SITUASI KEBAHASAAN MASYARAKAT GOLONGAN MUDA DI DAERAH TRANSMIGRASI SUKU SASAK DI DESA TALONANG, SUMBAWA BARAT
Abstract
Masyarakat transmigrasi suku Sasak ini tentu membawa identitasnya, termasuk identitas bahasa yang berbeda dengan penduduk lokal. Seiring dengan perjalanan waktu mereka membaur, bercampur, dan melebur dengan budaya dan bahasa penduduk setempat. Akibatnya bahasa Samawa yang merupakan bahasa penduduk lokal dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuandan bahasa negara, saling memengaruhi. Saling pengaruh antarbahasa ini kemudian membentuk persaingan bahasa, akomudasi bahasa, pergeseran, pengadaptasian, dan atau pemertahanan bahasa. Sebagai warga pendatang, maka tidak mengherankan bila timbul usaha untuk mempelajari bahasa setempat agar dapat bersosialisasi dengan masyarakat/penduduk asli. Usaha tersebut merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan kelompok lain di lingkungan yang baru dimasukinya (Sulastriana, 2017: 2). Dalam hal ini, komunitas penutur bahasa Sasak yang berasal dari Pulau Lombok harus beradaptasi dengan masyarakat sekitar yang menggunakan bahasa Samawa. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memiliki rumusan masalah bagaimana situasi kebahasaan kalangan penutur muda Sasak di daerah transmigrasi (Desa Talonang, Sumbawa Barat)? Dalam situasi kebahasaan itu dilihat dari segi pemerolehan bahasa Sasak, sistem komunikasi yang diamati bilamana menggunakan bahasa Sasak (BSas), bahasa Samawa (BSam), bahasa Indonesia (BI), dan bahasa lain (BL)? Tujuan penelitian ini adalah menguraikan situasi kebahasaan pada penutur muda Sasak di daerah transmigrasi (Desa Talonang, Sumbawa Barat). Berdasarkan hal itu tujuan akhir penelitian ini adalah ingin mendapatkan kegigihan penutur kunci (generasi muda) dalam menjaga keberlangsungan hidup bahasa asal atau bahasa ibu (tergolong bahasa minoritas) di wilayah bahasa daerah lain (bahasa Samawa) yang merupakan bahasa mayoritas. Berdasarkan atas situasi yang dipaparkan diatas, dalam kajian ini sangatlah tepat ditinjau dari teori sosiolinguistik yang menitikberatkan pada kedwibahasaan. Sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Karakteristik mayarakat golongan muda etnis Sasak yang tinggal di Desa Talonang, Sumbawa Barat merupakan masyarakat yang sangat adaptif dengan lingkungan alam dan lingkungan maysarakat etnis lain di sekitarnya. Keadaptifan karakter masyarakat golongan muda Talonang ini dapat dilihat dari cara hidup mereka dengan alam dan cara bergaul dengan etnis lain yang saling toleransi dan saling menghargai. Toleran dan saling menghargai ini dapat dilihat dari cara berbahasa mereka yang mampu menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa Sasak sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu mereka, bahasa Indonesia dan bahasa Samawa sebagai bahasa kedua mereka.