Penyuntikan Gonadorelin pada Saat Estrus Terhadap Perkembangan Folikel dan Terjadinya Ovulasi serta Non Return Rate pada Sapi Bali yang Mengalami Kawin Berulang

  • Gusde Wahyu Krisna Suputra Br. Beluangan, Perean Kangin, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia
  • I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia
  • Tjok Gde Oka Pemayun Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia
  • I Wayan Sukernayasa Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia
  • I Nyoman Oka Widiarta Puskeswan Sobangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Bali, Indonesia
##plugins.pubIds.doi.readerDisplayName## https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i02.p11

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian gonadorelin mampu menyebabkan terjadinya perkembangan folikel mencapai folikel yang siap untuk di ovulasikan dan terjadi ovulasi serta fertilisasi pada sapi bali yang mengalami kawin berulang di Desa Sobangan, Kabupaten Badung, Bali. Pengamatan folikel yang berkembang dan waktu ovulasi dilakukan menggunakan USG transrektal melalui palpasi rektal. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol tanpa injeksi gonadorelin (P0), kelompok yang mendapat injeksi gonadorelin dosis 50µg/im/ekor (P1) dan, kelompok yang mendapat injeksi gonadorelin dosis 100µg/im/ekor (P2). Injeksi gonadorelin dilakukan saat keluarnya leleran bening dari vagina sebagai tanda munculnya estrus dan semua sampel di IB 12 jam setelah munculnya estrus. Hasil penelitian menunjukan rata-rata diameter folikel pada saat estrus kelompok P0 7,37+0,46mm, kelompok P1 7,67+0,78mm, dan kelompok P2 7,59+0,77mm dan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P>0,05). Saat mencapai folikel de graff rata-rata diameter folikel pada kelompok P0 11,27+0,59mm, kelompok P1 10,08+0,60mm, kelompok P2 9,92+1,06mm secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Saat ovulasi rata-rata diameter folikel pada kelompok P0 10,53+0,57mm, pada kelompok P1 9,51+0,59mm, pada kelompok P2 9,33+0,89mm, secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Waktu ovulasi pada kelompok P0 adalah 71,56+1,33 jam, sedangkan untuk kelompok P1 dan P2 adalah 12,00+0,00 jam dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0,05). Persentase non return rate pada ketiga kelompok perlakuan adalah 0%, 77,8% dan 88,9%, masing-masing untuk P0, P1 dan P2.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Afriani T, Jaswandi, Defrinaldi, Satria YE. 2014. Pengaruh waktu pemberian gonadotropin releasing hormone (GnRH) terhadap jumlah korpus luteum dan kecepatan timbulnya berahi pada sapi pesisir. J. Pet. Indon. 16(3): 1907-1760.
Ball H, Peters AR. 2004. Reproduction in Cattle. 3rd Ed. Ltd., United Kingdom : Blackwell Publishing.
Besung INK, Watiniasih NL, Mahardika IGNK, Agustina KK, Suwiti NK. 2019. Mineral levels of Bali cattle (Bos javanicus) from different types of land in Bali, Nusa Penida, and Sumbawa Islands (Indonesia). Biodiversitas. 20(10): 2931-2936.
Bhattacharyya, Hafiz. 2009. Treatment of delayed ovulation in dairy cattle. Agric. Res. Com. Centre. 43(3): 209-210.
Budiyanto A, Thopianong TC, Triguntoro, Dewi HK. 2016. Gangguan reproduksi sapi bali pada pola pemeliharaan semi intensif di daerah sistem integrasi sapi – kelapa sawit. Acta Vet. Indon. 4(1): 14-18.
Hafez ESE. 2002. Reproduction in Farm Animal. Edition 7 th ed . Maryland. USA : Lippncott Williams & Wilkins.
Hafizuddin, Siregar TN, Akmal M. 2012. Hormon dan perannya dalam folikuler pada hewan domestik. JESBIO. 1(1): 21- 24.
