Kabaret Bali dan Yogyakarta Jejaring Pentas Kabaret di Bali dan Yogyakarta: Inovasi bangkitnya pariwisata pasca pandemic Covid-19
Main Article Content
Abstract
Tujuan penelitian ini memotret jejaring pentas cabaret di Bali dan Yogyakarta pasca pandemic Covid-2019 yang diasumsikan bangkit dari keterpurukan. Metode kualitatif dengan entnografis-lokus penelitian oleh dua Universitas, Unud-Bali dan Atmajaya-Yogyakarta menghasilkan interview Youtube bersertifikat hak kekayaan intelektual. Terdapat dua sertifikat Haki yang secara metodologi membuktikan jejaring pentas ini bangkit kembali. Penyajian makalah pada konferensi APSSI di Kupang mengangkat fenomena gender public yang mendapat penghargaan (presenter terbaik sebanyak tiga kali sejak Juni 2023). Tema inklusivitas Tim Tuli dan Tim Dengar diangkat pada IICIS (International Indonesia Conference on Interdisciplinary Studies) di Universitas Lampung tanggal 02/11/2023 lalu. Tema inklusivitas baik bagi Tim Tuli, Tim Dengar dan Drag Queens telah menjadi subjek berkelanjutan dengan teori Gender Public, Gender Vertigo dan Post Vertigo. Dapat disimpulkan bahwa momen vertigo sering dialami oleh generasi baby boomers pada saat tercuilnya hegemonik maskulinitasnya karena data lapangan membuktikan bahwa pelaku diskriminasi pada Drag Queens adalah laki-laki berumur diatas 58 tahun di lingkup keluarga. Laki-laki yang lebih muda kerap kali melakukan diskriminasi hingga persekusi dan menimbulkan trauma bagi pada drag queen. Sementara tim Tuli juga mengalami diskriminasi dalam masyarakat, oleh sebab itu manajemen the Moksha di Tabanan dan Canggu mengangkat pegawai dalam komposisi Tim Tuli baik sebagai food server, kasir atau pemain cabaret yang bekerjasama dengan Tim Dengar. Implikasi penelitian ini meningkatnya pemahaman terhadap fenomena jejaring pentas cabaret dengan kaum difabel berpotensi bekerja-sama secara formal sebagai Tim Tuli dengan Tim Dengar di area wisata manapun di Bali. Di Yogyakarta, pentas cabaret menjadi ikon pariwisata sebagai salah satu hiburan malam yang menyenangkan.
Article Details
References
[2] Prabawati NPD, Kumbara AANAK & Pujaastawa IBP , (2019) Implikasi KunjunganWisatawan Gay di Seminyak, Bali. JUMPA, Jurnal Master Parawisata, 05(02), 371-390.
[3] Zuryani, N & Erviantono, T. (2021) Gender Dualism as Degendering Cosmic Multicultural Tolerance of Wargas: Community Security Practices in North Bali. In Andre Vandenberg & Nazrina Zuryani (Eds.), Security, Democracy and Society in Bali Trouble with Protection (pp. 233–255). Palgrave MacMillan.
[4] Zuryani, N. (2022) www.dragqueenscoalitionbali.com
[5] Zuryani, N., Erviantono, T& NAS Pramestisari, 2022. Drag Queen Performers in Urban Pink Tourism: Community of People, Place, and Poverty. Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, 9(2), 75–84. https://doi.org/10.24036/scs.v9i2.466
[6] Risman, B (1998). Gender Vertigo: American Families in Transition, New Haven, CT: Yale University Press.
[7] Connell, R.W (1995). Masculinities. Allen & Unwin: Australia
[8] Haggerty, G. (2006). Queer Gothic. University of Illinois Press: United State of America