


Apridar. 2009. Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Aprillianan, Dewi. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengiriman Remitansi TKI Asal Bali di Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 2 (8), hal.375-376.


Aslam, Akram N.F dan Syed Zohaib Hassan. 2012. Impact of Remitances on Reserves. Global Journal of Management and Business Research, 12 (2), pp.73-76.


Azam, Muhammad. 2013. The Role of Migrant Workers Remittances in Fostering Economic Growth the Four Asian Developing Countries’ Experiences. International Journal of Social Economics, 42 (8), pp.690-750.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2007. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2008. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2009. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2010. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2011. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2012. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2013. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2014. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2015. Jakarta: BI.


Bank Indonesia. 2017.  Laporan Neraca Pembayaran Indonesia 2016. Jakarta: BI.


Batubara, Dison M.H. 2015. Analisis Hubungan Ekspor, Impor, PDB dan Utang Luar Negeri Indonesia Periode 1970-2013. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8 (1), hal.46-55.


Bukit, Habriandi. 2013. Pengaruh Cadangan Devisa dan Financial Deepening terhadap Nilai tukar Rill. Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Lampung.


Cremer, Georg. 2006. Deployment of Indonesian Migrants in the Middle East: Present Situation and Prospects. Bulletin of Indonesian Economic Studies Journal, 24 (3), pp.73-86.


Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.


Edward, A. Ureta M. 2003. International Migration, Remittances and Schooling: Evidence from El Salvador. Journal of Development Economics, 72, pp.429-461.


Elseoud, M.S.A. 2014. Do Workers' Remittances Matter for the Egyptian Economy?. International Journal of Applied Operational Research, 4 (1), pp.1-26.


Erikson, Manurung. 2014. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia Tahun 1991-2011 (Pendekatan Error Correction Model). Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.  


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2012. Pedoman Penulisan dan Pengujian Skripsi. Denpasar.


Freund, Caroline and Nikola Spatafora. 2008. Remittances, Transaction Costs and Informality. Journal of Development Economics, 86 (2), pp.356-366.


Guinness, Patrick. 2006. Indonesian Migrants in Johor: An Itinerant Labour Force. Journal Bulletin of Indonesian Economic Studies, 26 (1), pp.117-131.


Gunawan, Edi. 2014. Analisis Faktor-Faktor Penentu Perubahan Kurs Dollar Amerika Selama Krisis Global (Periode 2006-2013). Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.


Damodar N., Gujarati dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometerika, Edisi Kelima.  Raden Carlos Mangunsong (penj.). Jakarta: Salemba Empat.


Glytsos, N.P. 2005. The Contribution of Remittances to Growth. A Dynamic Approach and Empirical Analysis. Journal of Economics Studies, 32 (6), pp.467-496.


Hady, Hamdy. 2000.  Ekonomi Internasional, Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Halwani, R Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.


Hamidah, Choirul. 2013. Dampak Remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri Pada Peningkatan Investasi Daerah Asal. Jurnal Ekuilibrium, 11 (2), hal.1-14.


Haryati, Eny. 2009. Remitansi Tenaga Kerja Indonesia:  Dampaknya Terhadap Inflasi dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat. Jurnal Ekuitas, 13 (3), hal.388-405.


Hassan, Gazi. M dan Mark J. Holmes. 2013. Remittances and the Real Effective Exchange Rate. Journal Applied Economics, 45 (35), pp.4959-4970.


Hetler, Carol. B. 2006. The Impact of Circular Migration on Village Economy. Bulletin of Indonesian Economic Studies Journal, 25 (1), pp.53-75.


Intan, S. Permata dan Lilik Sugiharti. 2016. Dampak Remitansi Tenaga Kerja Indonesia Terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia (SNSE) 2008. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan, 1 (2), hal.51-65.


Istiqomah. 2011. Pengaruh Inflasi dan Investasi terhadap Kurs Dollar Amerika di Indonesia. Skripsi Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.


Karagoz, Kadir. 2009. Workers’ Remittances and Economic Growth : Evidence From Turkey. Journal of Yasar University, 4 (13), pp.1891-1908.


Krugman, Paul R. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.


Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.


Mishkin, Frederic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Terjemahan Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita. Jakarta: Salemba Empat.


Mulyani, Neny. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto Terhadap Jakarta Islamic Index. Jurnal Bisnis dan Manajemen Eksekutif

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2018-07-20
How to Cite
PARDEDE, Velsa Nadira; SETYARI, Ni Putu Wiwin. PENGARUH REMITANSI TENAGA KERJA INDONESIA TERHADAP KURS DOLLAR AMERIKA TAHUN 2007-2016. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, [S.l.], p. 1826-1858, july 2018. ISSN 2303-0178. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/40324>. Date accessed: 19 apr. 2024.

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>