Lanskap Bahasa dan Budaya di Destinasi Pariwisata Digital Nomad: Studi Kasus di Canggu
Main Article Content
Abstract
Penelitian Lanskap Bahasa dan Budaya di Destinasi Pariwisata Digital Nomad: Studi Kasus di Canggu bertujuan mengkaji fenomena bahasa dan budaya sebagai dampak mobilisasi global di area destinasi digital n om a d. Metode kualitatif digunakan untuk mengungkap fenomena bahasa dan budaya global dengan setting alamiah di destinasi pariwisata digital nomad. Penelitian menemukan dinamika fenomena bahasa dan budaya digital nom a d di Canggu. Simpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap bahasa dan budaya khas digital nomad di Ca nggu dan terjadi pergeseran identitas bahasa dan budaya lokal di Canggu. Implikasi hasil penelitian perlunya PERDA untuk mengatur penggunaan bahasa dan budaya asing di ruang publik/pariwisata agar tidak menjadi sampah visua l, perlunya PERDA untuk mengatur lanskap bahasa dan budaya digital nomad agar tidak menggeser identita s ba ha sa dan budaya lokal di ruang publik, dan perlunya ikonisasi Canggu sebagai destinasi digital nomad yang bercirika n indentitas Bali
Article Details
References
Rupa dan Desain Era 4.0” FBS Unesa, 25 Oktober 2018
[2]Haking, Julia. 2017. Digital Nomad Lifestyle. A Field Study In Bali. Master Of Science Thesis Indek 2017:163.
KTH Industrial Engineering And Management Industrial Management SE- 100 44 Stockholm
[3] Nomadlist.com
[4]Blommaert, J. 2013. Ethnography, Superdiversity and Linguistic Landscapes: Chronicles of Complexity. Ontario:
Multilingual Matters.
[5] Heller, M., dkk.2014 Introduction: Sociolinguistics and tourism – mobilities, markets, multilingualism Journal of
Sociolinguistics 18/4, 2014: 425–458
[6] Appadurai, A. 1996. Modernity at Large. Cultural Dimensions of Globalization. Akindele, D. O. 2011.
Linguistic Landscape as Public Commmunication : A Study of Public Signage in Gaborone Botswana. International
Journal of Linguistics. 3(1), 1948-5425
[7] Kasanga, L. A. (2012). Mapping the linguistic landscape of a commercial neighbourhood in Central Phnom
Penh. Journal of Multilingual and Multicultural Development, 33(6), 553–567.Koschade, A. (2016). 12
[8][9][10] Fakhiroh, Z dan Rohmah, Z. 2018. Linguistic Landscape Of Sidoarjo City. NOBEL: Journal of
Literature and Language Teaching Volume 9, No 2, September 2018, p-ISSN 2087-0698 e-ISSN 2549-2470;
96-116
[11]Gorter, D. 2009. The Linguistic Landscape in Rome: Aspects of Multilingualism and Diversity. In R. Bracalenti,
D. Gorter, I, Catia, F, Santonico, & C. Valente (eds.), Roma Multietnica (I cambiamenti nel panorama
linguitico/changes in the lingusitic landscape) (pp. 15-55). Rome, Italy: Edup SRL.
[12] Backhaus, P. 2009. Linguistic Landscapes: A Comparative Study of Urban Multilingualism in Tokyo. Clevedon
Buffalo: Multilingual Matters
[13]Chen, Y.J. 2013. Cultural Landscape of Tourism Perceptions by Multidimensional Scaling on Wulai Aboriginal
Community, Taiwan.The Journal of Global Business Ma 84 nagement Volume 9 * Numbe r 3 * October 2013 issue
[14] Blackwood, R. J. & Stefania, T. 2015. The Linguistic Landscape of the Mediterranean: French and Italian
Coastal Cities. London: Palgrave Macmillan.
[15] Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakart a: Gadjah Mada University Press