RANTAI NILAI PEMASARAN AKAR WANGI INDONESIA
Abstract
Akar wangi memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat diproses menjadi produk olahan, seperti minyak atsiri dan produk kerajinan. Permintaan dan harga minyak atsiri meningkat sejak tiga tahun terakhir. Harga minyak atsiri tahun 2017 mencapai Rp. 4.000.000,- per kg. Kondisi ini mendorong petani untuk kembali melakukan budidaya akar wangi di lahan mereka. Area produksi akar wangi terbesar Indonesia berada di Kabupaten Garut. Kabupaten ini menyumbang 90 persen produksi akar wangi Indonesia. Terdapat enam kecamatan di Kabupaten Garut yang merupakan sentra produksi akar wangi. Penelitian ini dilaksanakan di empat kecamatan, yaitu Cilawu, Samarang, Bayongbong, dan Leles. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis rantai nilai pemasaran akar wangi dan melihat struktur serta perilaku pasar. Metode penelitian menggunakan rantai nilai Porter. Struktur pasar membahas konsentrasi pasar dan hambatan masuk, sedangkan perilaku pasar melihat aktivitas lembaga pemasaran pada tiga fungsi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan struktur pasar akar wangi terkonsentrasi lemah dengan nilai 0,05 dan tidak ada hambatan masuk dengan nilai 5 persen. Lembaga pemasaran akar wangi melakukan fungsi-fungsi pemasaran (pertukaran, fisik, dan fasilitas) dan terdapat enam saluran pemasaran dari petani hingga konsumen. Tidak ada pelatihan dan pengembangan yang didapatkan pelaku usaha, kecuali pada sektor industri kerajinan akar wangi.