SKRINING PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR

  • W Suardana

Abstract

Cacat dengar pada anak-anak masih banyak dijumpai. Identifikasi anak menderita cacat dengar harus dilaksanakan sedini mungkin. Apabila anak cacat dengar tidak dideteksi sejak awal maka akan mengganggu perkembangan kemampuan berbahasa, bersosialisasi dan bahkan mengganggu perkembangan keterampilan kognitif, dimana akan menjadi dasar perkembangan di sekolah dan bahkan keberhasilan anak untuk bermasyarakat dikemudian hari. Telah dibuktikan bahwa intervensi dini anak dengan cacat dengar menunjukkan adanya kemajuan, dan menjadi lebih berhasil dalam perkembangan di sekolah, bahkan menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif. Deteksi dini bayi baru lahir dapat dilaksanakan dengan tes sederhana yaitu dengan auropalpebral reflex, rising heart beat, cessation reflex, grimacing, Moro reflex. Tes lebih canggih adalah dengan melakukan tes auditory brainstem response (ABR), otoacustic emissions (OAEs) dan automated ABR. American Academy of Pediatrics, American Academy of Audiology, Joint Committee on Infant Hearing, dan National Association of the Deaf merekomendasikan agar melaksanakan skrining semua bayi baru lahir sebelum meninggalkan rumah sakit. Bagaimana di Indonesia? Data-data tentang cacat dengar pada bayi dan anak masih sangat langka. Alangkah baiknya rekomendasi diatas menjadi pertimbangan sehingga dilaksanakan pemeriksaan rutin bayi baru lahir dengan tes sederhana dan bahkan bila bayi lahir dengan risiko maka dilakukan tes canggih menggunakan OAE dan ABR, sebelum bayi meninggalkan rumah sakit.

Downloads

Download data is not yet available.
How to Cite
SUARDANA, W. SKRINING PENDENGARAN PADA BAYI BARU LAHIR. Medicina, [S.l.], v. 39, n. 1, nov. 2012. ISSN 2540-8321. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/3305>. Date accessed: 21 nov. 2024.
Section
Articles

Keywords

skrining pendengaran, bayi baru lahir, cacat dengar, tes OAE dan ABR