Karakteristik dan Kinerja Subakabian di Tiga Kabupaten Anggota MPIG Kopi Arabika Kintamani
Abstract
Dibandingkan subak, literatur/kajian subakabian masih jarang dipertimbangkan dalam pembangunan. Padahal, subakabian mengambil peran penting terhadap pengembangan salah satu komoditas unggulan di Bali, yakni Kopi Arabika Kintamani yang telah meraih sertifikasi indikasi geografis sejak tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan kinerja subakabian di tiga kabupaten anggota MPIG Kopi Arabika Kintamani, serta membandingkan karakteristik dan kinerja subakabian antara tiga kabupaten tersebut. Karakteristik dan kinerja subakabian diidentifikasi berdasarkan teori Mackay, lalu dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan RRA dan kalkulasi economic impact analysis. Hasil penelitian menunjukan subakabian di lokasi penelitian memiliki karakteristik saling mengikat dengan desa adat; memiliki hak otonomi; adaptif terhadap perkembangan teknologi; krama subakabaian terikat oleh kesatuan profesi, geografis, dan historis; berasaskan falsafah tri hita karana; berlandaskan prinsip kebersamaan dan gotong royong; kepemimpinan dan pengambilan keputusan bersifat demokratis; organisasi pertanian yang bersifat neoklasik dengan formalisasi rendah; dan norma hukum bermakna sosial dominan di subakabian yaitu hukum adat. Kinerja subakabian telah efektif dalam rangka mencapai tujuannya dan efisien menggunakan sumber daya sehingga mampu meberikan dampak ekonomi secara lokal. Perbedaan subakabian anggota MPIG Kopi Arabika Kintamani antara Kabupaten Bangli; Kabupaten Buleleng; dan Kabupaten Badung hanya menyangkut soal dukungan pemerintah daerah dan teknis pelaksanaan sosial budaya.