Pengaruh Campuran Minyak Wijen (Sesamum indicum L.) dan Apsa 80 Sebagai Bahan Pelapis Terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Abstract
Buah manggis merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah rusak dan memiliki umur simpan yang relatif singkat. Kemampuan campuran APSA 80 dan minyak wijen dengan konsentrasi yang berbeda sebagai bahan pelapis untuk menjaga kualitas dan memperpanjang masa simpan buah manggis yang diuji selama penyimpanannya. Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan konsentrasi terbaik dari campuran APSA 80 dan minyak wijen sebagai bahan pelapis untuk buah manggis. Minyak wijen paling tahan terhadap ketengikan karena mengandung antioksidan alami dan asam oleat yang tinggi. APSA 80 sebagai penyebar dan mampu merekatkan bahan campuran serta sebagai pengemulsi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga faktor perlakuan yaitu ragam konsentrasi pelapis dari APSA 80 dengan konsentrasi 0%, 0.03%, dan 0.06%, konsentrasi pelapis dari minyak wijen dengan konsentras 0%, 0.5%, dan 1% serta suhu penyimpanan menggunakan suhu ruang (28±2oC) dan suhu dingin (10±1oC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan SdA2M2 (konsentrasi APSA 80 0.06% dan konsentrasi minyak wijen 1% pada suhu dingin) adalah konsentrasi bahan pelapis terbaik untuk menjaga kualitas dan memperpanjang masa simpan buah manggis. Kedua formulasi bahan pelapis tersebut mampu mempertahankan buah manggis selama 25 hari dimana warna aril masih berwarna putih, warna kulit ungu kemerahan dan tekstur kulit belum mengeras.
Mangosteen is one of the horticultural products that easily damages and has a relatively short shelf-life. The abilities of the mixed of APSA 80 and sesame oil with different concentrations as coting materials to maintain the quality and extend the self-life of mangosteen fruits were tested during storage. The main objective was to find the best mixed concentrations of the APSA 80 and Sesame oil as coating material for mangosteen fruits. Sesame oil is known to be the most resistant to rancidity because it contains natural antioxidants and high oleic acid. APSA 80 is as a spreader and gluing the mixed material and as an emulsifier. The experimental design used in this study was a Completely Randomized Design with three factors, namely the concentration of APSA 80 (0%, 0.03%, and 0.06%), the concentration of sesame oil (0%, 0.5%, 1%) and storage temperatures (28 ± 2oC and 10 ± 1oC). The result showed that the mixed concentrations of 0.06% APSA 80 and 0.5 % sesame oil, as well as the mixed concentrations of 0.06% APSA 80 and 1.0 % sesame oil were the best coating materials to maintain quality and extend the self-life of mangosteen fruits. The both formulations of the coatings maintain the self life for 25 days at where the colors of the arils were snowy white, the color of skin surfaces were redish purple, and the pericarps were not yet hardenings.
Downloads
References
Aminullah, M. 2009. Pasca Panen Jeruk. Transmedia. Jakarta.
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N. L., Sedarnawati, B. S., & Budianto, S. (1989). Petunjuk laboratorium analisis pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Delfian, Rhoby. 2010. Pelapisan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Adaptasi Suhu Terhadap Perubahan Karakteristiknya Selama Penyimpanannya. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dwiarsih, B. (2009). Kajian Pemberian Sitokinin dan Lapisan Lilin dalam Penyimpanan Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Furness, C. 1997. How to Make Beeswax Candles. British Bee Publ. Geddington. UK.
Inggas, M. A. N., & Utama, I. M. S. (2013). Pengaruh emulsi minyak nabati sebagai bahan pelapis pada buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap mutu dan masa simpannya. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian), 1(2).
Mitra, S. K. (Ed.). (1997). Postharvest physiology and storage of tropical and subtropical fruits (No. 04; SB359, P6.). New York: CAB international.
Muchtadi, D., Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Musaddad, D. (2002). Mempelajari Efektivitas Pelapis Edibel Khitosan pada Buah Tomat Segar Selama Penyimpanan di Suhu Kamar dan Suhu Dingin. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Prastya, O. A., Utama, I. M. S., & Yulianti, N. L. (2015). Pengaruh pelapisan emulsi minyak wijen dan minyak sereh terhadap mutu dan masa simpan buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian), 3(1).
Qantiyah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan Giberelin Selama Penyimpanan [Thesis]. Sekolah Pascasarjana Institusi Pertanian Bogor. Bogor.
Sapers, G. M., & Douglas Jr, F. W. (1987). Measurement of enzymatic browning at cut surfaces and in juice of raw apple and pear fruits. Journal of Food Science, 52(5), 1258-1285.
Wills, R. H. H., Lee, T. H., Graham, D., McGlasson, W. B., & Hall, E. G. (1981). Postharvest. An introduction to the physiology and handling of fruit and vegetables. Granada.