ANALISIS KAJIAN PRAGMATIK UJARAN KEBENCIAN TERHADAP SUKU MINORITAS DI JEPANG
Main Article Content
Abstract
Keterbukaan berpendapat di media umum tanpa adanya tanggung jawab dan rasa kemanusiaan sering memberi dampak psikologis serius bagi mereka yang dituju. Salah satunya adalah ujaran kebencian di media sosial. Jepang, pada jaman Meiji menetapkan ideologi negaranya sebagai negara yang monoetnik dan mono lingual. Akan tetapi, di masa sekarang ini, hampir mustahil suatu negara untuk mempertahankan ideologi monoetnik tersebut mengingat mudahnya setiap orang untuk masuk dan keluar dari satu negara ke negara lainnya. Begitu juga yang terjadi di Jepang. Hanya saja, fenomena ini masih sulit untuk diterima oleh beberapa kelompok orang, terutama golongan xenofobia yang anti terhadap orang asing atau orang yang mereka anggap bukan orang Jepang. Golongan yang termasuk rasis ini, melakukan berbagai cara untuk menunjukkan kebencian ataupun penolakannya terhadap komunitas tertentu yang tidak mereka sukai. Komunitas yang minoritas di Jepang seperti Suku Ainu, ataupun imigran yang tinggal di Jepang. Mereka kerap mengalami diskriminasi dan hingga saat ini pun mereka masih menerima perlakuan diskriminatif oleh sekelompok orang. Diantaranya adalah ujaran kebencian yang beredar di media sosial. Ujaran tersebut dianalisis dan dibuktikan sebagai ujaran yang mengandung kebencian menggunakan kaidah-kaidah dalam Ilmu Pragmatik. Data yang dikumpulkan menggunakan teknik simak dan catat, dengan fokus pada data yang sesuai dengan lingkup penelitian, yaitu berupa pelanggaran maksim kerjasama oleh Grice, dalam kajian Pragmatik.
Article Details
References
DISCUSSION OF THE AINU. In Protland State University (Issue 1959).
[2] Tsutsui, K. (2013). Ainu Indigenous Rights Movement (Japan). The Wiley-Blackwell Encyclopedia of Social and Political
Movements. https://doi.org/10.1002/9780470674871.wbespm230
[3] Rismaya, R. (2020). Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Kesantunan Berbahasa dalam Cuitan Twitter Bertema Internalized
Sexism'Internalisasi Seksisme': Suatu Kajian Pragmatik. Metahumaniora, 10(3), 346-360.
[4] M Hidayati, N. N. (2018). Pelanggaran Maksim (Flouting Maxim) Dalam Tuturan Tokoh Film Radio Galau Fm: Sebuah
Kajian Pragmatik. An-Nas, 2(2), 248-263.
[5] Rahardi, R. K. (2005). Pragmatik: kesantunan imperatif bahasa Indonesia. Erlangga.
[6] Wedayanti, npl. 2021. Ujaran Kebencian Terhadap Zainichi Korea di Jepang. dalam Linguistik Forensik, Studi Kasus Teks
Lintas Bahasa. Denpasar, Penerbit Pustaka Larasan.
[7] Wedayanti, npl&Dewi, nmaa. 2021. Strategi Ketidaksantunan Tuturan Pada Media Sosial di Jepang terkait Suku Ainu.
dalam Antologi Kajian Linguistik dan Sastra Jepang. Yogyakarta, Deepublish Publisher.
[8] Dewi, N. M. A. A., & Wedayanti, N. P. L. KESANTUNAN BERBAHASA YANG TERCERMIN DALAM AIMAI
HYĆGEN