RESISTANCE OF GOAT MEAT STORED ON ROOM TEMPERATURE
Abstract
The purpose of this study was to determine the resistance of goat meat stored at room temperature. This study used a completely randomized design with 3 times of observation time, namely at the 8th, 16th and 24th hours in which 5 samples were examined for each observation. Testing of goat meat samples begins with subjective and objective physical tests, then the Eber test, then carried out a H2S test. The results showed that the five samples were not significantly different (P>0.05) with respect to consistency, texture, and significantly (P<0.05) in the color, smell, pH value, water content and water binding capacity, Eber test, and H2S test. At 16 and 24 hours, the color of the goats changes to brownish red, has a foul odor, the content becomes soft, the texture of the five meats has become coarse, a decrease in pH value, decreased water content and increased water binding capacity. In the Eber test, there was steam on the tube wall and for the H2S test, brown spots were seen on the tissue paper where this process of decay had occurred. From this research it can be concluded that, goat meat stored at room temperature decomposes at 16 hours. It is recommended that put the goat meat at room temperature, preferably no more than 16 hours and to maintain its quality, goat meat can be stored at cold temperatures.
Downloads
References
Dengen PMR. 2015. Perbandingan uji pembusukan dengan menggunakan metode uji postma, uji Eber, uji H2S dan pengujian mikroorganisme pada daging babi di pasar tradisional sentral Makassar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, 2018. Stastistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
Franciska J, Suardana IW, Suarsana IN. 2018. Bakteriosin asal Streptococcus bovis 9A sebagai biopreservatif pada daging sapi ditinjau dari uji eber. Indon. Med. Vet. 7(2): 158-167.
Hadja. 2006. Kajian efek waktu blansir dan lama penyimpanan pada suhu rendah terhadap mutu daging sapi yang dikemas vakum. J. Zootek. 22(2): 21-28.
Kurniawana NP, Septinova D, Adhianto K. 2014. Kualitas fisik daging sapi dari tempat pemotongan hewan di Bandar Lampung. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 2(3): 16-20.
Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. 5th Ed. Terjemahan aminudin parakasi. Jakarta. UI Press.
Madruga MS, Arruda SGB, Nascimento JA. 1999. Castration and slaughter age efffects on nutitive value of the ”mestico” goat meat. Meat Sci. 52: 119-125.
Naibaho AA, Oka IBM, Swacita IBN. 2013. Kualitas daging babi ditinjau dari uji objektif dan pemeriksaan larva cacing Trichinella spp. Indon. Med. Vet. 2(1): 12-21.
Prasafitra AF, Suada IK, Swacita IBN. 2014. Ketahanan daging rendang tanpa pemasakan ulang selama penyimpanan suhu ruang berdasarkan uji reduktase dan organoleptik. Udayana university press, Denpasar, Bali. Indon. Med. Vet. 3(1): 20-25.
Priharsanti AHT. 2009. Populasi bakteri dan jamur pada daging sapi dengan penyimpanan suhu rendah. Sains Peternakan. 7(2): 66-72.
Rompis JEG. 2015. Daya mengikat air dan susut masak daging sapi blansir yang dikeringkan dalam oven dan dikemas vakum. J. Zootek. 35(1): 131-137.
Rosyidi D, Ardhana M, Santoso RD. 2000. Kualitas daging kambing ekor gemuk betina dengan perlakuan docking dan tingkat pemberian konsentrat ditinjau dari kadar air, kadar lemak dan kadar protein. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 7(2): 106-110.
Rosyidi D, Radiati LE, Uyun N. 2009. Kualitas kimia daging kambing peranakan etawah (pe) jantan dan kambing peranakan boer (pb) kastrasi. J. Ilmu Teknol. Hasil Ternak. 4(2): 9-16.
Sampurna IP, Nindhia TS. 2008. Analisis Data dengan SPSS dalam Rancangan Percobaan. 1st Ed. Denpasar: Udayana University Press.
Sembiring UR, Suada IK, Agustina, KK. 2015. Kualitas daging kambing yang disimpan pada suhu ruang ditinjau dari uji subjektif dan objektif. Indon. Med. Vet. 4(2): 155-162.
Setyawardani T, Haryanto I. 2005. Kajian Pengempukan Daging Kambing. J. Anim. Prod. 7(2): 106-110.
Soelih E, Dimas H, Setya B. 2011. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap terjadinya awal pembusukan daging yang dijual di salah satu pasar tradisional Surabaya. Vet. Med. 4(2): 15-17.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. 4th Ed. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. 5th Ed. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sunarlim R, Triyantini, Setiadi B. 2004. Penggunaan stimulasi listrik pada kambing lokal terhadap mutu daging selama penyimpanan suhu kamar. Proc. Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. Pp. 427-432.
Suradi K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selama penyimpanan temperatur ruang. J. Ilmu Ternak. 6 (1): 23-27.
Suryati T, Arief II, Maheswari. 2006. Sifat fisik daging sapi dark firm dry (dfd) hasil fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus Plantarum. Med. Peternakan. 29(2): 76-82.
Suyasa N, Parwati IA, Rohaeni ES. 2016. Potensi dan keragaman karakter kambing kacang, peranakan ettawa (pe) dan gembrong di Bali. Banjarbaru. Proc. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 20 Juli. Pp.1359-1366.
Toba RDS, Hafid H, Pagala, MA. 2018. Kualitas organoleptik daging sapi yang diberi pasta lengkuas (Alpinia Galanga L.) dengan lama simpan yang berbeda. JITRO. 5(1): 28-30.
Usmiati S, Marwati T. 2007. Seleksi dan optimasi proses produksi bakteriosin dari Lactobacillus sp. J. Pascapanen. 4(1):27-37.
Uyun N. 2008. Kualitas kimia daging kambing peranakan etawah (pe) jantan dan kambing peranakan boer (PB) kastrasi. Malang. J. Ilmu Teknol. Hasil Ternak. 4(2): 9-16.
Yulistiani R. 2010. Study of unslaughtered chicken carcass: organoleptic changes and bacterial growth pattern. J. Teknol. Pertanian. 11(1): 27-36.