Iswoyo, Widiyaningrum P. 2008. Performanan reproduksi sapi peranakan simental (Psm) hasil inseminasi buatan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Pet. 11(3): 125-133.
Maidaswar. 2007. Efisiensi superovulasi pada sapi melalui sinkronisasi gelombang folikel dan ovulasi (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Noakes DE, Parkinson TJ, England CW. 2001. Arthur’s veterinary reproduction and obsterics. Harcourt Publishers Limited, The United Kingdom.
Pemayun TGO. 2010. Kadar progesteron akibat pemberian PMSG dan Gn-RH pada sapi perah yang mengalami anestrus postpartum. Bul. Vet. Udayana. 2(2): 85-91.
Peters AR. (2005). Veterinary clinical application of GnRH questions of efficacy. Anim. Reprod. Sci. 30(2005): 1-13.
Perez-Marin CC, Moreno LM, Colero GV. 2012. Clinical approach to the repeat breeder cow syndrome. In: A Bird’s-Eye View of Veterinary Medicine (online book). Edited by Perez- Marin CC. Intech Open (https://www.intechopen.com/books/a-bibird-s-eye-view-of-Veterinary- medicine). London, UK.
Pursley JR, Mee MO, Wilthbank MC. 1995. Synchronization of ovulation in dairy cows using PGF2alpha and Gn-RH. Theriogenologi.
Prihatno SA, Gustari S, Kusumawati A, Budiyanto A, Setyawan EMN, Adi YK. 2021. Pengaruh pemberian GnRH pada sapi potong yang mengalami kawin berulang effect of GnRH administration in beef cows with repeat breeding. J. Sain Vet. 39(1): 126-421.
Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy LS. 2007. Petunjuk teknis penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong. Loka Penelitian Sapi Potong Grati.
Schiillo KK. 1992. Effects dietary energyon control of luteinizing hormone secretion in cattel and sheep. J. Anim. Sci. 70. 1271-1282.
Senger PL. 2003. Pattways to pregnancy and parturition revision edition. Washington state University Research & Technology Park. Current Coception Inc., Washington. Pp. 210-230.
Singh B, Saravia F, Bage R, Rodriguez M, Martinez H. 2004. Report, master of science. Programme for International Students. Department of obstetrics and gynaecology, Swedish University of Agriculture sciences (SLU), Uppsala Sweden. Report no. 36, ISSN, 1403-2201.
Suartini NK, Trilaksana IGNB, Pemayun TGO. 2013. Kadar estrogen dan munculnya estrus setelah pemberian buserelin (Agonis GnRH) pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum akibat hipofungsi ovarium. J. Ilmu Kes. Hewan. 1(2): 40-44.
Stevenson JS, Mee MO, Folman Y, Scoby RK. 1989. Timing of GnRH administration and AI relative to the onset of estrus for first services in Holsteins. J. Dairy. Sci. 72(1989): 352.
Ummaisyah WR, Madyawati SP, Wahjuni RS, Rimayanti R, Wurlina W, Restiadi TI. 2020. Efektivitas pemberian GnRH pada sapi perah yang mengalami hipofungsi ovarium terhadap waktu timbulnya birahi dan angka kebuntingan. Ovozoa. 9(3): 2302-6464.
Wahyuni, Purnama H, Djatmikowati TF, Amaliah F, Samik A. 2018. Kombinasi hormon Pmsg Dan Hcg untuk pengobatan kasus hipofungsi gangguan reproduksi pada sapi / kerbau di kegiatan upsus siwab 2017. Balai Besar Veteriner Maros.
Young AJ, Swanson LV. 1988. Effect of GnRH and hCG at time of insemination of repeat breeders cows. J. Dairy. Sci. 71(1988): 1-13.
Diterbitkan
2023-02-03
##submission.howToCite##
SUPUTRA, Gusde Wahyu Krisna et al. Penyuntikan Gonadorelin pada Saat Estrus Terhadap Perkembangan Folikel dan Terjadinya Ovulasi serta Non Return Rate pada Sapi Bali yang Mengalami Kawin Berulang. Buletin Veteriner Udayana, [S.l.], p. 256-263, feb. 2023. ISSN 2477-2712. Tersedia pada: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/87948>. Tanggal Akses: 15 dec. 2025 doi: https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i02.p11.
Bagian
Articles

##plugins.generic.recommendByAuthor.heading##