Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan(Centella asiatica) Peroral
Abstract
Pegagan merupakan tanaman herbal yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan histopatotogi pada ginjal tikus putih setelah pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) peroral.Tikus putih (Rattus norvegicus)sebanyak 30 ekordibagi secara acak menjadi lima kelompok, kelompok A sebagai control (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B yang diberikan ekstrak pegagan 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C yang diberikan ekstrak pegagan dosis 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D yang diberikan 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); dan kelompok E yang diberikan ekstrak pegagan dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor).Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke-9.Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE).Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan, tidak ditemukan adanya degenerasi melemak, degenerasi hidrofik, dan nekrosis baik pada kontrol (placebo) maupun pemberian dosis 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml.Hasil ini menunjukkan bahwapemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 9 hari, tidak menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).