DINAMIKA LEKSIKON NOMINA BAHASA BALI BIDANG ISTILAH RANAH BUDAYA KEBAHARIAN

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) leksikon nomina ranah budaya bahasa Bali bidang istilah kebaharian dan (2) mendeskripsikan dinamika leksikon nomina bahasa Bali bidang istilah kebaharian. Kajian ini menggunakan kajian ekolinguistik yang pertama kali diperkenalkan oleh Einar Haugen (1972) dalam tulisannya yang berjudul Ecology ofLanguage. Kajian ini merupakan kajian interdisipliner yang melihat tautan antara ekologi (ekosistem) dan linguistik (ilmu bahasa). Selanjutnya, digunakan juga teori perkembangan Bahasa oleh Bynon (1977:24). Bynon mengatakan bahasa itu mewarisi atur-aturan bahasa lama (retensi) dan akan berbeda karena perubahan atur-aturan (inovasi) yang terjadi belakangan. Inovasi yang terjadi bisa berupa (penghilangan) unsur lama, (b) penambahan unsur baru, dan (c) pergantian unsur lama ke unsur baru.  Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak, wawancara, dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon ranah budaya yang ditemukan meliputi pemakaian istilah berupa kelompok parahyangan, seperti pura segara, Ida Batara Baruna, dan canang sari; pawongan seperti tukang ngujur, pengepul, bendega; dan palemahan yang meliputi kosakata biotik seperti bulung boni, bulung blulang, be cutek,  be kakya, dan abiotik, seperti jukung, jala, umpan. Dinamika leksikon ditemukan leksikon retensi dan leksikon inovasi. Retensi yang bertahan umumnya ditemukan dalam ranah parahyangan, sedangkan yang berinovasi, banyak ditemukan pada bidang pawongan dan palemahan, seperti seka berganti dengan pemodal, seperti dayung, gandok, bidak, dan jarring krotok. Dulu dipakai dayung  sekarang tidak dipakai lagi karena sudah ada pemakaian mesin. Begitu juga gandok sekarang diganti dengan mesin yang memiliki multi fungsi sebagai penggerak perahu atau penentu arah.