HIERARKI KEBAHASAAN PADA SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL BALI
Abstract
Seni pertunjukan tradisional Bali, seperti arja, drama gong, wayang, topeng, bondres dan gambuh, merupakan sebuah hasil kreativitas seniman tentang refleksi budaya Bali masa lampau yang diaktualisasikan kembali dalam kehidupan kekinian. Dalam pagelaran seni pertunjukan tradisional Bali tersebut, bahasa Bali masih digunakan secara intens. Bahasa Bali yang digunakan dengan selalu mengedepankan tata titi atau tata sopan santun kebahasaan yang disebut Anggah Ungguhing Basa Bali (AUBB) atau sebutan lainnya. Anggah Ungguhing Basa Bali ini menjadi piranti yang sangat menentukan kualitas seni pertunjukan tradisional Bali yang umumnya bertemakan istana sentris. Selain menjadi penanda kualitas, penggunaan bahasa Bali bertingkat tingkat (AUBB) ini menjadi penanda kesantunan, dan penanda status sosial (tata linggih) tokoh di dalam cerita.